BAB I
PENDAHULUAN
1.1LATAR BELAKANG
Guru
sebagai tenaga profesional dibidang pendidikan, disamping memahami hal-hal yang
bersifat filosofis dan konseptual, juga mengetahui dan melaksanakan hal-hal
yang bersifat teknis, terutama kegiatan mengelola dan melaksanakan interaksi
belajar-mengajar. Dalam proses pendidikan sering kita jumpai
kegagalan-kegagalan, hal ini biasanya dikarenakan lemahnya sistem komunikasi.
Untuk itu, pendidik perlu mengembangkan pola komunikasi efektif dalam proses
belajar mengajar. Komunikasi pendidikan yang penulis maksudkan adalah hubungan
atau interaksi antara pendidik dengan peserta didik pada saat proses belajar
mengajar berlangsung atau dengan istilah lain hubungan aktif antara pendidik
dengan peserta didik.
Dalam konteks ini, guru
merupakan ’tokoh kunci’ dalam menghidupkan proses pembelajaran. Siswa sebagai
’subjek belajar’ mesti digerakkan, dibelajarkan dalam suasana yang kondusif.
Ini akan berlangsung efektif kalau guru bisa mengajak siswa berinteraksi dan
berkomunikasi yang berkualitas dan bermakna.
Guru akan bisa
berkomunikasi efektif apabila dia memiliki kompetensi pragmatik. Pragmatik
adalah ilmu yang mempelajari bagaimana menggunakan bahasa untuk berkomunikasi
(Yule, 1996). Ilmu ini membekali para guru untuk ’piawai’ menyampaikan pesan (baca-materi
pembelajaran) yang bermakna bagi siswa. Bermakna berarti tuturan guru bisa
langsung dicerna siswa sebagai ’bahan baku’ siswa untuk berfikir, karena
mengajak siswa berfikir merupakan inti dari proses pembelajaran. Dengan kata
lain, berfikir akan memfokuskan siswa untuk belajar sekaligus melenjitkan
prestasi siswa.
Dalam satu kasus, sebuah
materi pembelajaran yang ’sangat sulit’, akan mudah dipahami oleh siswa bila
guru itu bisa membahasakannya dengan baik dan terukur, sebaliknya sebuah topik
yang sangat mudah akan membingungkan siswa apabila guru membahasakannya dengan
berbelit belit, tidak komunikatif.
Akibatnya, jangan heran dalam suatu kesempatan, siswa
sering mengklaim dan ’menilai’ guru: ”enak belajar dengan bapak/ibu guru
itu” atau ”tidak enak belajar dengan Bapak/ibu guru itu, tidak nyambung”. Klaim ini diasumsikan
berasal dari penggunaan bahasa guru yang tidak komunikatif.
1.2RUMUSAN MASALAH
1.
Pengertian
Komunikasi.
2.
Macam-macam
komunikasi dalam pembelajaran.
3.
Pengertian
pembelajaran.
4.
Komunikasi
dalam proses belajar mengajar.
5.
Strategi
komunikasi guru dan siswa dalam proses belajar mengajar.
6.
Proses
komunikasi dalam pembelajaran.
7.
Unsur-unsur
komunikasi.
8.
Faktor
yang mempengaruhi proses belajar mengajar.
9.
Komunikasi
efektif dalam pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
1.1
Pengertian Komunikasi
Evertt M. Rogers
mendefinisikan komunikasi sebagai proses yang di dalamnya terdapat suatu
gagasan yang dikirimkan dari sumber kepada penerima dengan tujuan untuk merubah
perilakunya. Pendapat senada dikemukakan oleh Theodore Herbert, yang mengatakan
bahwa komunikasi merupakan proses yang di dalamnya menunjukkan arti pengetahuan
dipindahkan dari seseorang kepada orang lain, biasanya dengan maksud mencapai
beberapa tujuan khusus. Selain definisi yang telah disebutkan di atas, pemikir
komunikasi yang cukup terkenal yaitu Wilbur Schramm memiliki pengertian yang
sedikit lebih detil. Menurutnya, komunikasi merupakan tindakan melaksanakan
kontak antara pengirim dan penerima, dengan bantuan pesan; pengirim dan
penerima memiliki beberapa pengalaman bersama yang memberi arti pada pesan dan
simbol yang dikirim oleh pengirim, dan diterima serta ditafsirkan oleh
penerima.(Suranto : 2005)
Tidak seluruh definisi dikemukakan di sini, akan
tetapi berdasarkan definisi yang ada di atas dapat diambil pemahaman
bahwa :
A.
Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses
penyampaian informasi.
Dilihat dari sudut
pandang ini, kesuksesan komunikasi tergantung kepada desain pesan atau
informasi dan cara penyampaiannya. Menurut konsep ini pengirim dan penerima
pesan tidak menjadi komponen yang menentukan.
B.
Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan dari
seseorang kepada orang lain. Pengirim pesan atau komunikator memiliki peran
yang paling menentukan dalam keberhasilan komumikasi, sedangkan komunikan atau
penerima pesan hanya sebagai objek yang pasif.
C.
Komunikasi diartikan sebagai proses penciptaan arti
terhadap gagasan atau ide yang disampaikan. Pemahaman ini menempatkan tiga komponen
yaitu pengirim, pesan, dan penerima pesan pada posisi yang seimbang.
Proses ini menuntut adanya proses encoding oleh pengirim dandecoding oleh penerima, sehingga informasi dapat
bermakna.
Komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator
kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Proses belajar
mengajar (PBM) merupakan suatu bentuk komunikasi yaitu komunikasi antara subyek
didik dengan pendidik, antara mahasiswa dengan dosen, antara siswa dengan
guru”. Di dalam komunikasi tersebut terdapat pembentukan (transform) dan
pengalihan (transfer) pengetahuan, keterampilan ataupun sikap dan nilai dari
komunikator (pendidik, dosen, guru) kepada komunikan (subyek didik, mahasiswa,
siswa) sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
1.2
Macam-macam Komunikasi dalam Pembelajaran
Macam-macam
komunikasi terbagi dua, yaitu:
1. Secara Langsung
Seorang
guru/dosen memberikan pelajaran secara langsung dengan bertatap muka dengan
para siswa dalam suatu ruangan ataupun di luar ruangan dalam konteks
pembelajaran. Seperti yang terjadi di sekitar kita mulai dari sekolah dasar
sampai perguruan tinggi.
2. Secara Tidak Langsung
Guru/dosen
dapat memberikan suatu pembelajaran melalui suatu media tanpa harus bertatap
muka secara langsung dengan siswa. Dan siswapun dapat memperoleh informasi
secara luas melalui media tersebut. Seperti model sekolah jarak jauh yaitu
memanfaatkan media internet sebagai alat untuk pembelajaran.
1.3
Pengertian Pembelajaran
Sardiman AM (2005) dalam
bukunya yang berjudul “Interaksi dan Motivasi dalam Belajar Mengajar” menyebut
istilah pembelajaran dengan interaksi edukatif. Menurut beliau, yang dianggap
interaksi edukatif adalah interaksi yang dilakukan secara sadar dan mempunyai
tujuan untuk mendidik, dalam rangka mengantar peserta didik ke arah
kedewasaannya. Pembelajaran merupakan proses yang berfungsi membimbing para
peserta didik di dalam kehidupannya, yakni membimbing mengembangkan diri sesuai
dengan tugas perkembangan yang harus dijalani. Proses edukatif memiliki
ciri-ciri :
A.
Ada tujuan yang ingin
dicapai ;
B.
Ada
pesan yang akan ditransfer ;
C.
Ada pelajar ;
D.
Ada guru ;
E.
Ada metode ;
F.
Ada situasi ada
penilaian.
Terdapat beberapa faktor
yang secara langsung berpengaruh terhadap proses pembelajaran, yaitu pengajar,
mahasiswa, sumber belajar, alat belajar, dan kurikulum (Once Kurniawan :
2005). Association
for Educational Communication and Technology (AECT) menegaskan bahwa pembelajaran (instructional) merupakan bagian dari pendidikan. Pembelajaran merupakan suatu sistem
yang di dalamnya terdiri dari komponen-komponen sistem instruksional, yaitu komponen pesan, orang,
bahan, peralatan, teknik, dan latar atau lingkungan.
Suatu sistem
instruksional diartikan sebagai kombinasi komponen sistem instruksional dan pola
pengelolaan tertentu yang disusun sebelumnya di saat mendesain atau mengadakan
pemilihan, dan di saat menggunakan, untuk mewujudkan terjadinya proses belajar
yang berarah tujuan dan terkontrol, dan yang :
a) didesain untuk mencapai
kompetensi tertentu atau tingkah laku akhir dari suatu pembelajaran;
b) meliputi metodologi
instruksional, format, dan urutan sesuai desain;
c) mengelola kondisi tingkah
laku;
d) meliputi keseluruhan prosedur pengelolaan;
e) dapat diulangi dan
diproduksi lagi;
f) telah dikembangkan mengikuti prosedur; dan
g) telah
divalidasi secara empirik. (Yusufhadi M, dkk.:1986)
Dengan demikian
pembelajaran dapat dimaknai sebagai interaksi antara pendidik dengan peserta
didik yang dilakukan secara sengaja dan terencana serta memiliki tujuan yang
positif. Keberhasilan pembelajaran harus didukung oleh komponen-komponen
instuksional yang terdiri dari pesan berupa materi belajar, penyampai pesan
yaitu pengajar, bahan untuk menuangkan pesan, peralatan yang mendukung kegiatan
belajar, teknik atau metode yang sesuai, serta latar atau situasi yang kondusif
bagi proses pembelajaran.
Apakah Sebenarnya Proses Belajar Mengajar itu ?
Proses
belajar mengajar merupakan inti dari
proses pendidikan secara keseluruhan dangan guru sebagai pemegang peranan
utama. Peristiwa belajar mengajar banyak berakar pada berbagai pandangan dan
konsep.
Proses
belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan
guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi
edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik
antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses
belajar mengajar. Interaksi dalam peristiwa belajar mengajar mempunyai arti
yang lebih luas, tidak sekedar hubungan antara guru dengan siswa, tetapi berupa
interaksi edukatif. Dalam hal ini bukan hanya penyampaian pesan berupa materi
pelajaran, melainkan penanaman sikap dan nilai pada diri siswa yang sedang
belajar
Harus disadari bahwa belajar dan mengajar
mempunyai fungsi yang berbeda, proses yang tidak sama dan terpisah. Perbedaan
antara mengajar dan belajar bukan hanya disebabkan karena mengajar dilakukan
oleh seluruh guru sedangkan proses belajar berlangsung di dalamnya.
Bila proses belajar mengajar terjadi
secara efektif, itu berarti telah terjadi komunikasi antara guru
dan siswa dan telah terbina suatu hubungan yang unik antara
guru dan siswa, proses itu sendiri adalah mata rantai yang menghubungkan antara guru dan siswa.
guru dan siswa, proses itu sendiri adalah mata rantai yang menghubungkan antara guru dan siswa.
Belajar dan
mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain.
Belajar menunjukkan pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subyek yang
menerima pelajaran, sedangkan mengajar menunjukkan pada apa yang harus dilakukan
oleh guru sebagai pengajar.
Dua konsep
tersebut menjadi terpadu dalam satu kegiatan manakala terjadi interaksi guru –
siswa, siswa – siswa pada saat pengajaran itu berlangsung. Inilah makna belajar
dan mengajar sebagi suatu proses. Interaksi guru-siswa sebagai makna utama
proses pengajaran memegang peranan penting untuk mencapai tujuan pengajaran
yang efektif. Mengingat kedudukan siswa sebagai subyek dan sekaligus juga
sebagai objek dalam pengajaran maka inti proses pengajaran tidak lain adalah
kegiatan belajar siswa dalam mencapai suatu tujuan pengajaran.
1.4 Komunikasi Dalam Proses Belajar
Mengajar
Pola interaksi guru dengan siswa dalam kegiatan
belajar-mengajar sangat beraneka ragam coraknya, mulai dari kegiatan yang
didominasi oleh guru sampai kegiatan mandiri yang dilakukan oleh anak. Hal ini
bergantung pada keterampilan guru dalam mengelola kegiatan belajar mengajar.
Penggunaan variasi pola interaksi ini dimaksudkan agar tidak menimbulkan
kebosanan, kejemuan, serta untuk menghidupkan suasana kelas demi keberhasilan
siswa dalam mencapai tujuan.
Untuk mencapai interaksi belajar mengajar
sudah barang tentu perlu adanya komunikasi yang jelas antara guru (pengajar)
dengan siswa (pelajar), sehingga terpadunya dua kegiatan yakni kegiatan mengajar
(usaha guru) dengan kegiatan belajar (tugas siswa) yang berdaya guna dalam
mencapai tujuan pengajaran.
Seringkali kita jumpai kegagalan
pengajaran disebabkan lemahnya sistem komunikasi. Untuk itulah guru perlu
mengembangkan pola komunikasi yang efektif dalam proses belajar mengajar. Nana
Sudjana (2004) ada tiga pola komunikasi yang dapat digunakan untuk
mengembangkan interaksi dinamis antara guru dengan siswa.
Komunikasi yang dikembangkan Nana Sudjana
sebagai berikut:
A.
Pola guru-siswa (komunikasi
sebagai aksi) satu arah
Dalam
komunikasi ini guru berperan sebagai pemberi aksi dan siswa sebagai penerima
aksi. Guru aktif siswa pasif. Ceramah pada dasarnya adalah komunikasi satu arah
atau komunikasi sebagai aksi. Komunikasi jenis ini kurang banyak menghidupkan
kegiatan siswa belajar.
B.
Komunikasi Sebagai
Interaksi atau Komunikasi dua arah
Pada
komunikasi ini guru dan siswa dapat berperan sama, yakni pemberi aksi dan
penerima aksi. Keduanya dapat saling memberi dan saling menerima. Komunikasi
ini lebih baik daripada yang pertama, sebab kegiatan guru dan kegiatan siswa
relatif sama.
C.
Komunikasi Banyak
Arah atau Komunikasi Tranaksi
Komunikasi
yang tidak hanya melibatkan interaksi dinamis antara guru dengan siswa tetapi
juga melibatkan interaksi dinamis antara siswa yang satu dengan siswa lainnya.
Proses belajar mengajar dengan pola komunikasi ini mengarah kepada proses
pengajaran yang mengembangkan kegiatan siswa yang optimal, sehingga menumbuhkan
siswa belajar aktif. Diskusi, simulasi merupakan strategi yang dapat mengembangkan
komunikasi ini.
Ketiga pola
komunikasi ini memberikan warna dan bentuk yang berbeda satu sama lain dalam
proses pengajaran.
Guru yang
terlalu berpegang pada komunikasi dua arah, misalnya terus menerus menggunakan
tanya jawab atau tugas, sering pembahasannya menyimpang dari bahan pelajaran.
Sebaliknya siswa akan bosan dan akan mencapai titik jenuh dalam mengajukan
pertanyaan atau menjawab pertanyaan guru
Untuk
mencapai hasil belajar yang optimal dianjurkan agar guru membiasakan diri menggunakan
komunikasi sebagai tranaksi. Hasil belajar siswa sedikit banyak dipengaruhi
oleh jenis komunikasi yang digunakan guru pada waktu mengajar. Komunikasi
sebagai aksi menempatkan guru dalam kedudukan serba menentukan sehingga bisa
menumbuhkan sikap otoriter.
Sebaliknya
siswa cenderung menjadi obyek belajar, pasif dan tidak kreatif. Komunikasi
sebagai interaksi jika guru tidak waspada bisa menimbulkan kesan belajar tidak
terarah.
Ada
beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan komunikasi dalam
proses pengajaran. Faktor tersebut menurut Nana Sudjana (2004) adalah tujuan
yang akan dicapai, sifat bahan pelajaran, sumber belajar yang tersedia,
karakteristik kelas dan kemampuan guru itu sendiri. Bila tujuan pengajaran sederhana,
misalnya untuk mengingat fakta, maka cukup dengan pola komunikasi yang pertama
artinya tidak perlu didiskusikan atau tanya jawab.
Komunikasi
sebagai tranaksi akan menempatkan guru pada posisi pemimpin belajar atau
pembimbing belajar atau fasilitator belajar. Sebaliknya siswa disamping sebagai
objek dapat pula berperan sebagai subyek. Sungguhpun demikian jika proses
belajar mengajar tidak terkontrol sering partisipasi dan keaktifan belajar
siswa tidak terarah, atau hanya dikuasai oleh beberapa orang siswa saja. Oleh
sebab itu sebaiknya digunakan kombinasi dari ketiga pola komunikasi tersebut
dengan memberi tekanan yang paling besar pada pola komunikasi sebagai tranaksi.
1.5
Strategi Komunikasi Guru-Siswa dalam Proses
Belajar Mengajar
Dalam proses belajar mengajar disekolah, berbagai
pendekatan yang digunakan oleh guru dalam mendidik para siswa. Adakalanya guru
bagaikan seorang bos atau raja yang hanya mengarah dan memerintah siswa menurut
kehendaknya. Ada juga guru mengajak para siswa bersama-sama menyelesaikan topik
yang dibincangkan. Namun kesemua kaedah itu berguna dan bermanfaat sesuai
dengan keadaan. Seorang guru yang ditakuti pada dasarnya dianggap tidak
berhasil dalam menjalankan komunikasi efektif, karena siswa merasakan terdapat
jurang utuk menyatakan pendapat. Tanpa komunikasi yang baik, hasil yang dituai
juga tidak akan memuaskan.
Menurut
Pupuh Fathurrohman dan Sobry Sutikno terdapat minimal 5 strategi yang
dapat dikembangkan dalam upaya untuk menciptakan / membangun komunikasi
efektif.
Kelima
strategi itu adalah:
A. Respek
Komunikasi harus diawali dengan rasa saling menghargai.
Adanya penghargaan biasanya akan menimbulkan kesan serupa dari si penerima
pesan Guru akan sukses berkomunikasi dengan siswa bila siswa melakukannya
dengan penuh respek. Bila ini dilakukan maka siswa akan melakukan
hal yang sama ketika berkomunikasi dengan guru.
B. Empati
Empati adalah kemampuan untuk menempatkan diri kita
pada situasi dan kondisi yang dihadapi orang lain. Syarat utama dari sikap
empati adalah kemampuan untuk mendengar dan mengerti orang lain, sebelum
didengar dan dimengerti orang lain.Guru yang baik tidak akan menuntut siswa
untuk mengerti keinginannya, tetapi guru akan berusaha memahami siswa terlebih
dahulu. Guru akan membuka dialog dengan siswa, juga mendengar keluhan dan
harapan siswa. Disini berarti seorang guru tidak hanya melibatkan komponen
indrawinya saja, tapi melibatkan pula mata hati dan perasaannya dalam memahami
berbagai perihal yang ada pada siswanya.
C. Audible
Audible berarti dapat didengarkan atau bisa dimengerti
dengan baik. Sebuah pesan harus dapat disampaikan dengan cara atau sikap yang
bisa diterima oleh si penerima pesan. Raut muka yang cerah, bahasa tubuh yang
baik, kata-kata yang sopan atau cara menunjuk, termasuk ke dalam komunikasi
yang audible.
D. Jelas maknanya.
Pesan yang disampaikan harus jelas maknya dan tidak
menimbulkan banyak pemahaman, selain harus terbuka dan transparan. Ketika
berkomunikasi dengan peserta didik, seorang guru harus berusaha agar pesan yang
disampaikan bisa jelas maknaya. Salah satu caranya adalah berbicara sesuai
bahasa yang merka pahami.
E. Rendah Hati
Sikap rendah hati mengandung makna saling menghargai,
tidak memandang rendah, lemah lembut, sopan dan penuh pengendalian diri.
1.6
Proses Komunikasi
Komunikasi adalah suatu
proses, bukan sesuatu yang bersifat statis. Komunikasi memerlukan tempat,
dinamis, menghasilkan perubahan dalam usaha mencapai hasil, melibatkan
interaksi bersama, serta melibatkan suatu kelompok.
Dilihat
dari prosesnya, komunikasi dibedakan atas komunikasi verbal dan komunikasi
nonverbal. Komunikasi verbal adalah komunikasi dengan menggunakan bahasa, baik
bahasa tulis maupun bahasa lisan. Sedangkan komunikasi nonoverbal adalah
komunikasi yang menggunakan isyarat, gerak gerik, gambar, lambing, mimik muka,
dan sejenisnya.
Ketercapaian
tujuan merupakan keberhasilan komunikasi. Keberhasilan komunikasi tergantung
pada faktor-faktor sebagai berikut :
A.
Komunikator
(Pengirim Pesan)
Komunikator
merupakan sumber dan pengirim pesan. Kredibilitas komunikator yang membuat
komunikan percaya terhadap isi pesan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan
komunikasi.
B.
Pesan
yang disampaikan
Pesan
harus memiliki daya tarik tersendiri, sesuai dengan kebutuhan penerima pesan,
adanya kesamaan pengalaman tentang pesan, dan ada peran pesan dalam memenuhi kebutuhan
penerima.
C.
Komunikan
(Penerima Pesan)
Agar
komunikasi berjalan lancar, komunikan harus mampu menafsirkan pesan, sadar
bahwa pesan sesuai dengan kebutuhannya, dan harus ada perhatian terhadap pesan
yang diterima.
D.
Konteks
Komunikasi
berlangsung dalam setting atau lingkungan tertentu. Lingkungan yang kondusif
sangat mendukung keberhasilan komunikasi.
E.
Sistem
Penyampaian
Sistem
penyampaian berkaitan dengan metode dan media. Metode dan media yang digunakan
dalam proses komunikasi harus disesuaikan dengan kondisi atau karakterisitik
penerima pesan. (IGAK Wardani : 2005)
Dengan demikian proses komunikasi dapat berlangsung satu arah dan dua arah.
Komunikasi yang dianggap efektif adalah komunikasi yang menimbulkan arus
informasi dua arah, yaitu dengan munculnya feedback dari pihak penerima pesan.
Dalam proses komunikasi yang baik akan terjadi tahapan pemaknaan terhadap pesan (meaning) yang akan
disampaikan oleh komunikator, kemudian komunikator melakukan proses encoding, yaitu interpretasi atau
mempersepsikan makna dari pesan tadi, dan selanjutnya dikirim kepada komunikan
melalui channelyang
dipilih. Pihak komunikan menerima informasi dari pengirim dengan melakukan
proses decoding, yaitu
menginterpretasi pesan yang diterima, dan kemudianmemahaminya sesuai dengan
maksud komunikator. Sinkronisasi pemahaman antara komunikan dengan komunikator
akan menimbulkan respon yang disebut dengan umpan balik.
1.7
Unsur-unsur Komunikasi
Unsur-unsur
komunikasi menurut Harold:
A. Komunikator
B. Pesan (Message)
C. Media (Channel)
D. Komunikan (Receiver)
E. Efek
Pada saat ini
masih banyak didapati di berbagai institusi pendidikan, pelatihan, termasuk di
Perguruan tinggi, yang dalam mengajar masih konvensional. Dalam arti, pengajar
(baik guru atau dosen) mengajar secara alami sesuai dengan bakat mengajar yang
dimiliki. Ada juga guru/dosen yang mengajarnya cenderung meniru gaya orang yang
dahulu pernah menjadi guru atau dosennya. Kenyataan diatas akan menimbulkan beberapa
persoalan, baik bagi pengajar maupun peserta didik. Tipe pertama misalnya, akan
menimbulkan masalah bagi dosen/guru yang
tidak mempunyai bakat mengajar atau mempunyai keterbatasan dalam menyampaikan
pesan secara lisan, adapun untuk tipe kedua, jika tidak hati-hati, dosen/guru
cenderung akan meniru gaya orang yang diidolakannya,tanpa melihat sisi kelemahannya.
Dalam
penyampaian materi perkuliahan kepada peserta didik/audien, ada beberapa factor
yang perlu dipertimbangkan, diantaranya adalah peserta didik, ruangan kelas,
metode dan materi itu sendiri. Untuk dapat mencapai tujuan yang telah
ditetapkan pada suatu perkuliahan, metode pembelajaran dan komunikasi harus
mendapat perhatian khusus dalam setiap proses pembelajaran. Metode pembelajaran
dan komunikasi tidak selaluharussamauntuksetiapmateri.
Proses belajar
(learning) adalah suatu perubahan yang relatif tetap dalam persediaan tingkah
laku, yang terjadi sebagai hasil pengalaman. Ini berarti, hanya dapat dikatakan
terjadi proses belajar bila seseorang menunjukkan tingkah laku yang tidak sama.
Jika ia dapat membuktikan pengetahuan tentang fakta-fakta baru atau ia bisa
melakukan sesuatu, yang sebelumnya ia tidak dapat melakukannya. Jadi, proses
belajar menempatkan seseorang dari status kemampuan atau kecakapan (ability)
yang satu kepadakemampuan/kecakapanyanglain.
Pengajar yang
baik seharusnya memahami karakteristik siswanya agar ia sukses dalam
melaksanakan peran mengajarnya. Dalam proses belajar mengajar kemungkinan akan
menemui mahasiswa yang sulit untuk melakukan kontak dengan dunia sekitarnya,
suka mengasingkan diri, cenderung menutup diri. Dalam kaitan dengan hal ini,
maka dosen/guru hendaknya merencanakan proses belajar mengajar yang sesuai
dengan keadaan dan kepribadian mahasiswa.
Belajar
mengajar sebagai proses (process), pada hakikatnya mengandung tiga unsur yaitu
adanya input (bahan mentah yang akan diolah), process (kegiatan mengolah input)
dan output (hasil yang telah diolah). Suatu proses dipandang baik apabila
kualitas output lebih baik dari pada input. Input proses belajar mengajar
adalah mahasiswa sebelum perkuliahan. Proses belajar mengajar adalah interaksi
antara komponen-komponen belajar mengajar yaitu tujuan, bahan, metode dosen,
mahasiswa, fasilitas dan penilaian. Output dari proses belajar mengajar
yaitupesertadidik(mahasiswa)setelahmenerimaperkuliahan.
Komunikasi merupakan suatu yang sangat pokok dalam setiap hubungan orang-orang, begitu pula dalam suatu organisasi terjadinya komunikasi tentunya ada tujuan yang ingin dicapai. Hal sesuai dengan pendapat Maman Ukas mengemukakan tujuan komunikasi sebagai berikut:
Komunikasi merupakan suatu yang sangat pokok dalam setiap hubungan orang-orang, begitu pula dalam suatu organisasi terjadinya komunikasi tentunya ada tujuan yang ingin dicapai. Hal sesuai dengan pendapat Maman Ukas mengemukakan tujuan komunikasi sebagai berikut:
A. Menentapkan dan menyebarkan maksud
dari pada suatu usaha
B. Mengembangkan rencana-rencana untuk
mencapai tujuan
C. Mengorganisasikan sumber-sumber daya
manusia dan sumber daya lainnya seperti efektifdanefisien.
D. Memilih,mengembangkan,menilaianggotaorganisasi
E. Memimpin, mengarahkan, memotivasi dan
menciptakan suatu iklim kerja di mana setiap orang mau memberikan kontribusi.
Dalam
prosesnya bahwa komunikasi merupakan suatu proses social untuk mentranmisikan
atau menyampaikan perasaan atau informasi baik yang berupa ide-ide atau
gagasan-gagasan dalam rangka mempengaruhi orang lain. Agar komunikasi berjalan
efektif, komunikator hendaknya mampu mengatur aliran pemberitaan ke tiga arah,
yakni ke bawah, ke atas, ke samping atau mendatar. Bagi setiap orang atau
kelompok dalam organisasi hendaknya mungkin untuk berkomunikasi dengan setiap
orang atau kelompok lain, dan untuk menenrima respon sikap, itu diminta oleh
komuniktor.
Menurut
Marsetio Donosepoetro mengemukakan bahwa dalam proses
komunikasiadabeberapaketentuan,antara lain:
A. Karena komunikasi mempunyai suatu
maksud, maka suatu messege atau stimulus selalu ditujukan kepada sekumpulan
orang tertentu. Ini disebut penerima yang terntetu
B. Komunikator berkeinginan menimbulkan
suatu respon kepada penerima yang sesuai dengan maksud yang dibawakan oleh
messege atau stimulus tertentu
C. Suatu komunikasi dinyatakan berhasil
jika respon yang timbul pada penerima, sesuai dengan maksud komunikasi.
Dalam
melaksanakan suatu program pendidikan aktivitas menyebarkan, menyampaikan
gagasan-gagasan dan maksud-maksud ke seluruh struktur organisasi sangat
penting. Proses komunikasi dalam menyampaikan suatu tujuan lebih dari pada
sekedar menyalurkan pikiran-pikiran atau gagasan-gagasan dan maksud-maksud
secara lisan atau tertulis. Komunikasi secara lisan pada umumnya lebih mendatangkan
hasil dan pengertian yang jelas daripada secara tertulis.
Demikian pula
komunikasi secara informal dan secara formal mendatangkan hasil yang berbeda
pengaruh dan kejelasannya. Terjadinya proses komunikasi dalam organisasi atau
lembaga itu bisa terjadi secara formal maupun secara informal, sebagai mana
menurut Oteng Sutisna mengemukan bahwa “Komunikasi formal terjadi, dalam
memilih informasi untuk keperluan pelaporan, penyimpangan bias dengan mudah
menyelinap. Selanjutnya biasanya orang ingin mendengar laporan-laporan yang
menyenangkan. Akibatnya ialah sering pemindahan informasi yang diperindah atau
dibiaskan.” Dalam struktur komunikasi harus adanya suatu jaminan informasi dan
pikiran-pikiran akan mengalir bebas ke semua arah yang diperlukan, baik itu ke
bawah, ke atas, dann ke samping. Satu saluran komunikasi formal tertentu atau
lebih ke dan dari setiap personal atau anggota adalah perlu. Saluran-saluran
itu hendaknya perlu dipahami oleh setiap anggota. Garis-garis komunikasi
hendaknya dibuat sependek dan selangsung mungkin. Hendaknya mungkin bagi semua
anggota untuk bertindak sebagai sumber komunikasi maupun sebagai penerima.
Selanjutnya
menurut Maman Ukas bahwa “Komunikasi informal adalah komunikasi yang tidak
resmi dan terjadinya pada saat organisasi saling bertukar pikiran, saran ide,
atau informasi secara pribadi.” Komunikasi informal ini tentunya dengan cara
melakukan pendekatan secara kekeluargaan atau hubungan sosial tidak secara
formal. Menurut Oteng Sutisna bahwa “Sistem komunikasi informal menyalurkan
informasi dan pikiran-pikiran penting yang tak terpikirkan orang untuk
disalurkan secara formal, memupuk ikatan dan persahabatan yang membantu bagi
hubungan-hubungan insani yang baik.”
Jika komunikator menaruh perhatian
kepada saluran-saluran komunikasi informal, ia akan mengetahui kepentingan dan
perhatian personil serta sikap mereka terhadap organisasi dan
masalah-masalahnya, lagi pula komunikasi informal itu membawa kepada
putusan-putusan yang dibuat di antara orang-orang pada tahap organisasi yang
sama. Dalam kegiatan suatu organisasi atau lembaga khusunya dalam hal
pengelolaan pendidikan tentunya tidak terlepas dengan komunikasi. Oleh sebab
itu suatu proses pendidikan akan berhasil apabilla terjadinya suatu proses
komunikasi yang baik dan sesuai dengan harapan, di mana gagasan-gagasan atau ide
dibahas dalam suatu musyawarah antara komunikator dengan komunikan, sehingga
terjadi pemahaman tentang informasi atau segala sesuatu hal menjadi pokok dari
pembahasan untuk mengarah pada kesepakatan dan kesatuan dalam pendapat.
Berdasarkan hal tersebut, bahwa tujuan dari suatu
organisasi atau instansi tentunya dapat tercapai secara optimal apabila proses
komunikasinya lancar tanpa adanya suatu hambatan, walaupun ada hambatan, maka
komunikator dan komunikan harus dengan cermat segera mengatasi permasalahan
yang menyebabkan terjadi suatu hambatan, sehingga proses komunikasi dapat
berlangsung.
Dalam
prosesnya komunikasi itu terbagai dalam 2 macam komunikasi, yaitu komunikasi
aktif dan komunikasi pasif. Komunikasi aktif merupakan suatu proses komunikasi
yang berlangsung dengan aktif antara komunikator dengan komunikan, di mana
antara keduanya sama-sama aktif berkomunikasi, sehingga terjadi timbal balik di
antara keduanya.
Sedangkan
komunikasi pasif terjadi di mana komunikator menyampaikan informasi atau ide
terhadap halayaknya atau komunikan sebagai penerima informasi, akan tetapi
komunikan tidak mempunyai kesempatan untuk memberikan respon atau timbal balik dari
proses komunikasi.
1.8
Faktor yang mempengaruhi proses belajar
mengajar :
Faktor yang mempengaruhi proses
belajar mengajar dibagi atas, yaitu:
A. Faktor Internal
Segala faktor
yang bersumber dari dalam diri mahasiswa, contohnya yaitu kemampuan mahasiswa,
motivasi, perhatian, persepsi, pemrosesan informasi mencakup(ingatan,lupadan transfer)
B. Faktor Eksternal
Segala faktor
yang bersumber dari luar diri mahasiswa, contohnya yaitu kondisi belajar dan
pemberian umpan balik.
Komunikasi interpersonal dalam kegiatan
proses belajar mengajar
Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang terjadi antara dosen dengan mahasiswa atau antara mahasiswa dengan mahasiswa.
Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang terjadi antara dosen dengan mahasiswa atau antara mahasiswa dengan mahasiswa.
Keeefektifan
komunikasi tersebut tergantung dari kedua belah pihak, namun, karena dosen yang
memegang kendali maka tanggungjawab terjadinya komunikasi interpersonal yang
sehat dan efektif terletak di tangan dosen.
1.9
Komunikasi Efektif dalam Pembelajaran
Komunikasi
dikatakan efektif apabila terdapat aliran informasi dua arah antara komunikator
dan komunikan dan informasi tersebut sama-sama direspon sesuai dengan harapan
kedua pelaku komunikasi tersebut. Setidaknya terdapat lima aspek yang perlu
dipahami dalam membangun komunikasi yang efektif, yaitu :
A.
Kejelasan
Hal
ini dimaksudkan bahwa dalam komunikasi harus menggunakan bahasa dan mengemas
informasi secara jelas, sehingga mudah diterima dan dipahami oleh komunikan.
B.
Ketepatan
Ketepatan
atau akurasi ini menyangkut penggunaan bahasa yang benar dan kebenaran
informasi yang disampaikan.
C.
Konteks
Konteks
atau sering disebut dengan situasi, maksudnya adalah bahwa bahasa dan informasi
yang disampaikan harus sesuai dengan keadaan dan lingkungan dimana komunikasi
itu terjadi.
D.
Alur
Bahasa
dan informasi yang akan disajikan harus disusun dengan alur atau sistematika
yang jelas, sehingga pihak yang menerima informasi cepat tanggap.
E.
Budaya
Aspek
ini tidak saja menyangkut bahasa dan informasi, tetapi juga berkaitan dengan
tatakrama dan etika. Artinya dalam berkomunikasi harus menyesuaikan dengan
budaya orang yang diajak berkomunikasi, baik dalam penggunaan bahasa verbal
maupun nonverbal, agar tidak menimbulkan kesalahan persepsi. (Endang Lestari G
: 2003)
Menurut
Santoso Sastropoetro (Riyono Pratikno : 1987) berkomunkasi efektif berarti
bahwa komunikator dan komunikan sama-sama memiliki pengertian yang sama tentang
suatu pesan, atau sering disebut dengan “the
communication is in tune”. Agar
komunikasi dapat berjalan secara efektif, harus dipenuhi beberapa syarat :
A.
Menciptakan
suasana komunikasi yang menguntungkan.
B.
Menggunakan
bahasa yang mudah ditangkap dan dimengerti.
C.
Pesan
yang disampaikan dapat menggugah perhatian atau minat bagi pihak komunikan.
D.
Pesan
dapat menggugah kepentingan komunikan yang dapat menguntungkan.
E.
Pesan
dapat menumbuhkan suatu penghargaan bagi pihak komunikan.
Terkait
dengan proses pembelajaran, komunikasi dikatakan efektif jika pesan yang dalam
hal ini adalah materi pelajaran dapat diterima dan dipahami, serta menimbulkan
umpan balik yang positif oleh mahasiswa. Komunikasi efektif dalam pembelajaran
harus didukung dengan keterampilan komunikasi antar pribadi yang harus dimiliki
oleh seorang dosen. Komunikasi antar pribadi merupakan komunikasi yang
berlangsung secara informal antara dua orang individu. Komunikasi ini
berlangsung dari hati ke hati, karena diantara keduabelah pihak terdapat
hubungan saling mempercayai.
Komunikasi
antar pribadi akan berlangsung efektif apabila pihak yang berkomunikasi
menguasai keterampilan komunikasi antar pribadi.
Dalam
kegiatan belajar mengajar, komunikasi antar pribadi merupakan suatu keharusan,
agar terjadi hubungan yang harmonis antara pengajar dengan peserta belajar.
Keefektifan komunikasi dalam kegiatan belajar mengajar ini sangat tergantung
dari kedua belah pihak. Akan tetapi karena pengajar yang memegang kendali kelas,
maka tanggung jawab terjadinya komunikasi dalam kelas yang sehat dan efektif
terletak pada tangan pengajar. Keberhasilan pengajar dalam mengemban tanggung
jawab tersebut dipengaruhi oleh keterampilannya dalam melakukan komunikasi ini.
Agar dapat merefleksikan ungkapan perasaan
peserta didik secara efektif, pengajar perlu mengingat hal-hal berikut :
A.
Hindari prasangka terhadap pembicara atau topik
yang dibicarakan.
B.
Perhatikan dengan cermat semua pesan verbal maupun
nonoverbal dari pembicara.
C.
Lihat, dengarkan, dan rekam dalam hati,
kata-kata/perilaku khas yang diperlihatkan pembicara.
D.
Bedakan/simpulkan
kata-kata/pesan yang bersifat emosional.
E.
Beri
tanggapan dengan cara memparaphrase kata-kata yang diucapkan, menggambarkan
perilaku khusus yang diperlihatkan, dan tanggapan mengenai kedua hal tersebut.
F.
Jaga
nada suara, jangan sampai berteriak, menghakimi, atau seperti memusuhi.
G.
Meminta
klarifikasi terhadap pertanyaan atau pernyataan yang disampaikan.
1.10 Mendorong Mahasiswa
untuk Memilih Perilaku Alternatif.
Untuk keperluan ini,
dosen harus memiliki kemampuan :
A.
Mencari/mengembangkan berbagai perilaku alternatif
yang sesuai.
B.
Melatih
perilaku alternatif serta merasakan apa yang dihayati mahasiswa dengan perilaku
tersebut.
C.
Menerima balikan dari orang lain tentang
keefektifan setiap perilaku alternatif.
D.
Memilih perilaku
alternatif yang paling sesuai dengan kebutuhan pribadi mahasiswa.
Komunikasi yang efektif
dalam proses pembelajaran sangat berdampak terhadap keberhasilan pencapaian tujuan.Komunikasi
dikatakan efektif apabila terdapat aliran informasi dua arah antara komunikator
dan komunikan dan informasi tersebut sama-sama direspon sesuai dengan harapan
kedua pelaku komunikasi tersebut. Jika
dalam pembelajaran terjadi komunikasi yang efektif antara pengajar dengan
mahasiswa, maka dapat dipastikan bahwa pembelajaran tersebut berhasil.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka para pengajar, pendidik, atau instruktur
pada lembaga-lembaga pendidikan atau pelatihan harus memiliki kemampuan komunikasi
yang baik. Kemampuan komunikasi yang dimaksud dapat berupa kemampuan memahami
dan mendesain informasi, memilih dan menggunakan saluran atau media, serta
kemampuan komunikasi antar pribadi dalam proses pembelajaran.
KESIMPULAN
Pembelajaran
sebagai subset dari proses pendidikan harus mampu memberikan kontribusi
terhadap peningkatan kualitas pendidikan, yang pada ujungnya akan berpengaruh
terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia. Agar pembelajaran dapat
mendukung peningkatan mutu pendidikan, maka dalam proses pembelajaran harus
terjadi komunikasi yang efektif, yang mampu memberikan kefahaman mendalam
kepada peserta didik atas pesan atau materi belajar.
Komunikasi
efektif dalam pembelajaran merupakan proses transformasi pesan berupa ilmu
pengetahuan dan teknologi dari pendidik kepada peserta didik, dimana peserta
didik mampu memahami maksud pesan sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan,
sehingga menambah wawasan ilmu pengetahuan dan teknologi serta menimbulkan
perubahan tingkah laku menjadi lebih baik. Pengajar adalah pihak yang paling
bertanggungjawab terhadap berlangsungnya komunikasi yang efektif dalam
pembelajaran, sehingga dosen sebagai pengajar dituntut memiliki kemampuan
berkomunikasi yang baik agar menghasilkan proses pembelajaran yang efektif.
DAFTAR PUSTAKA
2.
Arismunandar,
Wiranto. (2003). Komunikasi dalam
Pendidikan. Departemen Teknik Mesin ITB. Bandung.
3.
Gafur, Abdul.
(2006). Handout Kuliah Landasan Teknologi Pendidikan.
PPs UNY. Yogyakarta
4.
Lestari G, Endang dan
Maliki, MA. (2003). Komunikasi yang Efektif.
Lembaga Administrasi Negara. Jakarta.
5.
Miarso, Yusufhadi. (1986). Definisi Teknologi Pendidikan.
Rajawali. Jakarta
6.
Pratikno, R. (1987). Berbagai Aspek Ilmu Komunikasi. Remadja Karya. Bandung
7.
Sardiman AM. (2005). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Rajawali Press. Jakarta.
8.
Suranto. (2005). Komunikasi Perkantoran. Media Wacana. Yogyakarta
9.
Wardani, IGAK. (2005). Dasar-Dasar Komunikasi dan Keterampilan Dasar Mengajar. PAU-DIKTI
DIKNAS. Jakarta.
13. JICA. 2009. Buku Petunjuk Guru Untuk Pembelajaran Yang Lebih Baik.
Internasional Development Center Of Japan
14. Moh. Uzer Usman. 1994. Menjadi Guru Profesional.
Remaja Rosdakarya. Bandung.
15. Nana Sudjana. 2004. Dasar- Dasar Proses Belajar
Mengajar. Sinar Baru Algensindo. Bandung.
16. Pupuh Fathurrohman dan Sobry Sutikno. 2007. Strategi Belajar
Mengajar”Melalui Penanaman Konsep Umum & Konsep Islami”.Reflika
Aditama. Bandung
17. Sardiman. 1990. Interaksi dan Motivasi
Belajar Mengajar”Pedoman Bagi Guru dan Calon Guru”. CV Rajawali. Jakarta
18. Thomas Gordon. 1986. Guru Yang Efektif” Cara Untuk
Mengatasi Kesulitan dalam Kelas”. CV Rajawali. Jakarta.
No comments:
Post a Comment