Wednesday, June 12, 2013

Komunikasi Dengan Peserta Dididk

BAB I
PENDAHULUAN

1.1LATAR BELAKANG
     Guru sebagai tenaga profesional dibidang pendidikan, disamping memahami hal-hal yang bersifat filosofis dan konseptual, juga mengetahui dan melaksanakan hal-hal yang bersifat teknis, terutama kegiatan mengelola dan melaksanakan interaksi belajar-mengajar. Dalam proses pendidikan sering kita jumpai kegagalan-kegagalan, hal ini biasanya dikarenakan lemahnya sistem komunikasi. Untuk itu, pendidik perlu mengembangkan pola komunikasi efektif dalam proses belajar mengajar. Komunikasi pendidikan yang penulis maksudkan adalah hubungan atau interaksi antara pendidik dengan peserta didik pada saat proses belajar mengajar berlangsung atau dengan istilah lain hubungan aktif antara pendidik dengan peserta didik.

     Dalam konteks ini, guru merupakan ’tokoh kunci’ dalam menghidupkan proses pembelajaran. Siswa sebagai ’subjek belajar’ mesti digerakkan, dibelajarkan dalam suasana yang kondusif. Ini akan berlangsung efektif kalau guru bisa mengajak siswa berinteraksi dan berkomunikasi yang berkualitas dan bermakna.

     Guru akan bisa berkomunikasi efektif apabila dia memiliki kompetensi pragmatik. Pragmatik adalah ilmu yang mempelajari bagaimana menggunakan bahasa untuk berkomunikasi (Yule, 1996). Ilmu ini membekali para guru untuk ’piawai’ menyampaikan pesan (baca-materi pembelajaran) yang bermakna bagi siswa. Bermakna berarti tuturan guru bisa langsung dicerna siswa sebagai ’bahan baku’ siswa untuk berfikir, karena mengajak siswa berfikir merupakan inti dari proses pembelajaran. Dengan kata lain, berfikir akan memfokuskan siswa untuk belajar sekaligus melenjitkan prestasi siswa.

     Dalam satu kasus, sebuah materi pembelajaran yang ’sangat sulit’, akan mudah dipahami oleh siswa bila guru itu bisa membahasakannya dengan baik dan terukur, sebaliknya sebuah topik yang sangat mudah akan membingungkan siswa apabila guru membahasakannya dengan berbelit belit, tidak komunikatif.

Akibatnya, jangan heran dalam suatu kesempatan, siswa sering mengklaim dan ’menilai’ guru: ”enak belajar dengan bapak/ibu guru itu” atau ”tidak enak belajar dengan Bapak/ibu guru itu, tidak nyambung”. Klaim ini diasumsikan berasal dari penggunaan bahasa guru yang tidak komunikatif.


1.2RUMUSAN MASALAH

1.      Pengertian Komunikasi.
2.      Macam-macam komunikasi dalam pembelajaran.
3.      Pengertian pembelajaran.
4.      Komunikasi dalam proses belajar mengajar.
5.      Strategi komunikasi guru dan siswa dalam proses belajar mengajar.
6.      Proses komunikasi dalam pembelajaran.
7.      Unsur-unsur komunikasi.
8.      Faktor yang mempengaruhi proses belajar mengajar.
9.      Komunikasi efektif dalam pembelajaran.





BAB II
PEMBAHASAN

1.1             Pengertian Komunikasi
     Evertt M. Rogers mendefinisikan komunikasi sebagai proses yang di dalamnya terdapat suatu gagasan yang dikirimkan dari sumber kepada penerima dengan tujuan untuk merubah perilakunya. Pendapat senada dikemukakan oleh Theodore Herbert, yang mengatakan bahwa komunikasi merupakan proses yang di dalamnya menunjukkan arti pengetahuan dipindahkan dari seseorang kepada orang lain, biasanya dengan maksud mencapai beberapa tujuan khusus. Selain definisi yang telah disebutkan di atas, pemikir komunikasi yang cukup terkenal yaitu Wilbur Schramm memiliki pengertian yang sedikit lebih detil. Menurutnya, komunikasi merupakan tindakan melaksanakan kontak antara pengirim dan penerima, dengan bantuan pesan; pengirim dan penerima memiliki beberapa pengalaman bersama yang memberi arti pada pesan dan simbol yang dikirim oleh pengirim, dan diterima serta ditafsirkan oleh penerima.(Suranto : 2005)

      Tidak seluruh definisi dikemukakan di sini, akan tetapi berdasarkan definisi yang ada di atas dapat diambil pemahaman bahwa :
A.    Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses penyampaian informasi.
Dilihat dari sudut pandang ini, kesuksesan komunikasi tergantung kepada desain pesan atau informasi dan cara penyampaiannya. Menurut konsep ini pengirim dan penerima pesan tidak menjadi komponen yang menentukan.
B.     Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan dari seseorang kepada orang lain. Pengirim pesan atau komunikator memiliki peran yang paling menentukan dalam keberhasilan komumikasi, sedangkan komunikan atau penerima pesan hanya sebagai objek yang pasif.

C.     Komunikasi diartikan sebagai proses penciptaan arti terhadap gagasan atau ide yang disampaikan. Pemahaman ini menempatkan tiga komponen yaitu pengirim, pesan, dan penerima pesan pada posisi yang seimbang.

      Proses ini menuntut adanya proses encoding oleh pengirim dandecoding oleh penerima, sehingga informasi dapat bermakna.
Komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Proses belajar mengajar (PBM) merupakan suatu bentuk komunikasi yaitu komunikasi antara subyek didik dengan pendidik, antara mahasiswa dengan dosen, antara siswa dengan guru”. Di dalam komunikasi tersebut terdapat pembentukan (transform) dan pengalihan (transfer) pengetahuan, keterampilan ataupun sikap dan nilai dari komunikator (pendidik, dosen, guru) kepada komunikan (subyek didik, mahasiswa, siswa) sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

1.2             Macam-macam Komunikasi dalam Pembelajaran
Macam-macam komunikasi terbagi dua, yaitu:
1.      Secara Langsung
     Seorang guru/dosen memberikan pelajaran secara langsung dengan bertatap muka dengan para siswa dalam suatu ruangan ataupun di luar ruangan dalam konteks pembelajaran. Seperti yang terjadi di sekitar kita mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi.
2.      Secara Tidak Langsung
     Guru/dosen dapat memberikan suatu pembelajaran melalui suatu media tanpa harus bertatap muka secara langsung dengan siswa. Dan siswapun dapat memperoleh informasi secara luas melalui media tersebut. Seperti model sekolah jarak jauh yaitu memanfaatkan media internet sebagai alat untuk pembelajaran.


1.3             Pengertian Pembelajaran
     Sardiman AM (2005) dalam bukunya yang berjudul “Interaksi dan Motivasi dalam Belajar Mengajar” menyebut istilah pembelajaran dengan interaksi edukatif. Menurut beliau, yang dianggap interaksi edukatif adalah interaksi yang dilakukan secara sadar dan mempunyai tujuan untuk mendidik, dalam rangka mengantar peserta didik ke arah kedewasaannya. Pembelajaran merupakan proses yang berfungsi membimbing para peserta didik di dalam kehidupannya, yakni membimbing mengembangkan diri sesuai dengan tugas perkembangan yang harus dijalani. Proses edukatif memiliki ciri-ciri :
A.    Ada tujuan yang ingin dicapai ;
B.     Ada pesan yang akan ditransfer ;
C.     Ada pelajar ;
D.    Ada guru ;
E.     Ada metode ;
F.      Ada situasi ada penilaian.

Terdapat beberapa faktor yang secara langsung berpengaruh terhadap proses pembelajaran, yaitu pengajar, mahasiswa, sumber belajar, alat belajar, dan kurikulum (Once Kurniawan : 2005). Association for Educational Communication and Technology (AECT) menegaskan bahwa pembelajaran (instructional) merupakan bagian dari pendidikan. Pembelajaran merupakan suatu sistem yang di dalamnya terdiri dari komponen-komponen sistem instruksional, yaitu  komponen pesan, orang, bahan, peralatan, teknik, dan latar atau lingkungan.

Suatu sistem instruksional diartikan sebagai kombinasi komponen sistem instruksional dan pola pengelolaan tertentu yang disusun sebelumnya di saat mendesain atau mengadakan pemilihan, dan di saat menggunakan, untuk mewujudkan terjadinya proses belajar yang berarah tujuan dan terkontrol, dan yang :
a) didesain untuk mencapai kompetensi tertentu atau tingkah laku akhir dari suatu pembelajaran; 
b) meliputi metodologi instruksional, format, dan urutan sesuai desain; 
c) mengelola kondisi tingkah laku; 
d) meliputi keseluruhan prosedur pengelolaan; 
e) dapat diulangi dan diproduksi lagi; 
f) telah dikembangkan mengikuti prosedur; dan 
g) telah divalidasi secara empirik. (Yusufhadi M, dkk.:1986)

Dengan demikian pembelajaran dapat dimaknai sebagai interaksi antara pendidik dengan peserta didik yang dilakukan secara sengaja dan terencana serta memiliki tujuan yang positif. Keberhasilan pembelajaran harus didukung oleh komponen-komponen instuksional yang terdiri dari pesan berupa materi belajar, penyampai pesan yaitu pengajar, bahan untuk menuangkan pesan, peralatan yang mendukung kegiatan belajar, teknik atau metode yang sesuai, serta latar atau situasi yang kondusif bagi proses pembelajaran.

Apakah Sebenarnya Proses Belajar Mengajar itu ?
     Proses belajar mengajar merupakan  inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dangan guru sebagai pemegang peranan utama. Peristiwa belajar mengajar banyak berakar pada berbagai pandangan dan konsep.
     Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar. Interaksi dalam peristiwa belajar mengajar mempunyai arti yang lebih luas, tidak sekedar hubungan antara guru dengan siswa, tetapi berupa interaksi edukatif. Dalam hal ini bukan hanya penyampaian pesan berupa materi pelajaran, melainkan penanaman sikap dan nilai pada diri siswa yang sedang belajar
     Harus disadari bahwa belajar dan mengajar mempunyai fungsi yang berbeda, proses yang tidak sama dan terpisah. Perbedaan antara mengajar dan belajar bukan hanya disebabkan karena mengajar dilakukan oleh seluruh guru sedangkan proses belajar berlangsung di dalamnya.

     Bila proses belajar mengajar terjadi secara efektif, itu berarti telah terjadi komunikasi antara guru dan siswa dan telah terbina suatu hubungan yang unik antara
guru dan siswa, proses itu sendiri adalah mata rantai yang menghubungkan antara guru dan siswa.

     Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Belajar menunjukkan pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subyek yang menerima pelajaran, sedangkan mengajar menunjukkan pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pengajar.
     Dua konsep tersebut menjadi terpadu dalam satu kegiatan manakala terjadi interaksi guru – siswa, siswa – siswa pada saat pengajaran itu berlangsung. Inilah makna belajar dan mengajar sebagi suatu proses. Interaksi guru-siswa sebagai makna utama proses pengajaran memegang peranan penting untuk mencapai tujuan pengajaran yang efektif. Mengingat kedudukan siswa sebagai subyek dan sekaligus juga sebagai objek dalam pengajaran maka inti proses pengajaran tidak lain adalah kegiatan belajar siswa dalam mencapai suatu tujuan pengajaran.

1.4  Komunikasi Dalam Proses Belajar Mengajar
     Pola interaksi guru dengan siswa dalam kegiatan belajar-mengajar sangat beraneka ragam coraknya, mulai dari kegiatan yang didominasi oleh guru sampai kegiatan mandiri yang dilakukan oleh anak. Hal ini bergantung pada keterampilan guru dalam mengelola kegiatan belajar mengajar. Penggunaan variasi pola interaksi ini dimaksudkan agar tidak menimbulkan kebosanan, kejemuan, serta untuk menghidupkan suasana kelas demi keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan.

     Untuk mencapai interaksi belajar mengajar sudah barang tentu perlu adanya komunikasi yang jelas antara guru (pengajar) dengan siswa (pelajar), sehingga terpadunya dua kegiatan yakni kegiatan mengajar (usaha guru) dengan kegiatan belajar (tugas siswa) yang berdaya guna dalam mencapai tujuan pengajaran.
     Seringkali kita jumpai kegagalan pengajaran disebabkan lemahnya sistem komunikasi. Untuk itulah guru perlu mengembangkan pola komunikasi yang efektif dalam proses belajar mengajar. Nana Sudjana (2004) ada tiga pola komunikasi yang dapat digunakan untuk mengembangkan interaksi dinamis antara guru dengan siswa.

 Komunikasi yang dikembangkan Nana Sudjana sebagai berikut:
A.    Pola guru-siswa (komunikasi sebagai aksi) satu arah
     Dalam komunikasi ini guru berperan sebagai pemberi aksi dan siswa sebagai penerima aksi. Guru aktif siswa pasif. Ceramah pada dasarnya adalah komunikasi satu arah atau komunikasi sebagai aksi. Komunikasi jenis ini kurang banyak menghidupkan kegiatan siswa belajar.

B.     Komunikasi Sebagai Interaksi atau Komunikasi dua arah
     Pada komunikasi ini guru dan siswa dapat berperan sama, yakni pemberi aksi dan penerima aksi. Keduanya dapat saling memberi dan saling menerima. Komunikasi ini lebih baik daripada yang pertama, sebab kegiatan guru dan kegiatan siswa relatif sama.

C.     Komunikasi Banyak Arah atau Komunikasi Tranaksi
     Komunikasi yang tidak hanya melibatkan interaksi dinamis antara guru dengan siswa tetapi juga melibatkan interaksi dinamis antara siswa yang satu dengan siswa lainnya. Proses belajar mengajar dengan pola komunikasi ini mengarah kepada proses pengajaran yang mengembangkan kegiatan siswa yang optimal, sehingga menumbuhkan siswa belajar aktif. Diskusi, simulasi merupakan strategi yang dapat mengembangkan komunikasi ini.

     Ketiga pola komunikasi ini memberikan warna dan bentuk yang berbeda satu sama lain dalam proses pengajaran.
     Guru yang terlalu berpegang pada komunikasi dua arah, misalnya terus menerus menggunakan tanya jawab atau tugas, sering pembahasannya menyimpang dari bahan pelajaran. Sebaliknya siswa akan bosan dan akan mencapai titik jenuh dalam mengajukan pertanyaan atau menjawab pertanyaan guru
     Untuk mencapai hasil belajar yang optimal dianjurkan agar guru membiasakan diri menggunakan komunikasi sebagai tranaksi. Hasil belajar siswa sedikit banyak dipengaruhi oleh jenis komunikasi yang digunakan guru pada waktu mengajar. Komunikasi sebagai aksi menempatkan guru dalam kedudukan serba menentukan sehingga bisa menumbuhkan sikap otoriter.
     Sebaliknya siswa cenderung menjadi obyek belajar, pasif dan tidak kreatif. Komunikasi sebagai interaksi jika guru tidak waspada bisa menimbulkan kesan belajar tidak terarah.

     Ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan komunikasi dalam proses pengajaran. Faktor tersebut menurut Nana Sudjana (2004) adalah tujuan yang akan dicapai, sifat bahan pelajaran, sumber belajar yang tersedia, karakteristik kelas dan kemampuan guru itu sendiri. Bila tujuan pengajaran sederhana, misalnya untuk mengingat fakta, maka cukup dengan pola komunikasi yang pertama artinya tidak perlu didiskusikan atau tanya jawab.
     Komunikasi sebagai tranaksi akan menempatkan guru pada posisi pemimpin belajar atau pembimbing belajar atau fasilitator belajar. Sebaliknya siswa disamping sebagai objek dapat pula berperan sebagai subyek. Sungguhpun demikian jika proses belajar mengajar tidak terkontrol sering partisipasi dan keaktifan belajar siswa tidak terarah, atau hanya dikuasai oleh beberapa orang siswa saja. Oleh sebab itu sebaiknya digunakan kombinasi dari ketiga pola komunikasi tersebut dengan memberi tekanan yang paling besar pada pola komunikasi sebagai tranaksi.

 1.5             Strategi Komunikasi Guru-Siswa dalam Proses Belajar Mengajar
     Dalam proses belajar mengajar disekolah, berbagai pendekatan yang digunakan oleh guru dalam mendidik para siswa. Adakalanya guru bagaikan seorang bos atau raja yang hanya mengarah dan memerintah siswa menurut kehendaknya. Ada juga guru mengajak para siswa bersama-sama menyelesaikan topik yang dibincangkan. Namun kesemua kaedah itu berguna dan bermanfaat sesuai dengan keadaan. Seorang guru yang ditakuti pada dasarnya dianggap tidak berhasil dalam menjalankan komunikasi efektif, karena siswa merasakan terdapat jurang utuk menyatakan pendapat. Tanpa komunikasi yang baik, hasil yang dituai juga tidak akan memuaskan.

Menurut Pupuh Fathurrohman dan Sobry Sutikno terdapat minimal 5 strategi  yang dapat dikembangkan dalam upaya untuk menciptakan / membangun komunikasi efektif.
Kelima strategi itu adalah:
A.      Respek
     Komunikasi harus diawali dengan rasa saling menghargai. Adanya penghargaan biasanya akan menimbulkan kesan serupa dari si penerima pesan Guru akan sukses berkomunikasi dengan siswa bila siswa melakukannya dengan penuh respek. Bila ini dilakukan maka siswa akan melakukan hal yang sama ketika berkomunikasi dengan guru.

B.     Empati
     Empati adalah kemampuan untuk menempatkan diri kita pada situasi dan kondisi yang dihadapi orang lain. Syarat utama dari sikap empati adalah kemampuan untuk mendengar dan mengerti orang lain, sebelum didengar dan dimengerti orang lain.Guru yang baik tidak akan menuntut siswa untuk mengerti keinginannya, tetapi guru akan berusaha memahami siswa terlebih dahulu. Guru akan membuka dialog dengan siswa, juga mendengar keluhan dan harapan siswa. Disini berarti seorang guru tidak hanya melibatkan komponen indrawinya saja, tapi melibatkan pula mata hati dan perasaannya dalam memahami berbagai perihal yang ada pada siswanya.

C.     Audible
     Audible berarti dapat didengarkan atau bisa dimengerti dengan baik. Sebuah pesan harus dapat disampaikan dengan cara atau sikap yang bisa diterima oleh si penerima pesan. Raut muka yang cerah, bahasa tubuh yang baik, kata-kata yang sopan atau cara menunjuk, termasuk ke dalam komunikasi yang audible.

D.    Jelas maknanya.
     Pesan yang disampaikan harus jelas maknya dan tidak menimbulkan banyak pemahaman, selain harus terbuka dan transparan. Ketika berkomunikasi dengan peserta didik, seorang guru harus berusaha agar pesan yang disampaikan bisa jelas maknaya. Salah satu caranya adalah berbicara sesuai bahasa yang merka pahami.
  
E.     Rendah Hati
     Sikap rendah hati mengandung makna saling menghargai, tidak memandang rendah, lemah lembut, sopan dan penuh pengendalian diri.

1.6             Proses Komunikasi
     Komunikasi adalah suatu proses, bukan sesuatu yang bersifat statis. Komunikasi memerlukan tempat, dinamis, menghasilkan perubahan dalam usaha mencapai hasil, melibatkan interaksi bersama, serta melibatkan suatu kelompok.

     Dilihat dari prosesnya, komunikasi dibedakan atas komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal. Komunikasi verbal adalah komunikasi dengan menggunakan bahasa, baik bahasa tulis maupun bahasa lisan. Sedangkan komunikasi nonoverbal adalah komunikasi yang menggunakan isyarat, gerak gerik, gambar, lambing, mimik muka, dan sejenisnya.

     Ketercapaian tujuan merupakan keberhasilan komunikasi. Keberhasilan komunikasi tergantung pada faktor-faktor sebagai berikut :
A.    Komunikator (Pengirim Pesan)
     Komunikator merupakan sumber dan pengirim pesan. Kredibilitas komunikator yang membuat komunikan percaya terhadap isi pesan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan komunikasi.

B.     Pesan yang disampaikan
     Pesan harus memiliki daya tarik tersendiri, sesuai dengan kebutuhan penerima pesan, adanya kesamaan pengalaman tentang pesan, dan ada peran pesan dalam memenuhi kebutuhan penerima.

C.     Komunikan (Penerima Pesan)
     Agar komunikasi berjalan lancar, komunikan harus mampu menafsirkan pesan, sadar bahwa pesan sesuai dengan kebutuhannya, dan harus ada perhatian terhadap pesan yang diterima.

D.    Konteks
     Komunikasi berlangsung dalam setting atau lingkungan tertentu. Lingkungan yang kondusif sangat mendukung keberhasilan komunikasi.

E.     Sistem Penyampaian
     Sistem penyampaian berkaitan dengan metode dan media. Metode dan media yang digunakan dalam proses komunikasi harus disesuaikan dengan kondisi atau karakterisitik penerima pesan. (IGAK Wardani : 2005)

     Dengan demikian proses komunikasi dapat berlangsung satu arah dan dua arah. Komunikasi yang dianggap efektif adalah komunikasi yang menimbulkan arus informasi dua arah, yaitu dengan munculnya feedback dari pihak penerima pesan. Dalam proses komunikasi yang baik akan terjadi tahapan pemaknaan terhadap pesan (meaning) yang akan disampaikan oleh komunikator, kemudian komunikator melakukan proses encoding, yaitu interpretasi atau mempersepsikan makna dari pesan tadi, dan selanjutnya dikirim kepada komunikan melalui channelyang dipilih. Pihak komunikan menerima informasi dari pengirim dengan melakukan proses decoding, yaitu menginterpretasi pesan yang diterima, dan kemudianmemahaminya sesuai dengan maksud komunikator. Sinkronisasi pemahaman antara komunikan dengan komunikator akan menimbulkan respon yang disebut dengan umpan balik.

1.7             Unsur-unsur Komunikasi
Unsur-unsur komunikasi menurut Harold:
A.    Komunikator
B.     Pesan (Message)
C.     Media (Channel)
D.    Komunikan (Receiver)
E.     Efek                                                                          

     Pada saat ini masih banyak didapati di berbagai institusi pendidikan, pelatihan, termasuk di Perguruan tinggi, yang dalam mengajar masih konvensional. Dalam arti, pengajar (baik guru atau dosen) mengajar secara alami sesuai dengan bakat mengajar yang dimiliki. Ada juga guru/dosen yang mengajarnya cenderung meniru gaya orang yang dahulu pernah menjadi guru atau dosennya. Kenyataan diatas akan menimbulkan beberapa persoalan, baik bagi pengajar maupun peserta didik. Tipe pertama misalnya, akan  menimbulkan masalah bagi dosen/guru yang tidak mempunyai bakat mengajar atau mempunyai keterbatasan dalam menyampaikan pesan secara lisan, adapun untuk tipe kedua, jika tidak hati-hati, dosen/guru cenderung akan meniru gaya orang yang diidolakannya,tanpa melihat sisi kelemahannya.
     Dalam penyampaian materi perkuliahan kepada peserta didik/audien, ada beberapa factor yang perlu dipertimbangkan, diantaranya adalah peserta didik, ruangan kelas, metode dan materi itu sendiri. Untuk dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan pada suatu perkuliahan, metode pembelajaran dan komunikasi harus mendapat perhatian khusus dalam setiap proses pembelajaran. Metode pembelajaran dan komunikasi tidak selaluharussamauntuksetiapmateri.

     Proses belajar (learning) adalah suatu perubahan yang relatif tetap dalam persediaan tingkah laku, yang terjadi sebagai hasil pengalaman. Ini berarti, hanya dapat dikatakan terjadi proses belajar bila seseorang menunjukkan tingkah laku yang tidak sama. Jika ia dapat membuktikan pengetahuan tentang fakta-fakta baru atau ia bisa melakukan sesuatu, yang sebelumnya ia tidak dapat melakukannya. Jadi, proses belajar menempatkan seseorang dari status kemampuan atau kecakapan (ability) yang satu kepadakemampuan/kecakapanyanglain.
     Pengajar yang baik seharusnya memahami karakteristik siswanya agar ia sukses dalam melaksanakan peran mengajarnya. Dalam proses belajar mengajar kemungkinan akan menemui mahasiswa yang sulit untuk melakukan kontak dengan dunia sekitarnya, suka mengasingkan diri, cenderung menutup diri. Dalam kaitan dengan hal ini, maka dosen/guru hendaknya merencanakan proses belajar mengajar yang sesuai dengan keadaan dan kepribadian mahasiswa.
     Belajar mengajar sebagai proses (process), pada hakikatnya mengandung tiga unsur yaitu adanya input (bahan mentah yang akan diolah), process (kegiatan mengolah input) dan output (hasil yang telah diolah). Suatu proses dipandang baik apabila kualitas output lebih baik dari pada input. Input proses belajar mengajar adalah mahasiswa sebelum perkuliahan. Proses belajar mengajar adalah interaksi antara komponen-komponen belajar mengajar yaitu tujuan, bahan, metode dosen, mahasiswa, fasilitas dan penilaian. Output dari proses belajar mengajar yaitupesertadidik(mahasiswa)setelahmenerimaperkuliahan.

     Komunikasi merupakan suatu yang sangat pokok dalam setiap hubungan orang-orang, begitu pula dalam suatu organisasi terjadinya komunikasi tentunya ada tujuan yang ingin dicapai. Hal sesuai dengan  pendapat Maman Ukas mengemukakan tujuan komunikasi sebagai berikut:
A.    Menentapkan dan menyebarkan maksud dari pada suatu usaha
B.     Mengembangkan rencana-rencana untuk mencapai tujuan
C.     Mengorganisasikan sumber-sumber daya manusia dan sumber daya lainnya seperti efektifdanefisien.
D.    Memilih,mengembangkan,menilaianggotaorganisasi
E.     Memimpin, mengarahkan, memotivasi dan menciptakan suatu iklim kerja di mana setiap orang mau memberikan kontribusi.
     Dalam prosesnya bahwa komunikasi merupakan suatu proses social untuk mentranmisikan atau menyampaikan perasaan atau informasi baik yang berupa ide-ide atau gagasan-gagasan dalam rangka mempengaruhi orang lain. Agar komunikasi berjalan efektif, komunikator hendaknya mampu mengatur aliran pemberitaan ke tiga arah, yakni ke bawah, ke atas, ke samping atau mendatar. Bagi setiap orang atau kelompok dalam organisasi hendaknya mungkin untuk berkomunikasi dengan setiap orang atau kelompok lain, dan untuk menenrima respon sikap, itu diminta oleh komuniktor.
     Menurut Marsetio Donosepoetro mengemukakan bahwa dalam proses komunikasiadabeberapaketentuan,antara lain:
A.    Karena komunikasi mempunyai suatu maksud, maka suatu messege atau stimulus selalu ditujukan kepada sekumpulan orang tertentu. Ini disebut penerima yang terntetu
B.     Komunikator berkeinginan menimbulkan suatu respon kepada penerima yang sesuai dengan maksud yang dibawakan oleh messege atau stimulus tertentu
C.     Suatu komunikasi dinyatakan berhasil jika respon yang timbul pada penerima, sesuai dengan maksud komunikasi.
     Dalam melaksanakan suatu program pendidikan aktivitas menyebarkan, menyampaikan gagasan-gagasan dan maksud-maksud ke seluruh struktur organisasi sangat penting. Proses komunikasi dalam menyampaikan suatu tujuan lebih dari pada sekedar menyalurkan pikiran-pikiran atau gagasan-gagasan dan maksud-maksud secara lisan atau tertulis. Komunikasi secara lisan pada umumnya lebih mendatangkan hasil dan pengertian yang jelas daripada secara tertulis.
     Demikian pula komunikasi secara informal dan secara formal mendatangkan hasil yang berbeda pengaruh dan kejelasannya. Terjadinya proses komunikasi dalam organisasi atau lembaga itu bisa terjadi secara formal maupun secara informal, sebagai mana menurut Oteng Sutisna mengemukan bahwa “Komunikasi formal terjadi, dalam memilih informasi untuk keperluan pelaporan, penyimpangan bias dengan mudah menyelinap. Selanjutnya biasanya orang ingin mendengar laporan-laporan yang menyenangkan. Akibatnya ialah sering pemindahan informasi yang diperindah atau dibiaskan.” Dalam struktur komunikasi harus adanya suatu jaminan informasi dan pikiran-pikiran akan mengalir bebas ke semua arah yang diperlukan, baik itu ke bawah, ke atas, dann ke samping. Satu saluran komunikasi formal tertentu atau lebih ke dan dari setiap personal atau anggota adalah perlu. Saluran-saluran itu hendaknya perlu dipahami oleh setiap anggota. Garis-garis komunikasi hendaknya dibuat sependek dan selangsung mungkin. Hendaknya mungkin bagi semua anggota untuk bertindak sebagai sumber komunikasi maupun sebagai penerima.
     Selanjutnya menurut Maman Ukas bahwa “Komunikasi informal adalah komunikasi yang tidak resmi dan terjadinya pada saat organisasi saling bertukar pikiran, saran ide, atau informasi secara pribadi.” Komunikasi informal ini tentunya dengan cara melakukan pendekatan secara kekeluargaan atau hubungan sosial tidak secara formal. Menurut Oteng Sutisna bahwa “Sistem komunikasi informal menyalurkan informasi dan pikiran-pikiran penting yang tak terpikirkan orang untuk disalurkan secara formal, memupuk ikatan dan persahabatan yang membantu bagi hubungan-hubungan insani yang baik.”
     Jika komunikator menaruh perhatian kepada saluran-saluran komunikasi informal, ia akan mengetahui kepentingan dan perhatian personil serta sikap mereka terhadap organisasi dan masalah-masalahnya, lagi pula komunikasi informal itu membawa kepada putusan-putusan yang dibuat di antara orang-orang pada tahap organisasi yang sama. Dalam kegiatan suatu organisasi atau lembaga khusunya dalam hal pengelolaan pendidikan tentunya tidak terlepas dengan komunikasi. Oleh sebab itu suatu proses pendidikan akan berhasil apabilla terjadinya suatu proses komunikasi yang baik dan sesuai dengan harapan, di mana gagasan-gagasan atau ide dibahas dalam suatu musyawarah antara komunikator dengan komunikan, sehingga terjadi pemahaman tentang informasi atau segala sesuatu hal menjadi pokok dari pembahasan untuk mengarah pada kesepakatan dan kesatuan dalam pendapat.
     Berdasarkan  hal tersebut, bahwa tujuan dari suatu organisasi atau instansi tentunya dapat tercapai secara optimal apabila proses komunikasinya lancar tanpa adanya suatu hambatan, walaupun ada hambatan, maka komunikator dan komunikan harus dengan cermat segera mengatasi permasalahan yang menyebabkan terjadi suatu hambatan, sehingga proses komunikasi dapat berlangsung.
     Dalam prosesnya komunikasi itu terbagai dalam 2 macam komunikasi, yaitu komunikasi aktif dan komunikasi pasif. Komunikasi aktif merupakan suatu proses komunikasi yang berlangsung dengan aktif antara komunikator dengan komunikan, di mana antara keduanya sama-sama aktif berkomunikasi, sehingga terjadi timbal balik di antara keduanya.
     Sedangkan komunikasi pasif terjadi di mana komunikator menyampaikan informasi atau ide terhadap halayaknya atau komunikan sebagai penerima informasi, akan tetapi komunikan tidak mempunyai kesempatan untuk memberikan respon atau timbal balik dari proses komunikasi.

1.8             Faktor yang mempengaruhi proses belajar mengajar :
Faktor yang mempengaruhi proses belajar mengajar dibagi atas, yaitu:
A.    Faktor Internal
     Segala faktor yang bersumber dari dalam diri mahasiswa, contohnya yaitu kemampuan mahasiswa, motivasi, perhatian, persepsi, pemrosesan informasi mencakup(ingatan,lupadan transfer)
B.     Faktor Eksternal
     Segala faktor yang bersumber dari luar diri mahasiswa, contohnya yaitu kondisi belajar dan pemberian umpan balik.

     Komunikasi interpersonal dalam kegiatan proses belajar mengajar
Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang terjadi antara dosen dengan mahasiswa atau antara mahasiswa dengan mahasiswa.
     Keeefektifan komunikasi tersebut tergantung dari kedua belah pihak, namun, karena dosen yang memegang kendali maka tanggungjawab terjadinya komunikasi interpersonal yang sehat dan efektif terletak di tangan dosen.

1.9             Komunikasi Efektif dalam Pembelajaran
     Komunikasi dikatakan efektif apabila terdapat aliran informasi dua arah antara komunikator dan komunikan dan informasi tersebut sama-sama direspon sesuai dengan harapan kedua pelaku komunikasi tersebut. Setidaknya terdapat lima aspek yang perlu dipahami dalam membangun komunikasi yang efektif, yaitu :
A.    Kejelasan
     Hal ini dimaksudkan bahwa dalam komunikasi harus menggunakan bahasa dan mengemas informasi secara jelas, sehingga mudah diterima dan dipahami oleh komunikan.

B.     Ketepatan
     Ketepatan atau akurasi ini menyangkut penggunaan bahasa yang benar dan kebenaran informasi yang disampaikan.

C.     Konteks
     Konteks atau sering disebut dengan situasi, maksudnya adalah bahwa bahasa dan informasi yang disampaikan harus sesuai dengan keadaan dan lingkungan dimana komunikasi itu terjadi.

D.    Alur
     Bahasa dan informasi yang akan disajikan harus disusun dengan alur atau sistematika yang jelas, sehingga pihak yang menerima informasi cepat tanggap.

E.     Budaya
     Aspek ini tidak saja menyangkut bahasa dan informasi, tetapi juga berkaitan dengan tatakrama dan etika. Artinya dalam berkomunikasi harus menyesuaikan dengan budaya orang yang diajak berkomunikasi, baik dalam penggunaan bahasa verbal maupun nonverbal, agar tidak menimbulkan kesalahan persepsi. (Endang Lestari G : 2003)

     Menurut Santoso Sastropoetro (Riyono Pratikno : 1987) berkomunkasi efektif berarti bahwa komunikator dan komunikan sama-sama memiliki pengertian yang sama tentang suatu pesan, atau sering disebut dengan “the communication is in tune”. Agar komunikasi dapat berjalan secara efektif, harus dipenuhi beberapa syarat :
A.    Menciptakan suasana komunikasi yang menguntungkan.
B.     Menggunakan bahasa yang mudah ditangkap dan dimengerti.
C.     Pesan yang disampaikan dapat menggugah perhatian atau minat bagi pihak komunikan.
D.    Pesan dapat menggugah kepentingan komunikan yang dapat menguntungkan.
E.     Pesan dapat menumbuhkan suatu penghargaan bagi pihak komunikan.

     Terkait dengan proses pembelajaran, komunikasi dikatakan efektif jika pesan yang dalam hal ini adalah materi pelajaran dapat diterima dan dipahami, serta menimbulkan umpan balik yang positif oleh mahasiswa. Komunikasi efektif dalam pembelajaran harus didukung dengan keterampilan komunikasi antar pribadi yang harus dimiliki oleh seorang dosen. Komunikasi antar pribadi merupakan komunikasi yang berlangsung secara informal antara dua orang individu. Komunikasi ini berlangsung dari hati ke hati, karena diantara keduabelah pihak terdapat hubungan saling mempercayai.
     Komunikasi antar pribadi akan berlangsung efektif apabila pihak yang berkomunikasi menguasai keterampilan komunikasi antar pribadi.
     Dalam kegiatan belajar mengajar, komunikasi antar pribadi merupakan suatu keharusan, agar terjadi hubungan yang harmonis antara pengajar dengan peserta belajar. Keefektifan komunikasi dalam kegiatan belajar mengajar ini sangat tergantung dari kedua belah pihak. Akan tetapi karena pengajar yang memegang kendali kelas, maka tanggung jawab terjadinya komunikasi dalam kelas yang sehat dan efektif terletak pada tangan pengajar. Keberhasilan pengajar dalam mengemban tanggung jawab tersebut dipengaruhi oleh keterampilannya dalam melakukan komunikasi ini.
Agar dapat merefleksikan ungkapan perasaan peserta didik secara efektif, pengajar perlu mengingat hal-hal berikut :
A.    Hindari prasangka terhadap pembicara atau topik yang dibicarakan.
B.     Perhatikan dengan cermat semua pesan verbal maupun nonoverbal dari pembicara.
C.     Lihat, dengarkan, dan rekam dalam hati, kata-kata/perilaku khas yang diperlihatkan pembicara.
D.    Bedakan/simpulkan kata-kata/pesan yang bersifat emosional.
E.     Beri tanggapan dengan cara memparaphrase kata-kata yang diucapkan, menggambarkan perilaku khusus yang diperlihatkan, dan tanggapan mengenai kedua hal tersebut.
F.      Jaga nada suara, jangan sampai berteriak, menghakimi, atau seperti memusuhi.
G.    Meminta klarifikasi terhadap pertanyaan atau pernyataan yang disampaikan.

1.10       Mendorong Mahasiswa untuk Memilih Perilaku Alternatif.

     Untuk keperluan ini, dosen harus memiliki kemampuan :
A.    Mencari/mengembangkan berbagai perilaku alternatif yang sesuai.
B.     Melatih perilaku alternatif serta merasakan apa yang dihayati mahasiswa dengan perilaku tersebut.
C.     Menerima balikan dari orang lain tentang keefektifan setiap perilaku alternatif.
D.    Memilih perilaku alternatif yang paling sesuai dengan kebutuhan pribadi mahasiswa.

     Komunikasi yang efektif dalam proses pembelajaran sangat berdampak terhadap keberhasilan pencapaian tujuan.Komunikasi dikatakan efektif apabila terdapat aliran informasi dua arah antara komunikator dan komunikan dan informasi tersebut sama-sama direspon sesuai dengan harapan kedua pelaku komunikasi tersebut. Jika dalam pembelajaran terjadi komunikasi yang efektif antara pengajar dengan mahasiswa, maka dapat dipastikan bahwa pembelajaran tersebut berhasil. Sehubungan dengan hal tersebut, maka para pengajar, pendidik, atau instruktur pada lembaga-lembaga pendidikan atau pelatihan harus memiliki kemampuan komunikasi yang baik. Kemampuan komunikasi yang dimaksud dapat berupa kemampuan memahami dan mendesain informasi, memilih dan menggunakan saluran atau media, serta kemampuan komunikasi antar pribadi dalam proses pembelajaran.



                                                                 KESIMPULAN
     Pembelajaran sebagai subset dari proses pendidikan harus mampu memberikan kontribusi terhadap peningkatan kualitas pendidikan, yang pada ujungnya akan berpengaruh terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia. Agar pembelajaran dapat mendukung peningkatan mutu pendidikan, maka dalam proses pembelajaran harus terjadi komunikasi yang efektif, yang mampu memberikan kefahaman mendalam kepada peserta didik atas pesan atau materi belajar.
     Komunikasi efektif dalam pembelajaran merupakan proses transformasi pesan berupa ilmu pengetahuan dan teknologi dari pendidik kepada peserta didik, dimana peserta didik mampu memahami maksud pesan sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan, sehingga menambah wawasan ilmu pengetahuan dan teknologi serta menimbulkan perubahan tingkah laku menjadi lebih baik. Pengajar adalah pihak yang paling bertanggungjawab terhadap berlangsungnya komunikasi yang efektif dalam pembelajaran, sehingga dosen sebagai pengajar dituntut memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik agar menghasilkan proses pembelajaran yang efektif.






                                                       DAFTAR PUSTAKA
2.      Arismunandar, Wiranto. (2003). Komunikasi dalam Pendidikan. Departemen Teknik Mesin ITB. Bandung.
3.      Gafur, Abdul. (2006). Handout Kuliah Landasan Teknologi Pendidikan. PPs UNY. Yogyakarta
4.      Lestari G, Endang dan Maliki, MA. (2003). Komunikasi yang Efektif. Lembaga Administrasi Negara. Jakarta.
5.      Miarso, Yusufhadi. (1986). Definisi Teknologi Pendidikan. Rajawali. Jakarta
6.      Pratikno, R. (1987). Berbagai Aspek Ilmu Komunikasi. Remadja Karya. Bandung
7.      Sardiman AM. (2005). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Rajawali Press. Jakarta.
8.      Suranto. (2005). Komunikasi Perkantoran. Media Wacana. Yogyakarta
9.      Wardani, IGAK. (2005). Dasar-Dasar Komunikasi dan Keterampilan Dasar Mengajar. PAU-DIKTI DIKNAS. Jakarta.
13.  JICA. 2009. Buku Petunjuk Guru Untuk Pembelajaran Yang Lebih Baik. Internasional Development Center Of Japan
14.  Moh. Uzer Usman. 1994. Menjadi Guru Profesional. Remaja Rosdakarya. Bandung.
15.  Nana Sudjana. 2004. Dasar- Dasar Proses Belajar Mengajar. Sinar Baru Algensindo. Bandung.
16.  Pupuh Fathurrohman dan Sobry Sutikno. 2007. Strategi Belajar Mengajar”Melalui Penanaman Konsep Umum & Konsep Islami”.Reflika Aditama. Bandung
17.  Sardiman. 1990. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar”Pedoman Bagi Guru dan Calon Guru”. CV Rajawali. Jakarta

18.  Thomas Gordon. 1986. Guru Yang Efektif” Cara Untuk Mengatasi Kesulitan dalam Kelas”. CV Rajawali. Jakarta.

No comments:

Klasifikasi Bunyi

  Klasifikasi Bunyi A.     Vokal dan Konsonan Pada umumnya bunyi bahasa dibedakan atas vokal dan konsonan. Bunyi vokal dihasilkan den...