Wednesday, June 12, 2013

CERPEN "PENANTIAN SEORANG AYAH"

Penantian Sang Ayah

     Tersebutlah seorang ayah yang mempunyai seorang anak. Ayah ini sangat menyayangi anaknya. Disuatu liburan, si ayah mengajak anaknya untuk pergi kepasar malam. Mereka pulang sangat larut malam. Ditengah jalan, si anak melepas seat beltnya karena merasa tidak nyaman. Si ayah sudah menyuruhnya memasang kembali, namun si anak tidak menurut.

    Tiba-tiba disalah satu tikungan, ada sebuah mobil lain melaju kencang tak terkendali. Ternyata pengemudinya mabuk. Tabrakan tak terhindarkan. Si ayah selamat, namun si anak terpental keluar. Kepalanya membentur aspal dan menderita gegar otak yang cukup parah. Setelah beberapa lama mendekam dirumah sakir, akhirnya si anak siuman atau sadarkan diri. Namun ia tidak dapat melihat dan mendengar apapun, buta dan tuli. Si ayah dengan sedih, hanya bisa memeluk erat anaknya, karena ia tahu hanya sentuhan dan pelukan yang bisa anaknya rasakan.

     Begitulah kehidupan sang ayah dan anaknya yang buta dan tuli ini. Dia senantiasa menjaga anaknya. Suatu saat si anak kepanasan dan minta es, si ayah diam saja. Sebab ia melihat anaknya sedang demam, dan es akan memperparah demam anaknya. Disuatu musim dingin, si anak memaksa berjalan ketempat yang hangat, namun si ayah menarik keras sampai melukai tangan si anak, karena ternyata tempat yang “hangat” tersebut tidak jauh dari sebuah gedung yang terbakar hebat.

     Suatu hari anaknya kesal kepada ayahnya karena ayahnya membuang liontin kesukaannya. Si anak sangat marah, namun sang ayah hanya bisa menghela nafas. Komunikasinya terbatas. Ingin rasanya ia menjelaskan bahwa liontin yang tajam itu sudah berkarat. Namun apa daya si anak tidak dapat mendengar, hanya dapat merasakan. Ia hanya bisa berharap anaknya sepenuhnya percaya kalau ayahnya hanya melakukan yang terbaik untuk anaknya.

     Saat paling bahagia si ayah adalah saat dia mendengar anaknya mengutarakan isi hatinya. Saat anaknya mendiamkan dia, dia merasa tersiksa, namun ia senantiasa berada disamping anaknya, setia menjaganya. Dia hanya bisa berdo’a dan berharap kalau suatu saat Allah dapat memberikan mukjizat kepadanya, setiap hari jam 4 pagi, dia bangun untuk mendo’akan kesembuhan anaknya


     Beberapa tahun berlalu, di suatu pagi yang cerah, sayup-sayup bunyi kicauan burung membangunkan si anak. Ternyata pendengarannya pulih! Anak itu berteriak kegirangan, sampai mengejutkan si ayah yang sedang tidur disampingnya. Kemudian disusul oleh penglihatannya. Ternyata Allah telah mengabulkan do’a sang ayah. Melihat rambut ayahnya yang telah memutih dan tangan sang ayah telah mengeras penuh luka, si anak memeluk erat sang ayah, sambil berkata “Ayah, terima kasih ya, selama ini engkau telah setia menjagaku.”

No comments:

Klasifikasi Bunyi

  Klasifikasi Bunyi A.     Vokal dan Konsonan Pada umumnya bunyi bahasa dibedakan atas vokal dan konsonan. Bunyi vokal dihasilkan den...