Penantian Sang Ayah
Tersebutlah
seorang ayah yang mempunyai seorang anak. Ayah ini sangat menyayangi anaknya.
Disuatu liburan, si ayah mengajak anaknya untuk pergi kepasar malam. Mereka
pulang sangat larut malam. Ditengah jalan, si anak melepas seat beltnya karena
merasa tidak nyaman. Si ayah sudah menyuruhnya memasang kembali, namun si anak
tidak menurut.
Tiba-tiba disalah satu tikungan, ada sebuah mobil lain melaju kencang
tak terkendali. Ternyata pengemudinya mabuk. Tabrakan tak terhindarkan. Si ayah
selamat, namun si anak terpental keluar. Kepalanya membentur aspal dan
menderita gegar otak yang cukup parah. Setelah beberapa lama mendekam dirumah
sakir, akhirnya si anak siuman atau sadarkan diri. Namun ia tidak dapat melihat
dan mendengar apapun, buta dan tuli. Si ayah dengan sedih, hanya bisa memeluk
erat anaknya, karena ia tahu hanya sentuhan dan pelukan yang bisa anaknya
rasakan.
Begitulah
kehidupan sang ayah dan anaknya yang buta dan tuli ini. Dia senantiasa menjaga
anaknya. Suatu saat si anak kepanasan dan minta es, si ayah diam saja. Sebab ia
melihat anaknya sedang demam, dan es akan memperparah demam anaknya. Disuatu
musim dingin, si anak memaksa berjalan ketempat yang hangat, namun si ayah
menarik keras sampai melukai tangan si anak, karena ternyata tempat yang
“hangat” tersebut tidak jauh dari sebuah gedung yang terbakar hebat.
Suatu
hari anaknya kesal kepada ayahnya karena ayahnya membuang liontin kesukaannya.
Si anak sangat marah, namun sang ayah hanya bisa menghela nafas. Komunikasinya
terbatas. Ingin rasanya ia menjelaskan bahwa liontin yang tajam itu sudah
berkarat. Namun apa daya si anak tidak dapat mendengar, hanya dapat merasakan.
Ia hanya bisa berharap anaknya sepenuhnya percaya kalau ayahnya hanya melakukan
yang terbaik untuk anaknya.
Saat
paling bahagia si ayah adalah saat dia mendengar anaknya mengutarakan isi
hatinya. Saat anaknya mendiamkan dia, dia merasa tersiksa, namun ia senantiasa
berada disamping anaknya, setia menjaganya. Dia hanya bisa berdo’a dan berharap
kalau suatu saat Allah dapat memberikan mukjizat kepadanya, setiap hari jam 4
pagi, dia bangun untuk mendo’akan kesembuhan anaknya
Beberapa
tahun berlalu, di suatu pagi yang cerah, sayup-sayup bunyi kicauan burung
membangunkan si anak. Ternyata pendengarannya pulih! Anak itu berteriak
kegirangan, sampai mengejutkan si ayah yang sedang tidur disampingnya. Kemudian
disusul oleh penglihatannya. Ternyata Allah telah mengabulkan do’a sang ayah.
Melihat rambut ayahnya yang telah memutih dan tangan sang ayah telah mengeras
penuh luka, si anak memeluk erat sang ayah, sambil berkata “Ayah, terima kasih
ya, selama ini engkau telah setia menjagaku.”
No comments:
Post a Comment