Monday, November 18, 2013

TEORI BEHAVIORISTIK

BAB I
LAPORAN BAB

A.    PENDAHULUAN
1.      Belajar dan pembelajaran, tahun terbit, Dr. C. Asri Budiningsih, penerbit, bab III tentang teori belajar behavioristik dan penerapannya dalam pembelajaran halaman 19 s/d 31.
2.      Rumusan masalah
A.    Bagaimana pandangan teori Behavioristik tentang belajar
B.     Bagaimana pandangan teori Thorndike tentang belajar
C.     Bagaimana pandangan teori Watson tentang belajar
D.    Bagimana pandangan teori Clark Hull tentang belajar
E.     Bagaimana pandangan teori Edwin tentang belajar
F.      Bagaimana pandangan teori Skinner tentang belajar
G.    Bagimana pandangan teori Behvioristik dalam pembelajaran
3.      Tujuan pembahasan
A.    Untuk mendeskripsikan teori Behavioristik tentang belajar
B.     Untuk mendeskripsikan teori Thorndike tentang belajar
C.     Untuk mendeskripsikan teori Watson tentang belajar
D.    Untuk mendeskripsikan teori Clark Hull tentang belajar
E.     Untuk mendeskripsikan teori Edwin tentang belajar
F.      Untuk mendeskripsikan teori Skinner tentang belajar
G.    Untuk mendeskripsikan teori Behvioristik dalam pembelajaran
H.    Deskripsi isi BAB
1.      Perubahan tingkah laku akibat adanya stimulus dan respons.
2.      Proses interaksi stimulus respons yang mana bentuk perubahan tingkah laku dibagi dalam dua wujud, konkret dan tidak konkreat.
3.      Proses interaksi antara stimulus dan respons berbentuk tingkah laku yang dapat diukur.
4.      Stimulus dalam belajar hampir diakitan dengan kebutuhan biologis.
5.      Stimulus dan respons cenderung bersifat sementara, maka perlu sesering mungkin diberikan stimulus agar respond an stimulus bersifat tetap.
6.      Stimulus yang diberikan seseorang akanberinteraksi dan interaksi antara stimulus-stimulus tersebut akan mempengaruhi bentuk respon yang diberikan demikian juga respon yang dimunculkan inipun akan memiliki konsekuensi-konsekuensi.
7.      Menekankan prilaku pada hasil belajar.


















BAB II
PEMBAHASAN

A.    RINGKASAN BAB
1.      Teori belajar behavioristik
Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar merupakan perubahan tingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar setelah menunjukan perubahan tingkah lakunya.

Menurut teori ini yang terpenting adalah masukan atau input yang berupa stimulus dan keluaran output yang berupa respons.

Menurut teori behavioristik apa yang terjadi diantara stimulus dan respon tidak  penting di perhatikan karena tidak bisa diamati dan dikukur. Yang dapat diamati hanyalah stimulus dan respon. Oleh sebab itu apa saja yang diberikan guru (stimulus) dan apa saja yang dihasilkan siswa ( respons) semuanya harus dapat diamati dan di ukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal yang penting untuk melihat terjadi tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.

Factor yang dianggap penting oleh aliran behavioristik ini adalah factor penguatan. Penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat timbulnya respon. Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respons semakin kuat. Bila penguatan dikurangi maka (negative reinforment) maka respon juga akan menguat.


2.      Teori belajar menurut Thordike
Menurut Thordike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap oleh panca indra. Sedangkan respon yaitu reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yaitu dapat berupa pikiran, perasaan, dan tindakan/gerakan.

Menurut thorndike perubahan tingkah laku akibat dari kegiatan belajar itu dapat berwujud konkret yang dapat diamati atau tidak konkreat yang tidak dapat diamati.

3.      Teori belajar menurut Watson
Menurutnya, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon yang dimaksud harus berbentuk tingkah laku yang dapat diamati (observabel) dan dapat diukur.

Dengan kata lain ia mengakui bahwa perubahan-perubahan mental dalam benak siswa itu penting selama dalam proses belajar namun factor itu tidak perlu diperhitungkan. Perubahan-perubahan mental yang terjadi dalam benak siswa itu penting, namun semua itu tidak dapat menunjukkan bahwa seseorang telah belajar atau belum karena tidak dapat diamat.

4.      Teori belajar menurut Clark Hull
Teori Hull mengatakan bahwa kebutuhan biologis dan pemuasan kebutuhan biologis adalah penting dan menempati posisi sentaral dalam seluruh kegiatan manusia, sehingga stimulus dalam belajarpun hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun respons yang, muncul mungkin bermacam-macam bentuknya.

5.      Teori belajar menurut Edwin Guthrie
Edwin Guthrie juga menggunakan variable hubungan stimulus dan respons untuk menjelaskan terjadinya proses belajar.  Dijelaskannya, bahwa hubungan antara stimulus dan respon cenderung bersifat sementara, oleh sebab itu dalam kegiatan belajar peserta didik perlu sesering mungkin diberikan stimulus agar hubungan antara stimulus dan respon bersifat lebih tetap.

Guthrie juga percaya bahwa hukuman (punishement) memegang peranan penting dalam proses belajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu merubah kebiasaan perilaku seseorang.

6.      Teori belajar menurut Skinner
Skinner berpendapat bahwa hubungan antara stimulus dan respons yang terjadi dalam lingkungan lalu menimbulkan perubahan tingkah laku, tidaklah sesederhana yang digambarkan para tokoh sebelumnya. Sebab, pada dasarnya stimulus-stimulus yang diberikan pada seseorang akan saling berinteraksi dan interaksi antara stimulus-stimulus tersebut akan mempengaruhi bentuk respon yang diberikan demikian juga respon yang dimunculkan inipun akan memiliki konsekuensi-konsekuensi. Konsekuensi-konsekuensi inilah yang pada gilirannya akan mempengaruhi atau menjadi pertimbangan munculnya perilaku.

Program-program pembelajaran seperti teaching machine, pembelajaran berprogram, modul, dan program-program pembelajaran lain yang berijak pada stimulus respons serta mementingkan factor-faktor penguat (reinforcement), merupakan program-program pembelajaran yang menerapkan teori belajar yang dikemukakan oleh skinner.

Teori behavioristik banyak dikritik karena sering kali tidak mampu menjelaskan situasi belaja kompleks, sebab banyak variable atau hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan dan atau belajar yang tidak dapat diubah menjadi sekedar stimulus dan respons.

Pandangan behavioristik tidak sempurna, kurang dapat menjelaskan adanya variasi tingkat tingkat emosi siswa, walaupun mereka memeiliki penguatan yang sama. Teori behavioristik juga cenderung mengerahkan siswa untuk berfikir linear, konvergen, tidak kreatif, dan tidak produktif. Pandangan teori ini bahwa belajar merupakan proses pembentukan atau shaping yaitu membawa siswa menuju atau mencapau target tertentu, sehingga menjadikannya peserta didik untuk tidak bebas berkreasi dan berimajinasi,

Skinner dan tokoh-tokoh lain pendukung behavioristik memang tidak menganjurkan digunakannya hukuman dalam kegiatan belajar. Namun apa yang mereka sebut dengan penguat negative (negative reinforcement) cenderung membatasi siswa bebas berpikir dan berimajinasi.

Menurut Gutrie hukuman memegang peranan penting dalam belajar. Namun ada beberapa alasan mengapa skinner tidak sependapat dengan Guthrie:
1.      Pengaruh hukuman terhadap perubahan tingkah laku sebagai bersifat sementara
2.      Dampak psikologis yang buruk mungkin akan terkondisi ( menjadi bagian jiwa si terhukum) bila hukuman berlangsung lama.
3.      Hukuman mendorong si terhukuman mencari cara lain (meskipun salah dan buruk) agar ia terbebas dari hukuman.


Penguat negatif tidak sama dengan hukuman. Ketidaksamaannya terletak pada bila hukuman harus diberikan (sebagai stimulus) agar respon yang akan muncul berbeda dengan respon yang sudah ada, sedangkan penguat negative ( sebagai stimulus) harus dikurangi agar respon yang sama menjadi menjadi kuat.

7.      Aplikasi  behavioristik dalam kegiatan pembelajaran
Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti; tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik siswa, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan berpijak pada teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan keorang yang belajar atau siswa. Siswa diharapkan akan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang di ajar.

Karena behavioristik memandang bahwa sebagai sesuatu dunia nyata yang telah terstruktur rapi dan teratur, maka siswa atau orang yang belajar harus dihadapkan pada aturan-aturan yang jelas dan ditetapkan lebih dulu secara ketat.

Tujuan pembelajaran menurut teori ini adalah ditekankan penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagai aktivitas “mimetic”, yang menuntut siswa untuk menangkap kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis atau tes. Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil belajar. Eveluasi menuntut satu jawaban benar. Jawaban yang benar menunjukkan bahwa siswa telah menyelesaikan tugas belajarnya.

BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
1.      Teori belajar behavioristik
Teori behavioristik mengatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antar stimulus dan respon.
2.      Teori belajar menurut Thorndike
Belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon.
3.      Teori belajar menurut Watson
Belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dimaksudkan harus berbentuk tingkah laku yang dapat diamati dan dapat di ukur.
4.      Belajar adalah hubungan antara stimulus dan respon.
5.      Teori belajar menurut Edwin Guthtrie
Belajar adalah hubungan antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon cenderung bersifat tetap. Maka perlu sesering mungkin diberikan stimulus agar stimulus dan respon bersifat tetap.
6.      Teori Belajar Menurut Skinner
Untuk memahami tingkah laku orang secara benar, perlu lebih dahulu memahami tingkah laku orang secara benar, perlu lebih dahulu memahami respon yang mungkin dimunculkan dan berbagai konsekuensi yang mungkin akan timbul sebagai akibat dari respon tersebut.
7.      Pandangan teori Behvioristik dalam pembelajaran
Aliran ini menekankan perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori behaviorisrik dengan model hubungan stimulus respons mendudukan orang belajar sebagai individu yang pasif. Respons atau prilaku dpat dibentuk dengan metode drill.
Lampiran: Bahan persentasi dalam bentuk powerpoint

Monday, September 30, 2013

PUISI- GURU PENGISI KERTAS PUTIH

GURU PENGISI KERTAS PUTIH
Tanpa dia, ibarat mendayung di danau yang kering
Tanpa dia, ibarat mencari butiran kaca di dasar laut…
Tanpa dia, hal yang mungkin mudah terasa sulit…
Keberadaannya  memang sering, namun sulit untuk kita hargai…
Hargai pengorbanannya…
Hargai perjuangannya…
Serta menghargai apa yang telah ia beri…

                                                                  Dialah yang mengajarkan…
                                                                  Untuk menggoreskan  garis-garis kecil
                                                                  Diatas kertas putih….

Tanpa dia, kita hanyalah secarik kertas putih tanpa makna..
Haruskah kita menghitung, berapa banyak jasanya…
Tapi sayangnya, ia tak membutuhkan itu…
Seperti ranting pohon yang siap kehilangan daunnya…
Seperti itulah dia…
                                                                  Saat kita satu persatu pergi…
                                                                  Ia siap dengan kebanggaannya…
Dia akan melihat kita…
Memperhatikan kita…
Jadi apakah kita….
Akan ada senyum kecil di bibirnya….
Hati kecilnya mungkin bicara….
“ lihatlah… itu anakku…”
                                                                  Akan ada secercah cahaya yang menghias hatinya…
                                                                  Seperti meminum mata air, dikala kehausan….
Begitulah rasa bangganya…
Tapi, bagaimana dengan kita…
Mungkin, saat kita di minta untuk memilih…
Dirinya, atau segenggam berlian…
Butuh waktu lama untuk kita memilihnya…
Tapi bila dirinya, harus memilih…
Dia akan memilih, semua pengabdiannya untuk siswanya…
                                                                Jasa seorang guru, seperti jumlah bintang dilangit…
                                                                Jasa seorang guru, seperti banyaknya udara dibumi…
                                                                Tapi, itulah dia.. dengan segala ketulusannya…
                                                                Membuat kertas-kertas putih itu menjadi penuh makna…

Dialah tinta abadi pengisi kekosongan…

PUISI- AKHIR DARI PENGABDIAN

Akhir dari Pengabdian
Mentari terlihat begitu bersahabat…
Sinarnyapun seakan-akan malu menyapa tubuhnya…
Di tengah embun pagi, yang mendinginkan tubuhnya..
Ditemani Sepasang sepatu usang menemani langkahnya….
Adakah yang mengerti keinginannya…
Namun berapa banyakkah  yang mengerti maksudnya
Semua seolah-olah lewat dan mengabaikannya
                                                                  Ditengah hempitan sejuta masalah..
                                                                  Dibalik tubuhnya yang renta…..
                                                                  Sepatu usang tetap setia menemani
                                                                  langkah-langkah kecilnya….
                                                                  Demi tujuannya… demi harapannya…
Terkadang ia tertunduk lesu…
Ingin rasanya memejamkan mata ini… walau sekejap…
Tapi, baru sebentar ia tertunduk…

                                                                  Bagaimana dengan tanggung jawabku…
                                                                  Bagaimana  dengan anak didikku…
                                                                  Hanya itu, hanya itu-itu saja yang ia pikirkan…
Terkadang rasa letihnya pun ia abaikan…
Terkadang rasa sakitnya pun ia lupakan…
Mungkin… saat dia berfikir untuk menutup mata…
Tertidur dalam ketenangan…
                                                        Dalam ketenangan pula membawanya dalam sebuah harapan..
                                                        Melihat, seluruh anak didiknya dapat menjadi kebanggaan
                                                        Meraih mimpi yang dicita-citakan…
                                                        Meski tubuhnya telah menyentuh tanah
Tapi, pengabdiannya tetap hidup…
Ia tak mengharap apapun…
Harta bahkan emas….
Itulah akhir dari pengabdiannya…
                                                                  Siapa lagi, dia…

                                                                  Dia adalah pahlawan tanpa tanda jasa…

KALIMAT EFEKTIF

                 1.      Menjelaskan pengertian kalimat efektif?
Kalimat efektif adalah kalimat yang mewakili pikiran atau gagasan pembicara atau penulis, serta dapat diterima maksud/arti serta tujuannya seperti yang dimaksud oleh penulis/pembicara. Kalimat efektif dapat dikatakan efektif jika kalimat tersebut berhasil menyampaikan pesan, pikiran, gagasan, perasaan, pemberitahuan kalimat secara benar dan jelas sesuai dengan maksud si pembicara atau penulis.

2.      Menyebutkan dan menguraikan ciri-ciri kalimat efektif?
Ciri-ciri kalimat efektif, sebagai berikut:
A.    Kesepadanan Struktur Bahasa
Kesepadanan ialah keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan struktur bahasa yang digunakan. Kesepadanan kalimat dibangun melalui kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan pikiran yang baik. Kesatuan menunjuk bahwa dalam satu kalimat hendaknya hanya ada satu ide pokok. Satu ide pokok tidak diartikan sebagai ide tunggal, tetapi ide yang dapat dikembangkan ke dalam beberapa ide penjelas.

Beberapa ciri kesepadanan
1)      Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat dengan jelas. Ketidakjelasan subjek atau predikat suatu kalimat tentu saja membuat kalimat itu tidak efektif. Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan dengan menghindarkan pemakaian kata depan di, dalam, bagi, untuk, pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya di depan subjek.
Contoh:
A.    Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi harus membayar uang kuliah (Tidak efektif).
Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah (Efektif).

2)      Tidak terdapat subjek yang ganda.
Contoh:
A.    Penyusunan laporan ini saya dibantu oleh para dosen (Tidak efektif).
Dalam penyusunan laporan itu, saya dibantu oleh para dosen (Efektif).

3)      Kalimat penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal.
Contoh:
A.    Kami datang terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama (Tidak efektif).
Kami datang agak terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti acara pertama (Efektif).

4)      Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang.
Contoh-contoh Kesepadanan:
A.    Kepada setiap pengendara mobil di Surabaya harus memiliki surat izin mengemudi = subyeknya tidak jelas (Tidak efektif).
Setiap pengendara mobil di Surabaya harus memiliki surat izin mengemudi (Efektif).

B.     Tentang kelangkaan pupuk mendapat keterangan para petani. à unsur S-P-O tidak berkaitan erat (Tidak efektif).
Para petani mendapat keterangan tentang kelangkaan pupuk (Efektif).



B.     Kecermatan dalam Pemilihan dan Penggunaan Kata
Dalam membuat kalimat efektif jangan sampai menjadi kalimat yang ambigu (menimbulkan tafsiran ganda) dan tepat dalam pilihan kata.

Contoh:
1)      Mahasiswi perguruan tinggi yang terkenal itu mendapatkan hadiah (Tidak efektif).
Mahasiswa yang terkenal di perguruan tinggi itu menerima hadiah (Efektif).

2)      Dia menerima uang sebanyak dua puluh lima ribuan (Tidak efektif).
Dia menerima uang sebanyak dua puluh lembar lima ribu rupiah (Efektif).


C.    Kesatuan atau Kepaduan
Kesatuan atau kepaduan di sini maksudnya adalah kepaduan pernyataan dalam kalimat tersebut, sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah. Kepaduan adalah adanya hubungan yang padu (koheren) antarunsur kalimat. Satu unsur dengan unsur yang lain tidak boleh ditambahkan kata yang tidak penting dan letak kata dalam kalimat tidak boleh dipertukarkan. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menciptakan kepaduan kalimat, yaitu:
1)      Hindari kalimat yang panjang dan bertele-tele, karena kalimat yang panjang dan bertele-tele  tidak mencerminkan cara berpikir yang tidak simetris.
2)      Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib.
3)      Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti “daripada” atau “tentang”  antara predikat kata kerja dan objek penderita.

Contoh Kesatuan atau Kepaduan:
1)      Makalah ini membahas tentang teknologi fiber optik (Tidak efektif).
Makalah ini membahas teknologi fiber optik (Efektif).
2)      Pembangunan desa daripada kita bertujuan untuk memakmurkan rakyat daripada desa, bukan untuk segelintir orang tersebut (Tidak efektif).
Pembangunan desa kita bertujuan untuk kemakmuran rakyat desa, bukan untuk segelintir orang (Efektif).



D.    Keparalelan atau Kesajajaran
Keparalelan atau kesejajaran adalah kesamaan bentuk kata atau imbuhan yang digunakan dalam kalimat itu. Jika pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba. Jika kalimat pertama menggunakan kata kerja berimbuhan me-, maka kalimat berikutnya harus menggunakan kata kerja berimbuhan me- juga. Kesatuan unsur-unsur yang digunakan secara konsisten. Kesejajaran ialah menempatkan gagasan yang sama penting dan fungsinya ke dalam struktur kebahasaan yang sama.

Contoh Keparalelan atau Kepaduan:
1)      Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan (Tidak efektif).
Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan (Efektif).

2)      Harga sembako dibekukan atau kenaikan secara luwes (Tidak efektif).
Harga sembako dibekukan atau dinaikkan secara luwes (Efektif).


E.     Kefokusan
Kefokusan disini bertujuan agar kalimat tersebut mudah dipahami maksudnya. Untuk menjaga kesatuan gagasan hendaknya dicamkan asas “tiap kalimat harus mengandung satu ide pokok”, agar setiap kalimat mudah untuk ditangkap dalam berkomunikasi.

Contoh Kefokusan:
1)      Dari peristiwa itu perlu mendapat perhatian dari berbagai pihak agar tidak terulang lagi (Tidak efektif).
2)      Berbagai pihak perlu memperhatikan peristiwa itu agar tidak terulang lagi (Efektif).

F.     Kehematan
Kehematan dalam kalimat efektif maksudnya adalah hemat dalam mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu, tetapi  tidak menyalahi kaidah tata bahasa. Hal ini dikaranekan, penggunaan kata yang berlebih akan mengaburkan maksud kalimat. Setiap unsur kalimat harus berfungsi dengan baik dan menghindari kalimat yang mubazir. Untuk itu, ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan untuk dapat melakukan penghematan, yaitu:

1)      Menghilangkan pengulangan subjek.
Contoh:
A.    Karena ia tidak di undang, ia tidak datang ketempat itu (Tidak efektif).
Karena tidak diundang, ia tidak datang ketempat itu (Efektif).
2)      Menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata.
Contoh:
A.    Kata pipit sudah mewakili kata burung (Tidak efektif).
Dimana engkau menangkap burung pipit itu? (Efektif).

3)      Menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat.
Contoh:
A.    Mereka naik ke atas menggunakan tangga (Tidak Efektif).
Mereka naik menggunakan tangga (Efektif).

4)      Menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak.
Contoh:
A.    Banyak para jemaah yang menjadi korban ketika terjadinya musibah di Jamarat Mina (Tidak Efektif).
Banyak jemaah yang menjadi korban ketika terjadinya musibah di Jamarat Mina (Efektif).

5)      Penggunaan bentuk panjang yang salah.
Contoh:
A.    Dosen itu memberikan teguran kepada mahasiswa yang sering tidak masuk kuliah (Tidak Efektif).
Dosen menegur mahasiswa yang sering tidak masuk kuliah (Efektif).


G.    Kelogisan
Kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat dengan mudah dipahami dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku. Hubungan unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki hubungan yang logis/masuk akal. Sebuah kalimat memiliki kelogisan jika masuk akal.

Contoh Kelogisan:
1)      Untuk mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini (Tidak efektif).
Untuk menghemat waktu, kami teruskan ke acara selanjutnya (Efektif).
2)      Mayat lelaki tua yang ditemukan itu sebelumnya sering mondar-mandir di daerah tersebut (Tidak efektif).
Sebelum meninggal, lelaki tua yang mayatnya ditemukan itu sering mondar-mandir di daerah tersebut (Efektif).
3)      Waktu dan tempat kami persilakan (Tidak efektif).
Bapak mentri kami persilakan (Efektif).

H.    Ketegasan
Ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan terhadap ide pokok dari kalimat. Untuk membentuk penekanan dalam suatu kalimat, ada beberapa cara, yaitu:



1)      Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).
Contoh:
A.    Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan kemampuan yang ada pada dirinya.
Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya. (ketegasan).

2)      Membuat urutan kata yang bertahap.
Contoh:
A.    Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar (Salah).
Bukan seratus, seribu atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar (Benar).

3)      Melakukan pengulangan kata (Repetisi).
Contoh:
A.    Cerita itu begitu menarik, cerita itu sangat mengharukan.
B.     Saya suka akan kecantikan mereka, saya suka akan kelembutan mereka.

4)      Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.
Contoh:
A.    Anak itu bodoh, tetapi pintar.
B.     Anak itu malas dan cenderung curang, tetapi rajin dan jujur.

5)      Mempergunakan partikel penekanan (penegasan), seperti: partikel –lah, -pun, dan –kah.
Contoh:
A.    Dapatkah mereka mengerti maksud perkataanku?
B.     Saudaralah yang bertanggung jawab.

6)      Menggunakan klimaks dan anti klimaks
Contoh:
A.    Jangankan menjalankan sholat sunah, shalat wajib saja dia tinggalkan.

I.       Kevariasian
Dalam menulis sebuah tulisan, kevariasian sangatlah penting, yang bertujuan agar pembaca tidak merasa bosan dan jenuh saat membaca tulisan sang penulis.Sedangkan yang dimaksud dengan variasi kalimat disini ialah variasi kalimat-kalimat yang membangun kalimat dalam paragraf, yang dilakukan dengan variasi struktur, diksi, dan gaya asalkan tidak menimbulkan perubahan makna.
1)      Kalimat berimbang
Contoh :
A.    Kedua orang tuanya berjualan di pasar dan dan kedua anak mereka bermain di rumah.
2)      Kalimat melepas yaitu mengubah fungsi klausa kedua dari klausa koordinatif dengan klausa utama menjadi klausa sematan.
Contoh :
A.    Kedua orang tuanya berjualan di pasar ketika kedua anak mereka bermain di rumah.

3)      Kalimat berklimaks
Contoh :
A.    Ketika kedua anak itu bermain di rumah, Kedua orang tua mereka berjualan di pasar.

J.      Ketepatan Ejaan
Kecermatan penggunaan ejaan sangat menentukan kualitas dalam penyajian data. Dimana ada tuntutan untuk menerapkan kaidah sesuai dengan EYD, agar informasi yang didapat itu baik dan benar dan sesuai dengan apa yang di maksudkan oleh pembicara atau penulis.

Contoh :
1)      Coba bandingkan kalimat-kalimat berikut.
Ayah saya belum makan.
Ayah, saya belum makan.
Ayah saya, belum makan.
Ayah, saya, belum makan.

Tentunya dari contoh di atas meskipun kata-katanya sama namun satu dengan yang lain berbeda arti. Disitulah kita dituntut untuk cermat dalam pengunaan ejaan (Ejaan yang Disempurnakan).



K.    Keharmonisan
Keharmonisan kalimat artinya setiap kalimat yang kita buat harus harmonis antara pola berpikir dan struktur bahasa.
1)      Subjek
Subjek(S) ialah bagian kalimat yang menunjukkan pelaku, tokoh, sosok, benda, sesuatu hal.
2)      Predikat
Predikat(P) adalah bagian kalimat yang memberitahu melakukan apa atau dalam keadaan bagaimana subjek. Predikat dapat juga berupa sifat, situasi, status, ciri, atau jati diri subjek.
3)      Objek dan Pelengkap
Objek dan Pelengkap adalah bagian kalimat yang melengkapi predikat.
4)      Keterangan
Keterangan(Ket) ialah bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal mengenai bagian yang lainnya.

3.      Membuat beberapa contoh latihan menggunakan kalimat efektif disekolah.
Contoh:
A.    Pekerjaan itu saya kurang cocok (Tidak Efektif).
Pekerjaan itu bagi saya kurang cocok (Efektif).
B.     Rumah kami yang terletak di kampung Neglasari RT 01/01 (Tidak Efektif).
Kalimat di atas tidak efektif karena tidak memiliki predikat yang jelas. Predikat yang jelas adalah predikat kalimat tidak didahului kata yang.
Rumah kami terletak di kampung Neglasari RT 01/01 (Efektif).
C.    Kepada para mahasiswa diharapkan mendaftarkan diri di sekretariat (Tidak efektif).
Kalimat di atas subjeknya kurang jelas karena diantar oleh kata depan. Karena (kata depan di, dari, dalam, kepada, daripada, sebagai, mengenai, dan menurut tidak boleh mengawali subjek, kecuali seluruh kata depan tersebut berfungsi sebagai keterangan). Oleh karena itu, kata depan harus dihilangkan.
Para mahasiswa diharapkan mendaftarkan diri di sekretariat (Efektif).





Klasifikasi Bunyi

  Klasifikasi Bunyi A.     Vokal dan Konsonan Pada umumnya bunyi bahasa dibedakan atas vokal dan konsonan. Bunyi vokal dihasilkan den...