BAB I
LAPORAN BAB
A.
PENDAHULUAN
1. Belajar
dan pembelajaran, tahun terbit, Dr. C. Asri Budiningsih, penerbit, bab III
tentang teori belajar behavioristik dan penerapannya dalam pembelajaran halaman
19 s/d 31.
2. Rumusan
masalah
A. Bagaimana
pandangan teori Behavioristik tentang belajar
B. Bagaimana
pandangan teori Thorndike tentang belajar
C. Bagaimana
pandangan teori Watson tentang belajar
D. Bagimana
pandangan teori Clark Hull tentang belajar
E. Bagaimana
pandangan teori Edwin tentang belajar
F. Bagaimana
pandangan teori Skinner tentang belajar
G. Bagimana
pandangan teori Behvioristik dalam pembelajaran
3. Tujuan
pembahasan
A. Untuk
mendeskripsikan teori Behavioristik tentang belajar
B. Untuk
mendeskripsikan teori Thorndike tentang belajar
C. Untuk
mendeskripsikan teori Watson tentang belajar
D. Untuk
mendeskripsikan teori Clark Hull tentang belajar
E. Untuk
mendeskripsikan teori Edwin tentang belajar
F. Untuk
mendeskripsikan teori Skinner tentang belajar
G. Untuk
mendeskripsikan teori Behvioristik dalam pembelajaran
H. Deskripsi
isi BAB
1.
Perubahan
tingkah laku akibat adanya stimulus dan respons.
2. Proses interaksi
stimulus respons yang mana bentuk perubahan tingkah laku dibagi dalam dua
wujud, konkret dan tidak konkreat.
3. Proses interaksi antara
stimulus dan respons berbentuk tingkah laku yang dapat diukur.
4. Stimulus dalam belajar
hampir diakitan dengan kebutuhan biologis.
5. Stimulus dan respons cenderung
bersifat sementara, maka perlu sesering mungkin diberikan stimulus agar respond
an stimulus bersifat tetap.
6. Stimulus yang diberikan
seseorang akanberinteraksi dan interaksi antara stimulus-stimulus tersebut akan
mempengaruhi bentuk respon yang diberikan demikian juga respon yang dimunculkan
inipun akan memiliki konsekuensi-konsekuensi.
7. Menekankan prilaku pada
hasil belajar.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
RINGKASAN
BAB
1. Teori
belajar behavioristik
Menurut teori
behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya
interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar merupakan
perubahan tingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara
stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar setelah menunjukan
perubahan tingkah lakunya.
Menurut teori
ini yang terpenting adalah masukan atau input yang berupa stimulus dan keluaran
output yang berupa respons.
Menurut teori
behavioristik apa yang terjadi diantara stimulus dan respon tidak penting di perhatikan karena tidak bisa
diamati dan dikukur. Yang dapat diamati hanyalah stimulus dan respon. Oleh
sebab itu apa saja yang diberikan guru (stimulus) dan apa saja yang dihasilkan
siswa ( respons) semuanya harus dapat diamati dan di ukur. Teori ini
mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal yang penting
untuk melihat terjadi tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
Factor yang dianggap
penting oleh aliran behavioristik ini adalah factor penguatan. Penguatan adalah
apa saja yang dapat memperkuat timbulnya respon. Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respons semakin
kuat. Bila penguatan dikurangi maka (negative
reinforment) maka respon juga akan menguat.
2. Teori
belajar menurut Thordike
Menurut Thordike, belajar adalah
proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus yaitu apa saja yang dapat
merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal
lain yang dapat ditangkap oleh panca indra. Sedangkan respon yaitu reaksi yang
dimunculkan peserta didik ketika belajar, yaitu dapat berupa pikiran, perasaan,
dan tindakan/gerakan.
Menurut
thorndike perubahan tingkah laku akibat dari kegiatan belajar itu dapat
berwujud konkret yang dapat diamati atau tidak konkreat yang tidak dapat
diamati.
3. Teori
belajar menurut Watson
Menurutnya,
belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon yang dimaksud harus
berbentuk tingkah laku yang dapat diamati (observabel)
dan dapat diukur.
Dengan kata lain
ia mengakui bahwa perubahan-perubahan mental dalam benak siswa itu penting
selama dalam proses belajar namun factor itu tidak perlu diperhitungkan.
Perubahan-perubahan mental yang terjadi dalam benak siswa itu penting, namun
semua itu tidak dapat menunjukkan bahwa seseorang telah belajar atau belum
karena tidak dapat diamat.
4. Teori
belajar menurut Clark Hull
Teori Hull
mengatakan bahwa kebutuhan biologis dan pemuasan kebutuhan biologis adalah penting
dan menempati posisi sentaral dalam seluruh kegiatan manusia, sehingga stimulus
dalam belajarpun hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun
respons yang, muncul mungkin bermacam-macam bentuknya.
5. Teori
belajar menurut Edwin Guthrie
Edwin Guthrie
juga menggunakan variable hubungan stimulus dan respons untuk menjelaskan
terjadinya proses belajar.
Dijelaskannya, bahwa hubungan antara stimulus dan respon cenderung
bersifat sementara, oleh sebab itu dalam kegiatan belajar peserta didik perlu
sesering mungkin diberikan stimulus agar hubungan antara stimulus dan respon
bersifat lebih tetap.
Guthrie juga
percaya bahwa hukuman (punishement) memegang
peranan penting dalam proses belajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang
tepat akan mampu merubah kebiasaan perilaku seseorang.
6. Teori
belajar menurut Skinner
Skinner
berpendapat bahwa hubungan antara stimulus dan respons yang terjadi dalam
lingkungan lalu menimbulkan perubahan tingkah laku, tidaklah sesederhana yang
digambarkan para tokoh sebelumnya. Sebab, pada dasarnya stimulus-stimulus yang
diberikan pada seseorang akan saling berinteraksi dan interaksi antara
stimulus-stimulus tersebut akan mempengaruhi bentuk respon yang diberikan
demikian juga respon yang dimunculkan inipun akan memiliki
konsekuensi-konsekuensi. Konsekuensi-konsekuensi inilah yang pada gilirannya
akan mempengaruhi atau menjadi pertimbangan munculnya perilaku.
Program-program
pembelajaran seperti teaching machine, pembelajaran berprogram, modul, dan
program-program pembelajaran lain yang berijak pada stimulus respons serta
mementingkan factor-faktor penguat (reinforcement),
merupakan program-program pembelajaran yang menerapkan teori belajar yang
dikemukakan oleh skinner.
Teori
behavioristik banyak dikritik karena sering kali tidak mampu menjelaskan
situasi belaja kompleks, sebab banyak variable atau hal-hal yang berkaitan
dengan pendidikan dan atau belajar yang tidak dapat diubah menjadi sekedar
stimulus dan respons.
Pandangan
behavioristik tidak sempurna, kurang dapat menjelaskan adanya variasi tingkat
tingkat emosi siswa, walaupun mereka memeiliki penguatan yang sama. Teori
behavioristik juga cenderung mengerahkan siswa untuk berfikir linear,
konvergen, tidak kreatif, dan tidak produktif. Pandangan teori ini bahwa belajar
merupakan proses pembentukan atau shaping yaitu membawa siswa menuju atau
mencapau target tertentu, sehingga menjadikannya peserta didik untuk tidak
bebas berkreasi dan berimajinasi,
Skinner dan
tokoh-tokoh lain pendukung behavioristik memang tidak menganjurkan digunakannya
hukuman dalam kegiatan belajar. Namun apa yang mereka sebut dengan penguat
negative (negative reinforcement)
cenderung membatasi siswa bebas berpikir dan berimajinasi.
Menurut Gutrie hukuman memegang
peranan penting dalam belajar. Namun ada beberapa alasan mengapa skinner tidak
sependapat dengan Guthrie:
1. Pengaruh
hukuman terhadap perubahan tingkah laku sebagai bersifat sementara
2. Dampak
psikologis yang buruk mungkin akan terkondisi ( menjadi bagian jiwa si
terhukum) bila hukuman berlangsung lama.
3. Hukuman
mendorong si terhukuman mencari cara lain (meskipun salah dan buruk) agar ia
terbebas dari hukuman.
Penguat negatif
tidak sama dengan hukuman. Ketidaksamaannya terletak pada bila hukuman harus
diberikan (sebagai stimulus) agar respon yang akan muncul berbeda dengan respon
yang sudah ada, sedangkan penguat negative ( sebagai stimulus) harus dikurangi
agar respon yang sama menjadi menjadi kuat.
7. Aplikasi behavioristik dalam kegiatan pembelajaran
Aplikasi teori
behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti;
tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik siswa, media dan
fasilitas pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang dirancang dan
dilaksanakan berpijak pada teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan
adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur
rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan sedangkan mengajar adalah
memindahkan pengetahuan keorang yang belajar atau siswa. Siswa diharapkan akan
memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang di ajar.
Karena
behavioristik memandang bahwa sebagai sesuatu dunia nyata yang telah
terstruktur rapi dan teratur, maka siswa atau orang yang belajar harus
dihadapkan pada aturan-aturan yang jelas dan ditetapkan lebih dulu secara
ketat.
Tujuan
pembelajaran menurut teori ini adalah ditekankan penambahan pengetahuan,
sedangkan belajar sebagai aktivitas “mimetic”,
yang menuntut siswa untuk menangkap kembali pengetahuan yang sudah dipelajari
dalam bentuk laporan, kuis atau tes. Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada
hasil belajar. Eveluasi menuntut satu jawaban benar. Jawaban yang benar
menunjukkan bahwa siswa telah menyelesaikan tugas belajarnya.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
1. Teori belajar behavioristik
Teori
behavioristik mengatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai
akibat dari adanya interaksi antar stimulus dan respon.
2. Teori
belajar menurut Thorndike
Belajar adalah
proses interaksi antara stimulus dan respon.
3. Teori belajar menurut
Watson
Belajar adalah
proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dimaksudkan harus
berbentuk tingkah laku yang dapat diamati dan dapat di ukur.
4.
Belajar
adalah hubungan antara stimulus dan respon.
5.
Teori
belajar menurut Edwin Guthtrie
Belajar adalah
hubungan antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon cenderung
bersifat tetap. Maka perlu sesering mungkin diberikan stimulus agar stimulus
dan respon bersifat tetap.
6.
Teori Belajar Menurut
Skinner
Untuk memahami
tingkah laku orang secara benar, perlu lebih dahulu memahami tingkah laku orang
secara benar, perlu lebih dahulu memahami respon yang mungkin dimunculkan dan
berbagai konsekuensi yang mungkin akan timbul sebagai akibat dari respon
tersebut.
7.
Pandangan
teori Behvioristik dalam pembelajaran
Aliran ini
menekankan perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori behaviorisrik
dengan model hubungan stimulus respons mendudukan orang belajar sebagai
individu yang pasif. Respons atau prilaku dpat dibentuk dengan metode drill.
Lampiran: Bahan
persentasi dalam bentuk powerpoint
No comments:
Post a Comment