Wednesday, June 12, 2013

ADAT KELAHIRAN- TRADISI MELAYU

“ TRADISI MELAYU ADAT MELAHIRKAN “


Pengenalan
     Anak atau zuriat adalah suatu karunia Tuhan yang tidak ternilai bagi setiap pasangan suami istri. Bagi masyarakat Melayu yang rata-ratanya beragama Islam, adalah terpercaya setiap anak yang dilahirkan memiliki rezekinya masing-masing, justru itu setiap kelahiran itu harus disyukuri. Dalam aspek kelahiran ini, masyarakat Melayu banyak mengadopsi norma tertentu yang diwariskan secara turun temurun. Ini mencakup tingkat saat mengandung, melahirkan dan setelah lahir.

Sewaktu Mengandung
*    Melenggang Perut
     Adat ini juga dipanggil Kirim Perut oleh masyarakat Melayu di bagian utara Semenanjung Malaysia dan di setengah tempat dikenal sebagai Mandi Tian. Upacara ini dilakukan pada wanita yang mengandung anak sulung ketika kandungan berusia sekitar tujuh atau delapan bulan. Itu dilakukan oleh seorang bidan untuk membuang geruh atau kecelakaan yang mungkin menimpa wanita hamil yang bakal bersalin dan untuk memperbaiki posisi bayi di dalam perut.

Peralatan untuk upacara ini termasuk
 Tujuh helai kain dengan tujuh warna berlainan
 Segantang beras
 Sebiji kelapa
 Beberapa urat benang mentah
 Damar
 Minyak kelapa atau minyak urut
 Lilin
 Tepak sirih yang lengkap isinya
 Pengeras sebanyak RM1.25

     Pada permulaannya bidan akan membacakan jampi mentera dan mengandam wanita hamil tadi. Tepung tawar dicalit ke mukanya dan beras kunyit ditabur. 

Upacara Adat Melenggang Perut
     Berikutnya adat mandi sintuk jeruk dan air buyung dilakukan. Sebiji telur diselipkan di kain basahan yaitu di bagian perutnya dan sebuah cermin kecil dibawa bersama. Wanita itu didudukkan di atas kursi di mana pada kaki kursi itu dipatok ayam. Kemudian air buyung dijiruskan ke badannya sedangkan telur tadi dilepaskan atau dijatuhkan dengan kepercayaan itu akan memudahkan wanita tadi bersalin.

     Setelah membersihkan badan, wanita itu bercermin muka dengan harapan anak yang bakal lahir nanti memiliki rupa paras yang cantik. Setelah acara itu selesai bidan akan menyajikan ketujuh helai kain berbentuk horisontal sehelai di atas sehelai yang lain. Ibu yang hamil dibaringkan di atas lapisan kain-kain tersebut. Bidan akan mengurut ibu yang sedang hamil dengan menggunakan minyak kelapa atau minyak pijat. Bidan mengambil buah kelapa yang sudah dibersihkan lalu menggulingkannya dengan lembut pada perut terus ke ujung kakinya sebanyak tujuh kali. Adalah terpercaya jika kelapa berhenti bergulir dengan matanya ke atas, anak yang dikandungnya adalah pria dan perempuan jika sebaliknya. Akhirnya bidan akan melenggangkan setiap helai kain tersebut pada perut wanita hamil itu. Menurut adatnya, kain yang di bawah sekali diberikan kepada bidan beserta dengan peralatan upacara tadi. Biasanya pada hari tersebut, kenduri doa selamat akan diadakan dan ibu yang menjalani upacara ini dipakaikan dengan pakaian baru. Adalah terpercaya adat ini mengandung unsur-unsur budaya Hindu.

Sewaktu Bersalin
     Ketika hampir tiba waktu bersalin, persediaan akan dikelola oleh keluarga tersebut. Seperti kebiasaannya konten ketika itu sudah cukup sembilan bulan sepuluh hari. Tetapi adakalanya periode kehamilan dapat mencapai hingga sepuluh sampai dua belas bulan yang disebut bunting kerbau. Menurut kepercayaannya juga daun mengkuang berduri akan digantung di bawah rumah dan kapur akan dipangkah pada tempat-tempat tertentu di dalam rumah wanita yang hendak melahirkan tadi untuk menghindari gangguan makhluk halus. Selain itu juga, ada beberapa kebiasaan yang harus dilakukan saat menyambut kelahiran ini.

*    Potong Tali Pusat
*         Segera setelah bayi lahir, bidan akan menyambutnya dengan jampi dan serapah lalu disemburkan dengan daun sirih. Setelah bayi dibersihkan, tali pusatnya akan dipotong dengan menggunakan sembilu bambu dan dilengkapi di atas sepotong uang perak per dolar. Di beberapa tempat tali pusat dipotong menggunakan cincin emas. Sisa tali pusat di perut bayi akan ditambahkan kunyit dan kapur lalu dibungkus dengan daun sirih yang telah dilayukan di atas bara api sampai tali pusat itu tanggal sendiri.


Bayi yang baru lahir diazankan/diqamatkan
*    Azan/Qamat
     Kelazimannya bayi lelaki akan diazankan di kedua telinganya sementara bayi perempuan akan diqamatkan. Biasanya, ayah atau kakek bayi tersebut akan melakukan upacara ini. Ia bukanlah satu adat, sebaliknya lebih merupakan praktek berunsur keagamaan.





*    Membelah Mulut
     Adat ini memiliki pengaruh budaya Hindu, namun demikian juga ada dalam agama Islam yang menghukum sunat untuk melakukannya. Upacara dimulai dengan membacakan surah Al-Fatihah dan surat Al-Ikhlas. Ini diikuti dengan langkah mencecap atau merasakan sedikit air madu atau kurma dan ada juga yang menggunakan emas yang dicelupkan ke dalam air pinang pada mulut bayi yang baru lahir tersebut. Sewaktu menjalankan upacara ini, mantra mantra dibacakan. Namun demikian, adat ini sudah tidak dilakukan lagi oleh masyarakat Melayu hari ini.

*    Berpantang
     Dalam masyarakat Melayu, wanita yang telah bersalin mesti menjalani masa berpantang yang bermaksud larangan. Sekiranya wanita tersebut melanggar pantang, mereka akan mengalami bentan atau sakit sampingan. Tempoh berpantang lazimnya berlangsung selama empat puluh empat hari dikira dari hari mula bersalin dan ada juga yang berpantang selama seratus hari.

Ramuan asli untuk
wanita lepas bersalin
     Selama ini wanita tersebut dilarang dari makan apapun makanan sesuai kehendaknya atau berbuat apa-apa pekerjaan yang memerlukan banyak gerakan. Antara makanan yang dilarang adalah yang dapat menyebabkan iritasi pada seluruh anggota badan seperti udang, kerang, kepiting dan ikan pari serta memakan ikan yang memiliki sengat seperti lele, sembilang dan baung karena dapat menyebabkan bisa-bisa pada tubuh. Sebaliknya mereka dianjurkan memakan nasi dengan ikan haruan yang dibakar atau direbus dan diizinkan minum air hangat atau susu.


Bengkung
     Selama berpantang mereka diberi makan obat-obat tradisional dan bertungku. Bertungku terpercaya dapat membantu perut wanita hamil kembali normal. Biasanya tungku terbuat dari batu yang dipanaskan di atas bara. Kemudian tungku itu dibalut dengan kain yang dilapisi dengan beberapa helai daun yang tebal seperti daun lengkuas yang terpercaya dapat menyeimbangkan panas tungku di samping berfungsi sebagai obat. Tungku akan dituam pada bagian perut dan bagian lain bertujuan untuk mengatasi masalah nyeri postpartum. Selesai bertungku, si ibu akan menyapu perutnya dengan air limau yang dicampur dengan kapur sebelum memakai bengkung. Praktek berbengkung ini bertujuan untuk mengatasi perut buncit atau pinggul yang turun setelah bersalin di samping memberi kenyamanan kepada wanita setelah melahirkan.

Selepas lahir
Selepas kelahiran terdapat beberapa adat tertentu yang dijalankan.
*    Tanggal Pusat/Cuci Lantai
     Biasanya bayi yang baru lahir akan tanggal pusatnya dalam waktu seminggu. Pada saat itu, adat cuci lantai akan diadakan. Di beberapa tempat, ia juga disebut adat naik buai karena selagi bayi itu belum tanggal pusatnya, dia tidak bisa dibuaikan dan akan tidur disamping ibunya. Adat ini sebaiknya dilakukan pada hari Senin atau Kamis.

Bahan-bahan yang digunakan untuk adat cuci lantai.

 Nasi kunyit dan lauk-lauk
Seekor ayam hidup
 Paku, buah keras, asam, garam dan sirih pinang
 Hadiah untuk bidan sepersalinan pakaian
Upacara cuci lantai
     Kenduri doa selamat akan diadakan pada awal adat ini. Setelah itu bidan akan memulai jampi serapahnya sambil memegang ayam dengan cara mengais-ngaiskan kaki ayam ke lantai tempat wanita itu hamil. Selanjutnya lantai itu akan dibersihkan. Mak bidan akan menjalankan keseluruhan upacara ini. Sebelum itu, si ibu dan si bayi akan dimandikan, diurut dan dibedak. Selesai upacara tersebut, bahan yang digunakan tadi beserta sedikit uang akan dihadiahkan kepada bidan tersebut.

*    Memberi Nama
     Menurut ajaran Islam, adalah sunat memberi nama yang memiliki maksud yang baik untuk bayi. Biasanya jika bayi itu lelaki, nama akan diberikan sesuai nama para nabi sedangkan untuk bayi perempuan, nama istri atau anak-anak nabi akan dipilih.

*    Cukur Rambut/ Potong Jambul
     Adat ini dilakukan pada hari ketujuh setelah dilahirkan. Ia juga disebut adat potong jambul. Kenduri nasi kunyit dan doa selamat diadakan pada hari tersebut.
Untuk menjalankan upacara tersebut beberapa kelengkapan disediakan.
  Sebuah dulang berisi tiga mangkuk atau piring yang berisi air tepung tawar, beras kunyit 
     dan bertih.
 Sebiji kelapa muda dipotong bahagian kepalanya dengan potongan berkelok-kelok siku
     seluang untuk dijadikan penutup. Airnya dibuang dan diganti dengan sedikit air sejuk. Kemudian kelapa itu diletakkan di dalam sebiji batil. Biasanya kelapa itu dihias, umpamanya dengan melilitkan rantai emas atau perak di kelillingnya.

Alatan potong jambul
     Pada hari itu, bayi dipakaikan dengan pakaian cantik dan diletakkan di atas talam yang dialas dengan tilam kecil atau didukung oleh bapa atau datuknya. Si bayi seterusnya dibawa ke tengah majlis dan disambut oleh hadirin lelaki sambil berselawat. Si bayi akan ditepung tawar serta ditabur beras kunyit dan bertih. Para hadirin secara bergilir-gilir akan menggunting sedikit rambut bayi tersebut dan dimasukkan ke dalam kelapa tadi. Bilangan orang yang menggunting rambut bayi tersebut hendaklah dalam bilangan yang ganjil, iaitu tiga, lima, tujuh dan seterusnya. Setelah selesai pihak lelaki menjalankan acara menggunting, pihak perempuan pula mengambil alih. Setelah selesai kedua-dua pihak menjalankan adat bercukur barulah kepala bayi tersebut dicukur sepenuhnya oleh bidan atau sesiapa sahaja yang boleh melakukannya. Kesemua rambut yang dicukur akan dimasukkan ke dalam kelapa. Akhirnya kelapa tersebut di tanam di sekitar halaman rumah bersama sepohon anak kelapa atau seumpamanya sebagai memperingati masa anak itu dilahirkan.


Upacara potong jambul
     Biasanya, saat adat ini dilakukan akikah turut diadakan. Dari segi syarak, akikah membawa pengertian menyembelih ternak pada hari ke tujuh setelah anak dilahirkan. Orang Islam yang berkemampuan disunatkan menyembelih ternak seperti kambing, sapi atau kerbau sebagai akikah anak yang baru lahir. Seorang anak disunatkan berakikah sekali saja seumur hidup. Ada syarat-syarat tertentu dalam memilih hewan untuk akikah dan jumlah ternak untuk akikah juga berbeda menurut jenis kelamin bayi. Untuk bayi pria akikahnya adalah dua ekor kambing dan seekor kambing untuk bayi perempuan. Antara hikmah akikah adalah sebagai awal kebajikan dan kebaikan bagi pihak bayi tersebut. Akikah sunat dilakukan pada hari ke tujuh kelahiran yaitu dapat dijalankan bersamaan dengan adat mencukur rambut dan adat memberi nama. Namun ia juga dapat dilakukan pada hari yang lain.

 Naik Buai

Bayi dikelilingi ibu bapa dan
saudara mara
     Adat ini merupakan satu-satunya majlis yang masih diamalkan dan mendapat sambutan di kalangan masyarakat Melayu hari ini. Upacara ini dilangsungkan dalam suasana penuh meriah terutama sekali jika sesebuah keluarga itu baru mendapat anak atau cucu sulung.



Bayi diletakkan di dalam buaian yang dihias indah
     Selama upacara ini dilakukan bayi tersebut akan ditempatkan di dalam buaian yang menggunakan kain songket atau batik dan dihias indah dengan bunga-bungaan. Selendang akan diikat di kiri kanan buaian dan ditarik perlahan selama upacara berlangsung. Ketika itu juga, nazam atau marhaban akan dialunkan oleh sekelompok pria atau wanita. Selanjutnya bunga telur dan bunga rampai akan dihadiahkan kepada kelompok ini. Pada hari ini, masyarakat Melayu menjalankan adat ini serentak dengan adat memberi nama dan adat cukur rambut.



*    Jejak Tanah/Turun Tanah
     Di beberapa tempat, adat ini juga disebut adat menginjak tanah. Ini sebagai merayakan anak yang baru pandai berjalan. Turun tanah berarti seorang anak kecil dilepaskan untuk menginjak tanah sebagai lambang melanjutkan kehidupannya. Adat ini dilakukan secara berbeda-beda dari satu tempat dengan tempat yang lain baik dari segi cara maupun barang yang digunakan.

Upacara jejak tanah
     Biasanya kenduri doa selamat diadakan untuk mengiringi upacara ini. Setelah pesta selesai, tikar dipresentasikan di depan tangga sebagai alas anak tersebut berjalan. Di atas tikar disediakan beberapa nampan yang berisi berbagai jenis barang, termasuk makanan dan minuman. Antara barang yang diletakkan di dalam baki itu adalah cermin, sisir, jam tangan, gelang, cincin, rantai, bedak, kain, sepatu, gunting, bubur, air dingin dan uang. Biasanya jumlah barang yang ditempatkan adalah ganjil. Anak tersebut akan dibiarkan memilih barang tersebut dan dibatasi mengambil tiga barang saja.


Upacara jejak tanah
     Menurut kepercayaan orang Melayu juga, adat ini dilakukan untuk memprediksi masa depan anak itu berdasarkan barang yang diambil. Umpamanya jika anak itu mengambil gunting, kelak dia kuat bekerja atau pandai membuat pekerjaan tangan. Adat ini juga dapat dilakukan secara sederhana yaitu dengan memijakkan kaki anak itu ke piring-piring kecil yang berisi dengan padi, beras, tanah dan beberapa jenis daun yang telah dijampi oleh mak bidan. Selanjutnya bayi itu dijejakkan ke tanah dan doa dibaca.








 Bersunat / Berkhatan


Kanak-kanak mandi untuk berkhatan
     Adat bersunat bagi bayi perempuan biasanya dilakukan ketika bayi itu masih kecil yaitu beberapa hari setelah dilahirkan. Namun demikian, kebanyakan anak perempuan akan menjalani upacara ini setidaknya ketika berumur setahun atau lebih. Adat ini akan dilakukan oleh bidan. Bagi anak lelaki, mereka akan menjalani adat bersunat atau juga disebut sunat ketika usia mereka dalam lingkungan 8 hingga 12 tahun. Adat sunat akan dilakukan oleh Tok Mudim. Di dalam ajaran Islam, disunat atau sunat adalah wajib karena Islam menekankan kesucian lahir dan batin. Selain itu juga, ia baik dari segi kesehatan. Dewan bersunat anak perempuan tidak semeriah acara sunat anak lelaki dan ada juga yang menjalankannya bersamaan dengan pernikahan.





DAFTAR PUSTAKA
http://malaysiana.pnm.my/01/01010103mel_lepaslahir.htm

No comments:

Klasifikasi Bunyi

  Klasifikasi Bunyi A.     Vokal dan Konsonan Pada umumnya bunyi bahasa dibedakan atas vokal dan konsonan. Bunyi vokal dihasilkan den...