BAB
I
PENDAHULUAN
Kecemasan saat berbicara di depan umum adalah sebuah
keadaan yang wajar saja terjadi, bahkan dikatakan sebagai bagian dari
pengalaman berbicara di depan publik, namun ketika kecemasan memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap performa Anda barulah hal ini menjadi suatu masalah.
Karena ketika performa Anda terganggu hal tersebut menunjukkan ketidakmampuan
diri dalam menghadapi situasi.
Gejala kecemasan saat berbicara di depan publik dapat
dirasakan secara fisiologis dan juga psikologis, untuk fisiologis dapat berupa
keluarnya keringat pada tubuh dan juga telapak tangan, kemudian detak jantung
yang semakin cepat, ketegangan otot, serta gemetarnya tubuh terutama pada kaki,
dan suara yang bergetar. Sedangkan untuk keadaan psikologis sendiri di dalam
pikiran muncul ketakutan yang irasional, tidak mampu untuk berkonsentrasi dan
rasa tidak tenang.
1.1
LATAR
BELAKANG
Seseorang memiliki suatu kecemasan karena adanya proses
pembelajaran dari dalam dirinya, perilaku rendah diri yang dibiasakan dan juga
lingkungan yang tidak mendukung perkembangan diri dapat menjadi penyebab
pembentukan pribadi dengan kecemasan sosial atau fobia sosial, dimana akibat
dari kecemasan dan fobia tersebut seseorang tidak dapat berfungsi dengan baik
dalam lingkungan sosialnya, individu memiliki kecenderungan menghindar dari
segala aktifitas sosial dan menunjukkan kemampuan komunikasi dan
koordinasi yang rendah.
Dasar dari kecemasan saat berbicara didepan umum dapat
di lihat tidak jauh berbeda dengan kecemasan sosial atau bentuk fobia sosial
lainnya, dimana dasar dari kecemasan tersebut adalah keberadaan orang lain,
yang mana anggapan salah mengenai khalayak menjadi ‘hantu’ yang menakutkan
dalam pikiran. Walau dalam pengklasifikasiannya ada beberapa macam situasi
dimana seseorang mengalami kecemasan, seperti yang kali ini kita bahas
kecemasan saat berbicara di depan umum. Sedangkan untuk situasi yang lain,
sebagai contoh kecemasan untuk makan di depan umum, kecemasan untuk masuk
toilet umum, lalu kecemasan untuk berada di tempat ramai dan lain-lain, dimana
dalam semua situasi tersebut individu masuk kedalam situasi dimana diri tidak
memiliki kemampuan untuk mengendalikan ketakutan.
1.2
RUMUSAN
MASALAH
Dasar dari kecemasan saat berbicara didepan umum dapat
di lihat tidak jauh berbeda dengan kecemasan sosial atau bentuk fobia sosial
lainnya, dimana dasar dari kecemasan tersebut adalah keberadaan orang lain,
yang mana anggapan salah mengenai khalayak menjadi ‘hantu’ yang menakutkan
dalam pikiran. Walau dalam pengklasifikasiannya ada beberapa macam situasi
dimana seseorang mengalami kecemasan, seperti yang kali ini kita bahas
kecemasan saat berbicara di depan umum. Sedangkan untuk situasi yang lain,
sebagai contoh kecemasan untuk makan di depan umum, kecemasan untuk masuk
toilet umum, lalu kecemasan untuk berada di tempat ramai dan lain-lain, dimana
dalam semua situasi tersebut individu masuk kedalam situasi dimana diri tidak
memiliki kemampuan untuk mengendalikan ketakutan.
Ketidakmampuan diri untuk melawan kecemasan dapat
berakibat pada pembentukan rasa rendah diri, meremehkan diri sendiri,
menganggap diri tidak menarik dan menganggap diri tidak menyenangkan bagi orang
lain, dimana segala pikiran negatif tersebut dapat menjadi faktor penghambat
perkembangan diri untuk jangka panjangnya, sedangkan saat berbicara didepan
umum, atau jangka pendek, pikiran negatif tersebut akan mengakibatkan tidak
dapat dikendalikannya situasi.
1.3
TUJUAN
Untuk mengatasi kecemasan dalam
berbicara. Agar dalam berbicara kita
tetap percaya diri dalam situasi apapun. Dengan adanya tujuan berbicara kita
dapat merundingkan (Deliberative Speaking) sejumlah keputusan dan rencana.
Keputusan itu dapat menyangkut sifat hakekat tindakan-tindakan masa lalu atau
sifat dan hakekat tindakan-tindakan mendatang.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFEKTIVITAS BERBICARA
Kecemasan berbicara mempunyai makna
keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan seseorang yang dipengaruhi
rasa cemas karena khawatir, takut, dan gelisah. Biasanya gejala ini dialami
bila harus bekerja di bawah pengawasan orang lain.
Perwujudan kecemasan berbicara dapat
kita lihat pada gejala yang dirasakan oleh mereka yang mengalaminya, antara
lain sebagai berikut :
Perwujudan kecemasan berbicara yaitu:
1. Demam panggung
2. Lupa akan apa yang di bicarakan
3. Telapak tangan dan kaki dingin dan
berkeringat
4. Nafas terengah-engah
5. Hampir seluruh otot tegang
6. Suhu terasa panas
7. Tangan dan kaki gemetar
8. Suara bergetar
9. Berbicara cepat tetapi tidak jelas
10. Tidak dapat mendengar dengan baik
atau tidak berkonsentrasi
Factor-faktor
penyebab kecemasan berbicara yaitu:
1. Kurang mempersiapkan diri dan materi
yang akan di presentasikan.
2. Harapan yang terlalu tinggi.
3. Pengalaman buruk di masa lampau yang
menjadi ketakutan tersendiri.
4. Pembicara di hantui rasa takut.
5. Pembicara di hadapkan dengan situasi
baru.
Ciri-ciri
pembicara ideal yaitu:
1. Memiliki topik yang tepat.
2. Menguasai materi.
3. Memahami pendengar.
4. Memahami situasi.
5. Merumuskan tujuan yang jelas.
6. Menjalin kontak dengan pendengar.
7. Memiliki kemampuan linguistik.
8. Menguasai pendengar.
9. Memanfaatkan alat bantu.
10. Meyakinkan dalam penampilan.
11. Mempunyai rencana.
Semua gejala tersebut merupakan
reaksi alamiah kepada ancaman. Begitu seseorang menghadapi ancaman ia berusaha
untuk melawan atau melarikan diri.
Sedangkan kecemasan berbicara
dialami bila seseorang tidak tahu apa yang harus dilakukan. Ia tidak tahu
bagaimana memulai pembicaraan, dan ia tidak dapat memperkirakan apa yang
diharapkan pendengar. Ia menghadapi sejumlah ketidakpastian. Untuk hal itu
latihan dan pengalaman sangat menentukan. Pengetahuan tentang retorika akan
memberikan kepastian kepadanya untuk memulai, melanjutkan, dan mengakhiri
pembicaraan. Latihan-latihan akan memberikan pengalaman, sehingga ia dapat
memastikan atau paling tidak menduga reaksi para pendengar.
Kecemasan berbicara bisa terjadi
juga apabila ia tahu akan dinilai. Penilaian dapat mengangkat ataupun dapat
menjatuhkan harga dirinya.
Kecemasan berbicara dapat juga
menimpa bukan pemula, bahkan mungkin orang-orang yang terkenal sebagai
pembicara-pembicara yang baik. Hal ini terjadi bila pembicara berhadapan dengan
situasi yang asing dan ia tidak siap.
Cara-cara mengatasi kecemasan
berbicara dapat kita lakukan dengan meningkatkan pengetahuan kita tentang
retorika persiapan, penyusunan, dan penyampaian pidato. Pengetahuan retorika
memberikan kepastian kepada kita tentang apa yang harus dilakukan, dan apa
kira-kira reaksi pendengar pada apa yang kita bicarakan.
Teknik-teknik untuk mengatasi gejala
kecemasan berbicara adalah dengan memancing respons dari hadirin pada permulaan
berbicara. Dengan memberikan lelucon, dengan mengajukan pertanyaan yang
memancing, atau dengan melibatkan hadirin dalam kegiatan. Anda dapat memutuskan
perhatian pada hadirin dengan pemahaman, pendengaran, dan reaksi mereka dengan
pembicara untuk membuat para pendengarnya senang.
Ketika kita berbicara, kita biasanya
menggunakan unsur kebahasaan dan unsur nonkebahasaan. Unsur kebahasaan
dinyatakan oleh gramatika, leksis, dan pilihan-pilihan intonasi. Sedangkan
unsur nonkebahasaan dinyatakan dengan gerak-gerik tubuh. Gerak tubuh mencakup
semua gerak-gerik tubuh yang bermakna saat kita berbicara. Misalnya perubahan
air muka, anggukan kepala, kepalan tangan, gerak bibir, angkat bahu, gerakan
jari-jari tangan, dan sebagainya. Ilmu yang mempelajari gerak tubuh yang
bermakna ini disebut kinetik.
Gerak tubuh biasa juga disebut
bahasa tubuh. Gerak tubuh biasanya menyertai penyajian pesan yang disajikan
secara lisan. Gerak tubuh berfungsi sebagai penjelas atau penegas makna pesan,
dapat juga berfungsi sebagai pelancar komunikasi lisan tatap muka.
Gerak tubuh dikatakan bermakna
apabila gerak tubuh itu memenuhi syarat tertentu. Gerak tubuh harus sesuai
dengan isi pesan, gerak tubuh harus komunikatif, mudah dicerna, dan mudah
dipahami. Gerak tubuh harus ilustratif, mengantar, mengarahkan, dan mengalirkan
pikiran ke arah makna pesan.
Setiap manusia yang dilahirkan dalam
keadaan normal sudah berpotensi terampil
berbicara. Potensi tersebut akan menjadi suatu kenyataan bila dipupuk, dibina,
dan dikembangkan melalui latihan yang sistematis, terarah, dan
berkesinambungan.
2.2
MENGATASI RASA CEMAS KETIKA BERBICARA DIDEPAN UMUM
Berbicara di muka umum, entah itu
berkhotbah, mengajar, berpidato atau memberi sambutan, sering mendatangkan
stress bagi orang mendapat mandat itu. Sedapat mungkin kita biasanya berusaha
menghindar.
Rahasianya adalah jika Anda
mengetahui penyebab stress ini, dan jika Anda menerapkan beberapa
prinsip-prinsip ini, maka Anda justru akan menikmati ketika berbicara di depan
umum.
Prinsip #1 Kecemasan Berbicara di
Muka Umum BUKAN Berasal dari Dalam
Kebanyakan kita percaya bahwa
seluruh hidup ini patut dicemaskan! Untuk mengatasi kecemasan ini secara
efektif, Anda mesti menyadari bahwa Anda TIDAK perlu mencemaskan hidup Anda,
termasuk juga dalam berbicara di depan umum. Ribuan orang telah belajar untuk
berbicara di depan umum tanpa rasa cemas (kalaupun ada hanya sedikit sekali).
Pada mulanya, mereka ini juga sangat
cemas. Lutut mereka gemetaran, suara mereka bergetar, pikiran menjadi
kacau . . . selanjutnya Anda tahu sendiri. Tapi akhirnya mereka berhasil
menghapus kecemasan itu.
Sebagai manusia biasa, Anda pun juga
tidak berbeda dengan mereka. Jika mereka mampu mengatasi kecemasan itu, berarti
Anda pun bisa! Anda hanya perlu mendapat pedoman, pengertian dan rencana aksi
yang tepat untuk mewujudkan hal itu. Percayalah, sudah banyak berhasil,
termasuk saya. Tetapi ingat juga, keberhasilan ini tidak bisa diraih
dalam semalam. Ada proses yang harus dilalui.
Prinsip #2 Anda tidak Harus Cerdas
dan Sempurna
Ketika melihat seorang sedang
berkhotbah, kita lalu bergumam "Wow, saya tidak mungkin bisa secerdas,
setenang, selucu dan semenarik dia." Sesungguhnya, Anda tidak harus
cerdas, lucu atau menarik. Saya mengatakan ini dengan serius.
Walaupun Anda hanya memiliki kemampuan rata-rata--bahkan di bawah
rata-rata--Anda masih bisa menjadi pembicara sukses. Itu tergantung
bagaimana Anda mendefinisikan kata "sukses" itu sendiri. Percayalah,
hadirin itu tidak mengharapkan Anda tampil sempurna.
Inti dari berbicara di depan umum
adalah: memberikan sesuatu yang bernilai dan bermakna bagi hadirin. Jika
hadirin itu pulang sambil membawa sesuatu yang bermanfaat, maka mereka akan
menilai Anda telah sukses. Jika mereka pulang dengan perasaan yang lega atau
merasa mendapat manfaat untuk pekerjaannya, maka mereka akan menganggap bahwa
tidak sia-sia meluangkan waktu untuk mendengarkan paparan Anda. Bahkan
sekalipun lidah Anda terpeleset atau mengucapkan kata-kata yang tolol . . .
mereka tidak peduli.
Yang penting mereka mendapat manfaat
lain (Bahkan sekalipun Anda mengkritik mereka dan membuat gusar, Anda pun tetap
berhasil karena membuat mereka lebih baik lagi.)
Prinsip #3 Anda hanya Butuh Dua atau
Tiga Pokok Utama
Anda tidak perlu menyuguhkan
segunung fakta pada hadirin. Banyak penelitian menunjukkan bahwa hanya sedikit
sekali yang mampu diingat hadirin (kecuali jika mereka mencatat, tentu saja).
Pilihlah dua atau tiga point utama saja.
Yang diinginkan hadirin sebenarnya
adalah mereka bisa membawa pulang dua atau tiga hal yang bermanfaat. Jika Anda
bisa memasukkan hal ini dalam materi Anda, Anda bisa menghindari kompleksitas
yang tidak perlu.
Ini berarti juga membuat tugas Anda
sebagai pembicara jadi lebih ringan, dan lebih menyenangkan juga!
Prinsip #4 Anda Punya Tujuan yang
Tepat
Prinsip ini sangat penting . . .
jadi simaklah baik-baik. Kesalahan besar yang sering dilakukan oleh orang yang
berbicara di depan umum adalah mereka tidak punya tujuan yang tepat. Inilah
yang secara tidak mereka sadari menyebabkan kecemasan dan stress.
Seorang pembicara mengisahkan
pengalamannya:"Dulu, saya pikir tujuan utama berpidato adalah membuat semua
orang yang hadir setuju dengan pendapat saya." Karena itu, dia berusaha
keras untuk meyakinkan semua hadirin. Jika ada satu orang saja yang tidak
setuju, dia langsung meradang. Jika ada orang yang pulang duluan, jatuh
tertidur, atau kelihatan tidak tertarik, orang ini merasa telah
gagal. Tetapi kemudian dia menyadari hawa ambisi seperti ini terlihat
menggelikan.
Apakah ada pembicara yang bisa
meyakinkan 100% orang yang mendengarnya? Jawabannya: tidak
ada! Sesungguhnya, sekeras apapun upaya Anda. . . selalu saja ada orang
yang tidak sepakat dengan Anda. Tetapi tidak apa-apa. Ini hal yang
biasa.
Di dalam kumpulan orang banyak
selalu ada perbedaan pendapat, penilaian dan tanggapan. Ada yang positif, ada
pula yang negatif. Tidak ada yang pasti dalam hal ini. Jika lamban
menyelesaikan pekerjaan Anda, ada yang bersimpati pada Anda, ada pula yang
mengkritik Anda dengan tajam. Jika Anda menuntaskan pekerjaan Anda dengan baik,
ada yang memuji kemampuan Anda, ada pula yang sangsi bahwa Anda bisa
mengerjakannya sendirian. Orang yang pulang duluan, mungkin bukannya tidak
tertarik pada uraian Anda melainkan mungkin karena ada keperluan mendesak. Yang
tertidur, mungkin semalaman begadang karena anaknya sakit.
Ingat, inti dari berbicara di depan
umum adalah memberi nilai atau makna tertentu pada hadirin. Kata kuncinya
adalah MEMBERI, bukan MENDAPAT! Dengan kata lain, tujuannya bukan mendapat
sesuatu(persetujuan, ketenaran, penghormatan, pengikut dsb) dari pendengar
Anda, melainkan memberikan sesuatu yang bermanfaat.
Prinsip #5 Kunci Sukses adalah Tidak
Menganggap Diri Anda Seorang Pembicara!
Prinsip ini tampak paradoks.
Kebanyakan orang telah terpengaruh oleh pembicara yang sukses. Kemudian agar
sukses, kita berusaha sekuat tenaga memperlihatkan kualitas tertentu yang
sebenarnya tidak kita miliki. Akibatnya kita menjadi putus asa ketika
gagal meniru karakteristik dari orang terkenal, yang kita anggap sebagai kunci
suksesnya.
Jelasnya, alih-alih menjadi diri
sendiri, kita sering berusaha menjadi seperti orang lain! Padahal sebagian
besar pembicara yang sukses itu melakukan hal yang sebaliknya! Mereka tidak
berusaha menjadi orang lain, tetapi menjadi diri mereka sendiri. Dan mereka pun
terkejut sendiri karena mereka bisa menikmati tugas yang bayak dicemaskan orang
ini.
Rahasianya, karena mereka tidak
berusaha menjadi pembicara tetapi menjadi diri mereka sendiri! Kita bisa
melakukan hal yang sama. Apapun jenis kepribadian Anda, ataupun ketrampilan dan
talenta yang Anda miliki, Anda pasti mampu berdiri di muka umum dan menjadi
diri Anda sendiri.
Prinsip #6 Kerendahan Hati dan Humor
Sangat Menarik Perhatian
Ada dua hal yang dapat dipakai oleh
siapa saja untuk menarik perhatian orang ketika berbicara di muka umum, yaitu:
kerendahan hati dan humor. Semua orang mengenal humor. Jika humor
itu tidak menyakiti siapapun, cukup lucu dan sesuai dengan tema pembicaraan
Anda, silahkan gunakan. Humor selalu menarik meskipun Anda tidak cakap
menyampaikannya.
Sedangkan yang dimaksud kerendahan
hati adalah ketika berbicara Anda membagikan pergumulan, kelemahan dan
kegagalan Anda. Sebagai manusia biasa kita punya kelemahan dan ketika Anda
jujur mengungkapkannya Anda menciptakan suasana yang nyaman sehingga orang lain
juga bersedia mengungkapkan hal yang sama.
Dengan rendah hati di depan orang
lain, justru akan membuat Anda lebih kredibel, bisa dipercaya dan
disegani. Anda lebih mudah menjalin komunikasi dengan mereka karena dianggap
sebagai "orangnya sendiri".
Kombinasi antara humor dan
kerendahan hati seringkali sangat efektif. Dengan menceritakan pengalaman hidup
Anda yang lucu dapat menjadi sarana komunikasi yang menarik. Demikian juga
dengan menceritakan perasaan Anda saat itu. Misalnya, jika Anda merasa grogi
ketika itu, jangan tutup-tutupi (karena mereka pasti bisa melihat).
Dengan rendah hati, akuilah ketakutan itu dengan jujur.
Prinsip #7 Apa yang Terjadi Selama
Anda Berbicara, Bisa Anda Manfaatkan untuk Keuntungan Anda!
Salah satu alasan orang takut
berbicara di depan umum adalah karena dia tidak mau dipermalukan di hadapan
orang banyak. Bagaimana nanti jika aku gemetaran dan suaraku tercekat?
Bagaimana jika aku lupa sama sekali apa yang harus kusampaikan? Bagaimana jika
hadirin menolakku dan melempari aku dengan benda-benda? Bagaimana nanti
jika mereka keluar ruangan semua? Bagaimana nanti jika mereka mengajukan
pertanyaan sukar dan komentar tajam?
Jika semua ini memang terjadi,
memang akan membuat pembicara itu mendapat malu. Untungnya, hal ini tidak
sering terjadi. Sekalipun ini terjadi, ada jurus jitu yang dapat dipakai untuk
menangkalnya. Ingin tahu? Jika orang mulai beranjak pergi, Anda bisa
bertanya: "Apakah dari yang saya sampaikan ada yang tidak Anda
setujui? Apakah gaya dan cara saya menyampaikan kurang tepat?
Apakah yang saya sampaikan tidak sesuai dengan harapan Anda? Ataukah ada
yang salah masuk ruangan?" Dengan menanyakan hal ini secara jujur dan
rendah hati, maka hadirin yang masih duduk akan setia hingga Anda selesai
berbicara.
Pertanyaan ini juga memberikan
kesempatan pada Anda untuk memperbaiki kesalahan yang Anda lakukan saat
itu. Prinsip yang sama juga dapat diterapkan menghadapi penentang dan
pengejek Anda. Anda selalu punya kesempatan untuk memakai situasi apapun yang
terjadi untuk keuntungan Anda.
Prinsip #8 Anda Tidak Bisa Mengatur
Perilaku Khalayak Anda
Ada beberapa hal yang bisa Anda
atur, yaitu: pikiran Anda, persiapan Anda, pengaturan alat peraga Anda,
penataan ruang pertemuan--tetapi satu hal yang tidak bisa diatur, yaitu audiens
atau khalayak Anda. Mereka akan bertindak sesuai kehendak mereka sendiri.
Jika mereka terlihat lelah
atau gelisah, jangan coba-coba untuk mengaturnya. Jika mereka membaca koran,
atau tertidur biarkanlah itu sepanjang tidak mengganggu yang lain. Jika mereka
tidak menyimak, jangan menghukum mereka
Jika Anda menganggap bahwa Anda
harus mengatur perilaku orang lain, maka Anda akan stress sendiri.
Anda hanya bisa mengatur diri Anda sendiri dan sarana pendukung.
Prinsip #9 Hadirin Sesungguhnya
Menginginkan Anda Berhasil
Para hadirin menghendaki Anda sukses
menyampaikan materi. Sesungguhnya, sebagian besar dari mereka sangat
takut berbicara di depan orang banyak. Mereka tahu risiko kegagalan dan
dipermalukan yang Anda ambil ketika Anda maju di depan mereka. Mereka mengagumi
keberanian Anda mengambil risiko itu. Mereka akan di pihak Anda, apa pun yang
terjadi.
Ini artinya, sebagian besar khalayak
itu bisa memahami jika Anda membuat kesalahan. Tingkat toleransi mereka
terhadap kesalahan Anda cukup tinggi. Anda perlu meyakini prinsip ini,
terutama ketika merasa bahwa penampinan Anda sangat buruk.
Prinsip #10 Roh Kudus Akan
Memampukan Anda
Prinsip terakhir ini sangat
penting. Siapa pun Anda, ketika Roh Kudus berkarya dalam diri Anda, maka
Anda akan menjadi pembicara yang mengubah hidup orang lain.
Ingatlah peristiwa Pentakosta.
Petrus yang dikuasai Roh Kudus bisa menjadi pembicara yang hebat. Tetapi
siapa sebenarnya Petrus? Dia "hanya" seorang Nelayan!
Nah, dengan mengingat kesepuluh
prinsip ini, percayalah Anda tidak akan merasa cemas lagi ketika harus berbicara
di depan umum. Cara paling mudah untuk mengingatnya, adalah dengan
mempraktikannya dengan tekun. Saya sudah mengalami sendiri. Dulu, setiap
kali harus memimpin PA, saya selalu basah keringat dingin. Perut saya juga
mulas. Tetapi setelah beberapa kali melakukannya, perasaan cemas itu
mulai sirna. Jika saya bisa, Anda pun pasti bisa!
BAB III
3.1 KESIMPULAN
Dengan demikian maka dapat disimpulkan
bahwa pengendalian dan pengenalan diri yang rendah mengakibatkan terjadinya
disfungsi psikologis seseorang, yang mana mengakibatkan munculnya perilaku yang
salah dalam menghadapi suatu situasi, sehingga apa yang tadinya di takuti
menjadi benar-benar terjadi.
3.2 SARAN
Dalam
pembuatan makalah ini masih terdapat kesalahan, maka penulis mengharapkan kritik
dan saran yang membangun bagi penulis dan membaca.
DAFTAR PUSTAKA
No comments:
Post a Comment