Wednesday, June 12, 2013

Kecemasan Berbicara

BAB I
PENDAHULUAN
Kecemasan saat berbicara di depan umum adalah sebuah keadaan yang wajar saja terjadi, bahkan dikatakan sebagai bagian dari pengalaman berbicara di depan publik, namun ketika kecemasan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap performa Anda barulah hal ini menjadi suatu masalah. Karena ketika performa Anda terganggu hal tersebut menunjukkan ketidakmampuan diri dalam menghadapi situasi.

Gejala kecemasan saat berbicara di depan publik dapat dirasakan secara fisiologis dan juga psikologis, untuk fisiologis dapat berupa keluarnya keringat pada tubuh dan juga telapak tangan, kemudian detak jantung yang semakin cepat, ketegangan otot, serta gemetarnya tubuh terutama pada kaki, dan suara yang bergetar. Sedangkan untuk keadaan psikologis sendiri di dalam pikiran muncul ketakutan yang irasional, tidak mampu untuk berkonsentrasi dan rasa tidak tenang.

1.1  LATAR BELAKANG
Seseorang memiliki suatu kecemasan karena adanya proses pembelajaran dari dalam dirinya, perilaku rendah diri yang dibiasakan dan juga lingkungan yang tidak mendukung perkembangan diri dapat menjadi penyebab pembentukan pribadi dengan kecemasan sosial atau fobia sosial, dimana akibat dari kecemasan dan fobia tersebut seseorang tidak dapat berfungsi dengan baik dalam lingkungan sosialnya, individu memiliki kecenderungan menghindar dari segala aktifitas sosial dan menunjukkan  kemampuan komunikasi dan koordinasi yang rendah.

Dasar dari kecemasan saat berbicara didepan umum dapat di lihat tidak jauh berbeda dengan kecemasan sosial atau bentuk fobia sosial lainnya, dimana dasar dari kecemasan tersebut adalah keberadaan orang lain, yang mana anggapan salah mengenai khalayak menjadi ‘hantu’ yang menakutkan dalam pikiran. Walau dalam pengklasifikasiannya ada beberapa macam situasi dimana seseorang mengalami kecemasan, seperti yang kali ini kita bahas kecemasan saat berbicara di depan umum. Sedangkan untuk situasi yang lain, sebagai contoh kecemasan untuk makan di depan umum, kecemasan untuk masuk toilet umum, lalu kecemasan untuk berada di tempat ramai dan lain-lain, dimana dalam semua situasi tersebut individu masuk kedalam situasi dimana diri tidak memiliki kemampuan untuk mengendalikan ketakutan.

1.2  RUMUSAN MASALAH
Dasar dari kecemasan saat berbicara didepan umum dapat di lihat tidak jauh berbeda dengan kecemasan sosial atau bentuk fobia sosial lainnya, dimana dasar dari kecemasan tersebut adalah keberadaan orang lain, yang mana anggapan salah mengenai khalayak menjadi ‘hantu’ yang menakutkan dalam pikiran. Walau dalam pengklasifikasiannya ada beberapa macam situasi dimana seseorang mengalami kecemasan, seperti yang kali ini kita bahas kecemasan saat berbicara di depan umum. Sedangkan untuk situasi yang lain, sebagai contoh kecemasan untuk makan di depan umum, kecemasan untuk masuk toilet umum, lalu kecemasan untuk berada di tempat ramai dan lain-lain, dimana dalam semua situasi tersebut individu masuk kedalam situasi dimana diri tidak memiliki kemampuan untuk mengendalikan ketakutan.

Ketidakmampuan diri untuk melawan kecemasan dapat berakibat pada pembentukan rasa rendah diri, meremehkan diri sendiri, menganggap diri tidak menarik dan menganggap diri tidak menyenangkan bagi orang lain, dimana segala pikiran negatif tersebut dapat menjadi faktor penghambat perkembangan diri untuk jangka panjangnya, sedangkan saat berbicara didepan umum, atau jangka pendek, pikiran negatif tersebut akan mengakibatkan tidak dapat dikendalikannya situasi.

1.3  TUJUAN 
Untuk mengatasi kecemasan dalam berbicara. Agar dalam berbicara  kita tetap percaya diri dalam situasi apapun. Dengan adanya tujuan berbicara kita dapat merundingkan (Deliberative Speaking) sejumlah keputusan dan rencana. Keputusan itu dapat menyangkut sifat hakekat tindakan-tindakan masa lalu atau sifat dan hakekat tindakan-tindakan mendatang.



BAB II
PEMBAHASAN

2.1 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFEKTIVITAS BERBICARA
Kecemasan berbicara mempunyai makna keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan seseorang yang dipengaruhi rasa cemas karena khawatir, takut, dan gelisah. Biasanya gejala ini dialami bila harus bekerja di bawah pengawasan orang lain.

Perwujudan kecemasan berbicara dapat kita lihat pada gejala yang dirasakan oleh mereka yang mengalaminya, antara lain sebagai berikut :
Perwujudan kecemasan berbicara yaitu:
1.      Demam panggung
2.      Lupa akan apa yang di bicarakan
3.      Telapak tangan dan kaki dingin dan berkeringat
4.      Nafas terengah-engah
5.      Hampir seluruh otot tegang
6.      Suhu terasa panas
7.      Tangan dan kaki gemetar
8.      Suara bergetar
9.      Berbicara cepat tetapi tidak jelas
10.  Tidak dapat mendengar dengan baik atau tidak berkonsentrasi

Factor-faktor penyebab kecemasan berbicara yaitu:
1.      Kurang mempersiapkan diri dan materi yang akan di presentasikan.
2.      Harapan yang terlalu tinggi.
3.      Pengalaman buruk di masa lampau yang menjadi ketakutan tersendiri.
4.      Pembicara di hantui rasa takut.
5.      Pembicara di hadapkan dengan situasi baru.

Ciri-ciri pembicara ideal yaitu:
1.      Memiliki topik yang tepat.
2.      Menguasai materi.
3.      Memahami pendengar.
4.      Memahami situasi.
5.      Merumuskan tujuan yang jelas.
6.      Menjalin kontak dengan pendengar.
7.      Memiliki kemampuan linguistik.
8.      Menguasai pendengar.
9.      Memanfaatkan alat bantu.
10.  Meyakinkan dalam penampilan.
11.  Mempunyai rencana.

Semua gejala tersebut merupakan reaksi alamiah kepada ancaman. Begitu seseorang menghadapi ancaman ia berusaha untuk melawan atau melarikan diri.

Sedangkan kecemasan berbicara dialami bila seseorang tidak tahu apa yang harus dilakukan. Ia tidak tahu bagaimana memulai pembicaraan, dan ia tidak dapat memperkirakan apa yang diharapkan pendengar. Ia menghadapi sejumlah ketidakpastian. Untuk hal itu latihan dan pengalaman sangat menentukan. Pengetahuan tentang retorika akan memberikan kepastian kepadanya untuk memulai, melanjutkan, dan mengakhiri pembicaraan. Latihan-latihan akan memberikan pengalaman, sehingga ia dapat memastikan atau paling tidak menduga reaksi para pendengar.

Kecemasan berbicara bisa terjadi juga apabila ia tahu akan dinilai. Penilaian dapat mengangkat ataupun dapat menjatuhkan harga dirinya.

Kecemasan berbicara dapat juga menimpa bukan pemula, bahkan mungkin orang-orang yang terkenal sebagai pembicara-pembicara yang baik. Hal ini terjadi bila pembicara berhadapan dengan situasi yang asing dan ia tidak siap.

Cara-cara mengatasi kecemasan berbicara dapat kita lakukan dengan meningkatkan pengetahuan kita tentang retorika persiapan, penyusunan, dan penyampaian pidato. Pengetahuan retorika memberikan kepastian kepada kita tentang apa yang harus dilakukan, dan apa kira-kira reaksi pendengar pada apa yang kita bicarakan.

Teknik-teknik untuk mengatasi gejala kecemasan berbicara adalah dengan memancing respons dari hadirin pada permulaan berbicara. Dengan memberikan lelucon, dengan mengajukan pertanyaan yang memancing, atau dengan melibatkan hadirin dalam kegiatan. Anda dapat memutuskan perhatian pada hadirin dengan pemahaman, pendengaran, dan reaksi mereka dengan pembicara untuk membuat para pendengarnya senang.

Ketika kita berbicara, kita biasanya menggunakan unsur kebahasaan dan unsur nonkebahasaan. Unsur kebahasaan dinyatakan oleh gramatika, leksis, dan pilihan-pilihan intonasi. Sedangkan unsur nonkebahasaan dinyatakan dengan gerak-gerik tubuh. Gerak tubuh mencakup semua gerak-gerik tubuh yang bermakna saat kita berbicara. Misalnya perubahan air muka, anggukan kepala, kepalan tangan, gerak bibir, angkat bahu, gerakan jari-jari tangan, dan sebagainya. Ilmu yang mempelajari gerak tubuh yang bermakna ini disebut kinetik.

Gerak tubuh biasa juga disebut bahasa tubuh. Gerak tubuh biasanya menyertai penyajian pesan yang disajikan secara lisan. Gerak tubuh berfungsi sebagai penjelas atau penegas makna pesan, dapat juga berfungsi sebagai pelancar komunikasi lisan tatap muka.

Gerak tubuh dikatakan bermakna apabila gerak tubuh itu memenuhi syarat tertentu. Gerak tubuh harus sesuai dengan isi pesan, gerak tubuh harus komunikatif, mudah dicerna, dan mudah dipahami. Gerak tubuh harus ilustratif, mengantar, mengarahkan, dan mengalirkan pikiran ke arah makna pesan.

Setiap manusia yang dilahirkan dalam keadaan normal sudah berpotensi  terampil berbicara. Potensi tersebut akan menjadi suatu kenyataan bila dipupuk, dibina, dan dikembangkan melalui latihan yang sistematis, terarah, dan berkesinambungan.

2.2 MENGATASI RASA CEMAS KETIKA BERBICARA DIDEPAN UMUM
Berbicara di muka umum, entah itu berkhotbah, mengajar, berpidato atau memberi sambutan, sering mendatangkan stress bagi orang mendapat mandat itu. Sedapat mungkin kita biasanya berusaha menghindar. 

Rahasianya adalah jika Anda mengetahui penyebab stress ini, dan jika Anda menerapkan beberapa prinsip-prinsip ini, maka Anda justru akan menikmati ketika berbicara di depan umum. 

Prinsip #1 Kecemasan Berbicara di Muka Umum BUKAN Berasal dari Dalam
Kebanyakan kita percaya bahwa seluruh hidup ini patut dicemaskan! Untuk mengatasi kecemasan ini secara efektif, Anda mesti menyadari bahwa Anda TIDAK perlu mencemaskan hidup Anda, termasuk juga dalam berbicara di depan umum. Ribuan orang telah belajar untuk berbicara di depan umum tanpa rasa cemas (kalaupun ada hanya sedikit sekali).

Pada mulanya, mereka ini juga sangat cemas.  Lutut mereka gemetaran, suara mereka bergetar, pikiran menjadi kacau . . . selanjutnya Anda tahu sendiri. Tapi akhirnya mereka berhasil menghapus kecemasan itu. 

Sebagai manusia biasa, Anda pun juga tidak berbeda dengan mereka. Jika mereka mampu mengatasi kecemasan itu, berarti Anda pun bisa! Anda hanya perlu mendapat pedoman, pengertian dan rencana aksi yang tepat untuk mewujudkan hal itu. Percayalah, sudah banyak berhasil, termasuk saya.  Tetapi ingat juga, keberhasilan ini tidak bisa diraih dalam semalam. Ada proses yang harus dilalui.

Prinsip #2 Anda tidak Harus Cerdas dan Sempurna 
Ketika melihat seorang sedang berkhotbah, kita lalu bergumam "Wow, saya tidak mungkin bisa secerdas, setenang, selucu dan semenarik dia." Sesungguhnya, Anda tidak harus cerdas, lucu atau menarik.  Saya mengatakan ini dengan serius.  Walaupun Anda hanya memiliki kemampuan rata-rata--bahkan di bawah rata-rata--Anda masih bisa menjadi pembicara sukses. Itu tergantung bagaimana Anda mendefinisikan kata "sukses" itu sendiri. Percayalah, hadirin itu tidak mengharapkan Anda tampil sempurna.

Inti dari berbicara di depan umum adalah: memberikan sesuatu yang bernilai dan bermakna bagi hadirin. Jika hadirin itu pulang sambil membawa sesuatu yang bermanfaat, maka mereka akan menilai Anda telah sukses. Jika mereka pulang dengan perasaan yang lega atau merasa mendapat manfaat untuk pekerjaannya, maka mereka akan menganggap bahwa tidak sia-sia meluangkan waktu untuk mendengarkan paparan Anda. Bahkan sekalipun lidah Anda terpeleset atau mengucapkan kata-kata yang tolol . . . mereka tidak peduli. 

Yang penting mereka mendapat manfaat lain (Bahkan sekalipun Anda mengkritik mereka dan membuat gusar, Anda pun tetap berhasil karena membuat mereka lebih baik lagi.) 

Prinsip #3 Anda hanya Butuh Dua atau Tiga Pokok Utama
Anda tidak perlu menyuguhkan segunung fakta pada hadirin. Banyak penelitian menunjukkan bahwa hanya sedikit sekali yang mampu diingat hadirin (kecuali jika mereka mencatat, tentu saja). Pilihlah dua atau tiga point utama saja.

Yang diinginkan hadirin sebenarnya adalah mereka bisa membawa pulang dua atau tiga hal yang bermanfaat. Jika Anda bisa memasukkan hal ini dalam materi Anda, Anda bisa menghindari kompleksitas yang tidak perlu.

Ini berarti juga membuat tugas Anda sebagai pembicara jadi lebih ringan, dan lebih menyenangkan juga! 

Prinsip #4 Anda Punya Tujuan yang Tepat
Prinsip ini sangat penting . . . jadi simaklah baik-baik. Kesalahan besar yang sering dilakukan oleh orang yang berbicara di depan umum adalah mereka tidak punya tujuan yang tepat. Inilah yang secara tidak mereka sadari menyebabkan kecemasan dan stress. 

Seorang pembicara mengisahkan pengalamannya:"Dulu, saya pikir tujuan utama berpidato adalah membuat semua orang yang hadir setuju dengan pendapat saya." Karena itu, dia berusaha keras untuk meyakinkan semua hadirin. Jika ada satu orang saja yang tidak setuju, dia langsung meradang.  Jika ada orang yang pulang duluan, jatuh tertidur, atau kelihatan tidak tertarik, orang ini merasa telah gagal. Tetapi kemudian dia menyadari hawa ambisi seperti ini terlihat menggelikan.

Apakah ada pembicara yang bisa meyakinkan 100%  orang yang mendengarnya? Jawabannya: tidak ada! Sesungguhnya, sekeras apapun upaya Anda. . . selalu saja ada orang yang tidak sepakat dengan Anda.  Tetapi tidak apa-apa.  Ini hal yang biasa.

Di dalam kumpulan orang banyak selalu ada perbedaan pendapat, penilaian dan tanggapan. Ada yang positif, ada pula yang negatif. Tidak ada yang pasti dalam hal ini. Jika lamban menyelesaikan pekerjaan Anda, ada yang bersimpati pada Anda, ada pula yang mengkritik Anda dengan tajam. Jika Anda menuntaskan pekerjaan Anda dengan baik, ada yang memuji kemampuan Anda, ada pula yang sangsi bahwa Anda bisa mengerjakannya sendirian. Orang yang pulang duluan, mungkin bukannya tidak tertarik pada uraian Anda melainkan mungkin karena ada keperluan mendesak. Yang tertidur, mungkin semalaman begadang karena anaknya sakit.  

Ingat, inti dari berbicara di depan umum adalah memberi nilai atau makna tertentu pada hadirin.  Kata kuncinya adalah MEMBERI, bukan MENDAPAT! Dengan kata lain, tujuannya bukan mendapat sesuatu(persetujuan, ketenaran, penghormatan, pengikut dsb) dari pendengar Anda, melainkan memberikan sesuatu yang bermanfaat. 

Prinsip #5 Kunci Sukses adalah Tidak Menganggap Diri Anda Seorang Pembicara! 
Prinsip ini tampak paradoks. Kebanyakan orang telah terpengaruh oleh pembicara yang sukses. Kemudian agar sukses, kita berusaha sekuat tenaga memperlihatkan kualitas tertentu yang sebenarnya tidak kita miliki. Akibatnya kita menjadi putus asa ketika gagal meniru karakteristik dari orang terkenal, yang kita anggap sebagai kunci suksesnya.

Jelasnya, alih-alih menjadi diri sendiri, kita sering berusaha menjadi seperti orang lain! Padahal sebagian besar pembicara yang sukses itu melakukan hal yang sebaliknya! Mereka tidak berusaha menjadi orang lain, tetapi menjadi diri mereka sendiri. Dan mereka pun terkejut sendiri karena mereka bisa menikmati tugas yang bayak dicemaskan orang ini. 

Rahasianya, karena mereka tidak berusaha menjadi pembicara tetapi menjadi diri mereka sendiri! Kita bisa melakukan hal yang sama. Apapun jenis kepribadian Anda, ataupun ketrampilan dan talenta yang Anda miliki, Anda pasti mampu berdiri di muka umum dan menjadi diri Anda sendiri. 

Prinsip #6 Kerendahan Hati dan Humor Sangat Menarik Perhatian 
Ada dua hal yang dapat dipakai oleh siapa saja untuk menarik perhatian orang ketika berbicara di muka umum, yaitu: kerendahan hati dan humor. Semua orang mengenal humor.  Jika humor itu tidak menyakiti siapapun, cukup lucu dan sesuai dengan tema pembicaraan Anda, silahkan gunakan.  Humor selalu menarik meskipun Anda tidak cakap menyampaikannya. 

Sedangkan yang dimaksud kerendahan hati adalah ketika berbicara Anda  membagikan pergumulan, kelemahan dan kegagalan Anda. Sebagai manusia biasa kita punya kelemahan dan ketika Anda jujur mengungkapkannya Anda menciptakan suasana yang nyaman sehingga orang lain juga bersedia mengungkapkan hal yang sama. 

Dengan rendah hati di depan orang lain, justru akan membuat Anda lebih kredibel, bisa dipercaya dan disegani. Anda lebih mudah menjalin komunikasi dengan mereka karena dianggap sebagai "orangnya sendiri". 

Kombinasi antara  humor dan kerendahan hati seringkali sangat efektif. Dengan menceritakan pengalaman hidup Anda yang lucu dapat menjadi sarana komunikasi yang menarik. Demikian juga dengan menceritakan perasaan Anda saat itu. Misalnya, jika Anda merasa grogi ketika itu, jangan tutup-tutupi (karena mereka pasti bisa melihat).  Dengan rendah hati, akuilah ketakutan itu dengan jujur. 

Prinsip #7 Apa yang Terjadi Selama Anda Berbicara,  Bisa Anda Manfaatkan untuk Keuntungan Anda! 
Salah satu alasan orang takut berbicara di depan umum adalah karena dia tidak mau dipermalukan di hadapan orang banyak. Bagaimana nanti jika aku gemetaran dan suaraku tercekat?  Bagaimana jika aku lupa sama sekali apa yang harus kusampaikan? Bagaimana jika hadirin menolakku dan melempari aku dengan benda-benda? Bagaimana nanti jika mereka keluar ruangan semua? Bagaimana nanti jika mereka mengajukan pertanyaan sukar dan komentar tajam?  

Jika semua ini memang terjadi, memang akan membuat pembicara itu mendapat malu.  Untungnya, hal ini tidak sering terjadi. Sekalipun ini terjadi, ada jurus jitu yang dapat dipakai untuk menangkalnya. Ingin tahu?  Jika orang mulai beranjak pergi, Anda bisa bertanya: "Apakah dari yang saya sampaikan ada yang tidak Anda setujui?  Apakah gaya dan cara saya menyampaikan kurang tepat?  Apakah yang saya sampaikan tidak sesuai dengan harapan Anda?  Ataukah ada yang salah masuk ruangan?" Dengan menanyakan hal ini secara jujur dan rendah hati, maka hadirin yang masih duduk akan setia hingga Anda selesai berbicara.

Pertanyaan ini juga memberikan kesempatan pada Anda untuk memperbaiki kesalahan yang Anda lakukan saat itu. Prinsip yang sama juga dapat diterapkan menghadapi penentang dan pengejek Anda. Anda selalu punya kesempatan untuk memakai situasi apapun yang terjadi untuk keuntungan Anda. 

Prinsip #8 Anda Tidak Bisa Mengatur Perilaku Khalayak Anda 
Ada beberapa hal yang bisa Anda atur, yaitu: pikiran Anda, persiapan Anda, pengaturan alat peraga Anda,  penataan ruang pertemuan--tetapi satu hal yang tidak bisa diatur, yaitu audiens atau khalayak Anda. Mereka akan bertindak sesuai kehendak mereka sendiri.

 Jika mereka terlihat lelah atau gelisah, jangan coba-coba untuk mengaturnya. Jika mereka membaca koran, atau tertidur biarkanlah itu sepanjang tidak mengganggu yang lain. Jika mereka tidak menyimak, jangan menghukum mereka 

Jika Anda menganggap bahwa Anda harus mengatur perilaku orang lain, maka Anda akan stress sendiri.  Anda hanya bisa mengatur diri Anda sendiri dan sarana pendukung. 

Prinsip #9 Hadirin Sesungguhnya Menginginkan Anda Berhasil 
Para hadirin menghendaki Anda sukses menyampaikan materi.  Sesungguhnya, sebagian besar dari mereka sangat takut berbicara di depan orang banyak.  Mereka tahu risiko kegagalan dan dipermalukan yang Anda ambil ketika Anda maju di depan mereka. Mereka mengagumi keberanian Anda mengambil risiko itu. Mereka akan di pihak Anda, apa pun yang terjadi. 

Ini artinya, sebagian besar khalayak itu bisa memahami jika Anda membuat kesalahan. Tingkat toleransi mereka terhadap kesalahan Anda cukup tinggi.  Anda perlu meyakini prinsip ini, terutama ketika merasa bahwa penampinan Anda sangat buruk.

Prinsip #10 Roh Kudus Akan Memampukan Anda 
Prinsip terakhir ini sangat penting.  Siapa pun Anda, ketika Roh Kudus berkarya dalam diri Anda, maka Anda akan menjadi pembicara yang mengubah hidup orang lain. 

Ingatlah peristiwa Pentakosta. Petrus yang dikuasai Roh Kudus bisa menjadi pembicara yang hebat.  Tetapi siapa sebenarnya Petrus?  Dia "hanya" seorang Nelayan! 
Nah, dengan mengingat kesepuluh prinsip ini, percayalah Anda tidak akan merasa cemas lagi ketika harus berbicara di depan umum.  Cara paling mudah untuk mengingatnya, adalah dengan mempraktikannya dengan tekun. Saya sudah mengalami sendiri.  Dulu, setiap kali harus memimpin PA, saya selalu basah keringat dingin. Perut saya juga mulas.  Tetapi setelah beberapa kali melakukannya, perasaan cemas itu mulai sirna.  Jika saya bisa, Anda pun pasti bisa!


BAB III
3.1 KESIMPULAN

Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa pengendalian dan pengenalan diri yang rendah mengakibatkan terjadinya disfungsi psikologis seseorang, yang mana mengakibatkan munculnya perilaku yang salah dalam menghadapi suatu situasi, sehingga apa yang tadinya di takuti menjadi benar-benar terjadi.

3.2 SARAN
Dalam pembuatan makalah ini masih terdapat kesalahan, maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun bagi penulis dan membaca.



DAFTAR PUSTAKA

No comments:

Klasifikasi Bunyi

  Klasifikasi Bunyi A.     Vokal dan Konsonan Pada umumnya bunyi bahasa dibedakan atas vokal dan konsonan. Bunyi vokal dihasilkan den...