Wednesday, March 26, 2014

Perkembangan Bahasa Indonesia pada Zaman Pra Kemerdekaan

SEJARAH BERKEMBANGNYA BAHASA INDONESIA
Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia pada Zaman Pra Kemerdekaan

     Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Penerimaan tersebut tidak terjadi begitu saja Ada beberapa tahapan proses penerimaan itu membutuhkan waktu yang lama. Tahapannya meliputi :

1).    Masa Pra-1928
     Bila dilihat dari sudut pandang sejarah, bahasa Melayu merupakan bahasa perhubungan atau komunikasi sejak abad VII yaitu masa awal bangkitnya kerajaan Sriwijaya. Pada masanya kerajaan Sriwijaya menjadi pusat kebudayaan, perdagangan, tempat orang belajar filsafat, dan pusat keagamaan (Budha) dengan  menggunakan bahasa perhubungannya yaitu bahasa Melayu.

     Berdasarkan catatan sejarah, bahasa Melayu tidak saja berfungsi sebagai bahasa perhubungan. Namun, juga digunakan sebagai bahasa pengantar, bahasa resmi, bahasa agama, dan bahasa dalam penyampaian ilmu pengetahuan. Sebagai bahasa pengantar dan alat untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, bahasa melayu digunakan pada perguruan tinggi “Dharma Phala”. Selain itu, bahasa melayu juga digunakan sebagai bahasa penerjemah buku-buku keaagamaan misalnya buku keagaaman yang diterjemahkan ke bahasa Melayu oleh I Tsing.

     Bukti lain adalah dengan ditemukannya berbagai prasasti yang menggunakan bahasa Melayu. Prasasti-prasasti tersebut antara lain :
A.    Prasasti Kedukan Bukit di Palembang, tahun 683 M.
B.     Prasasti Talang Tuo di Palembang, tahun 684 M.
C.     Prasasti Kota Kapur di Bangka Barat, tahun 686 M.
D.    Prasasti Karang Brahi antara Jambi dan Sungai Musi, tahun 688 M.
E.     Inskripsi Gandasuli di Kedu, Jawa Tengah tahun 832 M.
F.      Prasasti Bogor, di Bogor tahun 942 M.

     Masuknya agama Islam ke Kepulauan Nusantara, membuat kedudukan bahasa Melayu semakin penting. Para pembawa ajaran Islam memanfaatkan bahasa Melayu sebagai sarana komunikasi. Di samping itu, pembawa ajaran Islam ikut memperkaya khasanah kosa kata dalam bahasa Melayu.

     Abad XVIII, bangsa-bangsa Barat (Belanda) memasuki kepulauan Nusantara. Dalam mendirikan lembaga pendidikan, pemerintah Belanda  mengalami kegagalan sehingga menyebabkan dikeluarkannya SK No. 104/1631 yang antara lain berisi: “…Pengajaran di sekolah-sekolah bumi putera diberikan dalam bahasa Melayu.” Selain itu, juga tersusunnya Ejaan Van Ophyusen (tahun 1901) yang merupakan ejaan resmi bahasa Melayu dan diterbitkan dalam Kitab logat Melajoe. Buku ini disusun oleh Charles Andrianus van Ophuysen dengan dibantu oleh Soetan Makmoer dan Mohammad Taib Soetan Ibrahim.

Ciri-ciri dari ejaan ini yaitu:
1.      Huruf j untuk menuliskan kata-kata jang, pajah, sajang, dsb.
2.      Huruf oe untuk menuliskan kata-kata goeroe, itoe, oemoer, dsb.
3.      Tanda diakritik, seperti koma ain dan tanda trema, untuk menuliskan kata-kata ma’moer, ’akal, ta’, pa’, dinamai’, dsb.

     Perkembangan bahasa Melayu berikutnya, tampak pada masa kebangkitan pergerakan bangsa Indonesia yang dimulai sejak berdirinya Boedi Oetomo (1908) yang telah menggunakan bahasa Melayu sebagai alat bertukar informasi dan komunikasi antar pergerakan. Hal ini dianggap penting dan perlu, karena dengan itu akan mudah dalam mencapai persatuan dan kesatuan dalam rangka bernasional.

     Pada tahun 1908 Pemerintah Belanda mendirikan sebuah badan penerbit buku-buku bacaan yang diberi nama Commissie voor de Volkslectuur (Taman Bacaan Rakyat), yang kemudian pada tahun 1917 diubah menjadi Balai Pustaka. Balai itu menerbitkan buku-buku novel seperti Siti Nurbaya dan Salah Asuhan, buku-buku penuntun bercocok tanam, penuntun memelihara kesehatan, yang banyak membantu penyebaran bahasa Melayu di kalangan masyarakat luas.

     Dalam Kongres II Jong Sumatera, diputuskan pemakaian bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan antar jong. Tindak lanjut dari keputusan tersebut adalah dengan menerbitkan surat kabar Neratja, Bianglala dan Kaoem Moeda.

     Sebagai puncak keberadaan bahasa Melayu seperti yang diuraikan di atas, maka pada tanggal 28 Oktober 1928 diselenggarakan Kongres Pemuda di Jakarta oleh berbagai Jong. Salah satu hasil gemilang dari Kongres pemuda yaitu dengan dicetuskannya ikrar Sumpah Pemuda.

Sumpah Pemuda itu berisi:
(1)  Kami putera dan puteri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu bangsa Indonesia;
(2)  Kami putera dan puteri Indonesia, mengaku bertanah air yang satu tanah air Indonesia;
(3)  Kami putera dan puteri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia.


2).    Masa Pasca-1928

     Cetusan ikrar Sumpah Pemuda menunjukkan bahwa bahasa Melayu sudah berubah menjadi bahasa Indonesia.

     Perkembangan berikutnya dapat dilihat dengan berdirinya Angkatan Pujangga Baru tahun 1933. Para pelopornya antara lain: Sutan Takdir Alisjahbana, Armijn Pane, dan Amir Hamzah. Angkatan ini tampil dengan  tema : “Pembinaan bahasa dan kesusastraan Indonesia.”

     Pada masa itu terjadi krisis terhadap keberadaan bahasa Indonesia. Kaum penjajah (Belanda), berusaha mengganggu keberadaan bahasa Indonesia. Sehingga sejumlah pakar bahasa Indonesia sepakat untuk mengadakan Kongres I Bahasa Indonesia yang dilaksanakan di Surakarta (Solo) pada tanggal 25-28 Juni 1938. Sejumlah pakar yang ikut ambil bagian dalam kongres tersebut antara lain: K. St Pamoentjak; Ki Hadjar Dewantoro; Sanoesi Pane; Sultan Takdir Alisjahbana; Dr. Poerbatjaraka; Adinegoro; Soekrdjo Wirjopranoto; R. P. Soeroso; Mr. Moh. Yamin; dan Mr. Amir Sjarifudin. Kongres ini membahas bidang-bidang peristilahan, ejaan, tata bahasa, dan bahasa persuratkabaran. Dari hasil kongres itu dapat disimpulkan bahwa usaha pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia telah dilakukan secara sadar oleh cendekiawan dan budayawan Indonesia saat itu. Kongres ini berarti pula sebagai cetusan kesadaran akan perlunya pembinaan yang lebih mantap terhadap bahasa Indonesia.

     Pada masa Jepang berkuasa di Indonesia (1 Mei 1942), pemakaian bahasa Indonesia ditetapkan sebagai bahasa perhubungan antar penduduk, disamping bahasa Jepang dan pelarangan tegas penggunaan bahasa Belanda. Keputusan itu sangat menggembirakan bagi pemekaran bahasa Indonesia dalam rangka kebangkitannya. Hal ini terlihat dari munculnya sebuah Angkatan kesusastraan yang dipelopori Chairul Anwar, Idrus, Asrul Sani. Angkatan ini dikenal sebagai Angkatan 45.

     Pada tanggal 20 Oktober 1942, dibentuk Komisi Bahasa Indonesia oleh Jepang. Tugas komisi ini adalah menyusun istilah dan tata bahasa normatif serta kosa kata umum bahasa Indonesia. Pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia secara tidak langsung semakin mantap dan memperoleh tempat di hati penduduk.

     Pada tanggal 18 Agustus 1945 ditandatanganilah Undang-Undang Dasar RI 1945, yang salah satu pasalnya (Pasal 36) menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara.

     Pada tanggal 19 Maret 1947 diresmikan penggunaan Ejaan Republik (Ejaan Soewandi) sebagai pengganti Ejaan van Ophuijsen yang berlaku sebelumnya.

     Kongres Bahasa Indonesia II di Medan pada tanggal 28 Oktober s.d. 2 November 1954 juga salah satu perwujudan tekad bangsa Indonesia untuk terus-menerus menyempurnakan bahasa Indonesia yang diangkat sebagai bahasa kebangsaan dan ditetapkan sebagai bahasa negara.

     Pada tanggal 16 Agustus 1972 H. M. Soeharto, Presiden Republik Indonesia, meresmikan penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD) melalui pidato kenegaraan di hadapan sidang DPR yang dikuatkan pula dengan Keputusan Presiden No. 57, tahun 1972.

     Pada tanggal 31 Agustus 1972 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah resmi berlaku di seluruh wilayah Indonesia (Wawasan Nusantara).

     Kongres Bahasa Indonesia III yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 28 Oktober s.d. 2 November 1978 merupakan peristiwa penting bagi kehidupan bahasa Indonesia. Kongres yang diadakan dalam rangka memperingati Sumpah Pemuda yang ke-50 ini selain memperlihatkan kemajuan, pertumbuhan, dan perkembangan bahasa Indonesia sejak tahun 1928, juga berusaha memantapkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia.

     Kongres bahasa Indonesia IV diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 21-26 November 1983. Ia diselenggarakan dalam rangka memperingati hari Sumpah Pemuda yang ke-55. Dalam putusannya disebutkan bahwa pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia harus lebih ditingkatkan sehingga amanat yang tercantum di dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara, yang mewajibkan kepada semua warga negara Indonesia untuk menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, dapat tercapai semaksimal mungkin.

     Kongres bahasa Indonesia V di Jakarta pada tanggal 28 Oktober s.d. 3 November 1988. Ia dihadiri oleh kira-kira tujuh ratus pakar bahasa Indonesia dari seluruh Nusantara (sebutan bagi negara Indonesia) dan peserta tamu dari negara sahabat seperti Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura, Belanda, Jerman, dan Australia. Kongres itu ditandatangani dengan dipersembahkannya karya besar Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa kepada pencinta bahasa di Nusantara, yakni Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.

     Kongres Bahasa Indonesia VI di Jakarta pada tanggal 28 Oktober s.d. 2 November 1993. Pesertanya sebanyak 770 pakar bahasa dari Indonesia dan 53 peserta tamu dari mancanegara meliputi Australia, Brunei Darussalam, Jerman, Hongkong, India, Italia, Jepang, Rusia, Singapura, Korea Selatan, dan Amerika Syarikat. Kongres mengusulkan agar Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa ditingkatkan statusnya menjadi Lembaga Bahasa Indonesia, serta mengusulkan disusunnya Undang-Undang Bahasa Indonesia.

     Kongres Bahasa Indonesia VII diselenggarakan di Hotel Indonesia, Jakarta pada tanggal 26-30 Oktober 1998. Kongres itu mengusulkan dibentuknya Badan Pertimbangan Bahasa dengan ketentuan sebagai berikut:

     Keanggotaannya terdiri dari tokoh masyarakat dan pakar yang mempunyai kepedulian terhadap bahasa dan sastra.Tugasnya memberikan nasihat kepada Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa serta mengupayakan peningkatan status kelembagaan Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Sumber:
     4. Wati, Riau. Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia, Edisi baru.

Friday, March 21, 2014

FOTO-FOTO DAPAT HADIAH JUTAAN RUPIAH DARI MEDIA SOSIAL

Bingung, hasil foto anda banyak tapi tidak menghasilkan uang
 Tidak usah bingung lagi karena ada sebuah media sosial yang akan memberikan anda uang hanya dengan memasukkan foto anda...
Untuk tidak memperpanjang pembicaran, langsung saja kita menuju ke TKP

http://phototomoney.com/?ref=Julianto

Ayo buruan daftar daftar !!!
Come On and join to Photo to Money :)

CARA MENGUPLOAD FILE POWERPOINT KEDALAM BLOG

Kadang bagi pemula masih bingung bagaimana caranya memasukkan file PP ke dalam blog/web,yaaa...contonhnta seperti saya ini. Namun akhirnya lewat buka situs-situs belajar blog saya bisa menemukan cara yang termudah, caranya :
1. Buka http://www.slideshare.net/upload
2. Bila belum mempunyai account,lakukan pendaftaran dengan klik sign up
3. Isi data- data yang harus diisi dikolom pendaftaran
4. Setelah mendaftar,lakukan login dengan username dan password yang sudah kita isi di form pendaftaran
5. Klik Upload
6. Klik Browse, dan cari file yang akan kita upload, klik open
7. File akan diloading untuk upload
8. Setelah terupload di slide share, akan muncul kode HTML file PP kita biasanya dibagian kanan atas
9. Copi kode HTML tst ke blog kita dengan sebelumnya masuk ke 'Entri baru' dan pilih jenis penulisan HTML
10. Publish
11. Jadiii deehh....Selamat mencoba yaaa...Good Luck..!!!!

Monday, March 10, 2014

AFIKS ASING

Arti afiks asing ialah imbuhan asing.Beberapa afiks asing dalam pemakaian bahasa Indonesia: wan, wait, man, is, if, a, iah, il, al,pre, us,or,isasi, er, im.Afiks asing memiliki kemampuan melekat dengan berbagai kata dalam bahasa Indonesia.Isme bukan termasuk afiks asing. Alasannya, karena isme termasuk kata dan  merupakan morfem bebas yang sudah memiliki arti, yaitu; mengandung arti leksikal

 Macam-Macam afiks asing
a.      Awalan (prefiks/ prefix) 
Awalan (prefiks / prefix) adalah imbuhan yang terletak di awal kata. Proses awalan (prefiks) ini di sebut prefiksasi (prefixation). Berdasarkan dan pertumbuhan bahasa yang terjadi, maka awalan dalam bahasa indonesia dibagi menjadi dua macam, yaitu imbuhan asli dan imbuhan serapan, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing
Awalan-awalan (imbuhan dari bahasa asing) pada kata-kata serapan yang disadari adanya, juga oleh penutur yang bukan dwibahasawan, adalah sebagai berikut:
1.      a- seperti pada amoral, asosial, anonym, asimetris. Awalan ini mengandung arti ‘tidak’ atau ‘tidak ber’.
2.      anti- seperti pada antikomunis, antipemerintah, antiklimaks, antimagnet, antikarat yang artinya ‘melawan’ atau ‘bertentangan dengan’.
3.      bi- misalnya pada b ilateral, bilingual, bikonveks. Awalan ini artinya ‘dua’.
4.      de- seperti pada dehidrasi, devaluasi, dehumanisasi, deregulasi. Awalan ini artinya ‘meniadakan’ atau ‘menghilangkan’.
5.      eks- seperti pada eks-prajurit, eks-presiden, eks-karyawan, eks-partai terlarang. Awalan ini artinya ‘bekas’ yang sekarang dinyatakan dengan kata ‘mantan’.
6.      ekstra- seperti pada ekstra-universiter, ekstra-terestrial, ekstra linguistic, kadang juga dipakai pada kata-kata bahasa Indonesia sendiri. Contoh: ekstra-ketat, ekstra-hati-hati. Awalan ini artinya ‘tambah’, ‘diluar’, atau ‘sangat’.
7.      hiper- misalnya pada hipertensi, hiperseksual, hipersensitif. Awalan ini artinya ‘lebih’ atau ‘sangat’.
8.      in- misalnya pada kata inkonvensional, inaktif, intransitive. Awalan ini artinya ‘tidak’.
9.      infra- misalnya pada infrastruktur, inframerah, infrasonic. Awalan ini artinya ‘di tengah’.
10.  intra- misalnya pada intrauniversiter, intramolekuler. Awalan ini artinya ‘di dalam’.
11.  inter- misalnya interdental, internasional, interisuler, yang biasa di Indonesiakan dengan antar-.
12.  ko- misalnya pada kokulikuler, koinsidental, kopilot, kopromotor. Awalan ini artinya ‘bersama-sama’ atau ‘beserta’.
13.  kontra- misalnya pada kontrarevolusi, kontradiksi, kontrasepsi. Awalan ini artinya ‘berlawanan’ atau ‘menentang’.
14.  makro- misalnya pada makrokosmos, makroekonomi, makrolinguistik. Awalan ini artinya ‘besar’ atau ‘dalam arti luas’.
15.  mikro- seperti pada mikroorganisme, mikrokosmos, microfilm. Awalan ini artinya ‘kecil’ atau ‘renik’.
16.  multi- seperti padamultipartai, multijutawan, multikompleks, multilateral, multilingual. Awalan ini artinya ‘banyak’.
17.  neo- seperti pada neokolonialisme, neofeodalisme, neorealisme. Awalan ini artinya ‘baru’.
18.  non- seperti pada nongelar, nonminyak, nonmigas, nonberas, nonOpec. Awalan ini artinya ‘bukan’ atau ‘tidak ber-‘.

b.      Akhiran (sufiks/ sufix)
Akhiran (sufiks/ sufix) adalah imbuhan yang terletak di akhir kata. Dalam proses pembentukan kata ini tidak pernah mengalami perubahan bentuk. Proses pembentukannya di sebut safiksasi (suffixation). Akhiran terdiri dari  an, i, nya, man, wati, wan, asi,  in, wi, dan lainnya dalam contoh.
Pada kata-kata asing yang diserap ke dalam bahasa Indonesia kita jumpai akhiran-akhiran seperti berikut:
1.      –al misalnya pada actual, structural, emosional, intelektual. Kata-kata yang berakhiran –al ini tergolong kata sifat.
2.      –asi/isasi misalnya pada afiksasi, konfirmasi, nasionalisasi, kaderisasi, komputerisasi. Akhiran tersebut menyatakan ‘proses menjadikan’ atau ‘penambahan’.
3.      –asme misalnya pada pleonasme, aktualisme, sarkasme, antusiasme. Akhiran ini menyatakan kata benda.
4.      –er seperti pada primer, sekunder, arbitrer, elementer. Akhiran ini menyatakan sifat.
5.      –et seperti pada operet, mayoret, sigaret, novelete. Akhiran ini menyatakan pengertian ‘kecil’. Jadi operet itu ‘opera kecil’, novelet itu ‘novel kecil’.
6.      .–i/wi/iah misalnya pada hakiki, maknawi, asasi, duniawi, gerejani, insani, harfiah, unsuriyah, wujudiyah. Akhiran-akhiran ini menyatakan sifat.
7.      –if misalnya pada aktif, transitif, obyektif, agentif, naratif. Akhiran ini menyatakan sifat.
8.      –ik (1) seperti pada linguistik, statistik, semantic, dedaktik. Akhiran ini menyatakan ‘benda’ dalam arti ‘bidang ilmu’.
9.      -ik (2) seperti pada spesifik, unik, karakteristik, fanatik, otentik. Akhiran ini menyatakan sifat.
10.  –is (1) pada kata praktis, ekonomis, yuridis, praktis, legendaries, apatis. Akhiran ini menyatakan sifat.
11.  –is (2) pada kata ateis, novelis, sukarnois, marxis, prosaic, esei. Akhiran ini menyatakan orang yang mempunyai faham seperti disebut dalam kata dasar, atau orang yang ahli menulis dalam bentuk seperti yang disebut di dalam kata dasar..
12.  –logi seperti pada filologi, sosiologi, etimologi, kelirumologi, -logiartinya ‘ilmu’.
13.  –ir seperti pada mariner, avonturir, banker. Akhiran ini menyatakan orang yang bekerja pada bidang atau orang yang mempunyai kegemaran ber-.
14.  –or seperti pada editor, operator, deklamator, noderator. Akhiran ini artinya orang yang bertindak sebagai orang yang mempunyai kepandaian seperti yang tersebut pada kata dasar.
15.  –ur seperti pada donator, redaktur, kondektur, debitur, direktur. Akhiran ini seperti yang di atas menyatakan agentif atau pelaku;
16.  –itas seperti pada aktualitas, objektivitas, universitas, produktivitas. Akhiran ini menyatakan benda.

Kata serapan masuk ke dalam bahasa Indonesia dengan 4 cara yaitu :
1.  Cara Adopsi
Terjadi apabila pemakai bahasa mengambil bentuk dan makna kata asing itu secara keseluruhan.
Contoh : supermarket, plaza, mall

2.  Cara Adaptasi
Terjadi apabila pemakai bahasa hanya mengambil makna kata asing itu, sedangkan ejaan atau penulisannya disesuaikan dengan ejaan bahasa Indonesia
Contoh :
     Pluralization → pluralisasi
     Acceptability → akseptabilitas

3.  Penerjemahan
Terjadi apabila pemakai bahasa mengambil konsep yang terkandung dalam bahasa asing itu, kemudian kata tersebut dicari padanannya dalam Bahasa Indonesia
Contohnya :
     Overlap → tumpang tindih
     Try out → uji coba

4.  Kreasi
Terjadi apabila pemakai bahasa hanya mengambil konsep dasar yang  ada dalam bahasa Indonesia. Cara ini mirip dengan cara penerjemahan, akan tetapi memiliki perbedaan. Cara kreasi tidak menuntut bentuk fisik yang mirip seperti penerjemahan.
Boleh saja kata yang ada dalam bahasa aslinya ditulis dalam 2 atau 3 kata, sedangkan bahasa Indonesianya hanya satu kata saja.
Contoh :
      Effective → berhasil guna

      Spare parts → suku cadang

KEHIDUPAN MASYARAKAT PESISIR


Secara sederhana, bahasa dapat diartikan sebagai alat untuk menyampaikan sesuatu yang terlintas di dalam hati. Namun, lebih jauh bahasa bahasa adalah alat untuk beriteraksi atau alat untuk berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau perasaan. Dalam studi sosiolinguistik, bahasa diartikan sebagai sebuah sistem lambang, berupa bunyi, bersifat arbitrer, produktif, dinamis, beragam dan manusiawi.

Masyarakat pesisir adalah sekumpulan masyarakat yang hidup bersama-sama mendiami wilayah pesisir membentuk dan memiliki kebudayaan yang khas yang terkait dengan ketergantungannya pada pemanfaatan sumber daya pesisir.

Provinsi Kepulauan Riau merupakan provinsi yang memilki laut yang cukup luas, tidak heran jika banyak hasil laut yang terdapat di Kepulauan Riau. Banyak penduduk yang tinggal di pesisir laut atau pantai. Kepulauan Riau juga merupakan tempat transportasi laut dimana kapal-kapal dari daerah lain maupun Negara lain juga ada yang datang ke Kepulauan Riau. Kepulauan Riau merupukan daerah melayu yang ada di Indonesia. Kepulauan Riau memiliki dua kota dan lima Kabupaten.

Di Kabupaten Lingga khususnya banyak  penduduk yang tinggal di pesisir pantai maupun di daerah laut sehingga cara berbicara mereka agak berbeda dengan masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan, nada mereka berbicara juga berbeda dengan masyrakat yang jauh dari laut atau pantai. Nada berbicara mereka agak keras atau menengking saat mereka berbicara, walaupun mereka berdekatan antara satu dengan yang lain, hal ini dikarenakan suara ombak atau suara air laut yang membuat mereka tidak bisa mendengar terlalu jelas, hal ini lah yang menyebabkan mereka berbicara seperti berteriak atau menengking.

Kalau mereka berbicara dengan masyarakat daerah yang jauh dari pesisir akan terasa canggung bagi masyarakat yang mendengar itu, karena mereka berbicara tidak dengan nada kuat. Kebiasan berbicara kuat itu tidak mudah di hilang oleh masyarakat pesisir karena mereka sudah terbiasa menggunakan nada ynag kuat, itu bisa dianggap masyarakat yang jauh dari pesisir sebagai suatu bentuk kemarahan. Mereka berbicara dengan nada yang keras dan menengking supaya mereka bisa berinteraksi satu sama lain tanpa hambatan dalam proses interaksi satu sama lain. Mereka berbicara keras di depan orang lain tanpa merasa canggung bahkan seperti orang berteriak. Pada saat mereka berbicara dengan orang lain mereka merasa suara meraka tersebut sudah pelan.

Bahasa yang digunakan masyarakat pesisir agak berbeda dengan masyarakat di daerah yang jauh dari pesisir atau masyarakat kota, contoh nya seperti ambe, ambe dalam bahasa Indonesia yaitu saya, Kata musek itu artinya tidak ada. Hal ini akan membuat masyarakat yang mendengar akan merasa aneh karena mereka tidak pernah mendengarnya. Ada yang bisa mengenali bahwa orang tersebut bersaal dari pulau dengan mengenali bahasa yang ia gunakan. Bahasa dialek daerah cukup susah untuk dihilangkan karena lidah kita sudah terbiasa menggunakan bahasa tersebut.

Mata pencharian masyarakat pesisir pada umumnya sebagai nelayan, mereka mencari rezeki dari laut walaupun sekuat apapun ombak mereka tetap melaut, panas terik dan bahaya tidak mereka hiraukan demi untuk anak mereka. Kadang-kadang mereka melaut tidak membawa hasil saat mereka pulang dari melaut. Mereka melaut kalau tidak dapat ikan di laut yang dangkal mereka pergi ke laut yang dalam. Kalau gelombang kuat mereka tidak bisa kelaut hal itu bisa terjadi sampai berminggu-minggu bahakan samapai satu bulan, namun mereka tidak pernah mengeluh. Masyarakat pesisir memanfaatkan laut sebaik-baik mungkin untuk memenuhi kebutuhan mereka dan sekaligus memenuhi kebutuhan masyarakat yang jauh dari Pesisir atau laut.

Nelayan juga membuat kelong untuk menangkap ikan bilis atau ikan tri. Ikan bilis ini didapat dengan semacam alat yang di sebut dengan kelong. Kemudian ikan tri atau bilis yang didapat di rebus dengan garam dan di jemur hingga kering. Harga ikan bilis bervariasi sesuai dengan jenis dan kualitas ikan tersebut. Tanjungpinang terkenal dengan daerah penghasil ikan bilis atau tri, selain daerah Tanjungpinang bilis atau tri juga berasal dari Lingga.

Nelayan menagkap ikan, nos atau sotong, kepiting dan lainnya menggunakan cara-cara yang berbeda. cara menagkap sotong dengan nonde nos, menagkap ikan menggunakan jaring, pancing maupun palas dan Udang di jarring. Para nelayan menangkap itu semua dengan cara-cara yang berbeda. Hasil dari tangkapan mereka dikirim ke daerah lain. Bahkan ada yang di ekspor ke Singapura. Selain ikan, ketam yang di ambil isinya juga di kirim ke  Singapura atau ke Negara lain. Kepulauan Riau merupakan daerah penghasil ikan yang cukup banyak.Ikan yang di cari ada juga di buat ikan asin dan kerupuk, ikan asin di buat dari berbagai jenis ikan seperti ikan tamban, sela, seliko, dan lain-lain. Cara membuat ikan asin, ikannya direbus atau dikukus diisi garam selanjutnya dijemur.

Bentuk rumah masyarakat pesisir dominan rumah panggung, ada yang menggunakan kayu maupun semen, tetapi kebanyakan menggunakan kayu mungkin untuk mengurangi rasa panas atas terik matahari. rumah mereka saling berdekatan, jalan yang menggunakan kayu  menyambung dari rumah satu ke rumah yang lainnya. Ada juga rumah masyarakat yang tidak berdekatan bahkan jauh dari rumah masyarakat yang lainnya, mereka menggunakan pompong atau sampan untuk menuju ke rumah yang lainnya. Mereka tidak merasa takut dengan ombak karena mereka sudah terbiasa dengan kehidupan di laut, mereka terbiasa karena kiri dan kanan mereka semuanya laut.

         
        Masyarakat pesisir mungkin memilki perbedaan baik dari segi berbicara maupun bahasa yang mereka gunakan, mungkin karena faktor kurangnya berinteraksi dengan msyarakat luar atau mungkin suatu kebiasaan yang tidak bisa mereka ubah. Masyarakat pesisir harus mampu memanfaatkan laut sebaik-baik mungkin dan menjaga laut tersebut, karena laut merupakan sumber rezeki dan tempat mereka bermukim. Apabila laut rusak ekosisitem laut akan rusak juga.

PARAGRAF


 DAFTAR ISI


Kata pengantar

Daftar Isi

BAB I   PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

BAB II   PARAGRAF
2.1 Struktur Paragraf

BAB III SYARAT-SYARAT PEMBENTUKAN PARAGRAF
3.1 Syarat-Syarat Paragraf
3.2 Macam-Macam Paragraf
            3.2.1  Macam-macam paragraf berdasarkan tujuannya
            3.2.2  Macam-macam paragraf berdasarkan letak kalimat utama
 3.2.3  Macam-macam paragraf berdasarkan isi
3.3  Unsur-Unsur Paragraf

BAB IV   PENUTUP
3.1 Kesimpulan 
3.2 Saran

Daftar Pustaka



  
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG
Umumnya kesulitan pertama membuat karya tulis ilmiah adalah mengungkapkan pikiran menjadi kalimat dalam bahasa ilmiah. Sering dilupakan perbedaan antara paragraf dan kalimat. Suatu kalimat dalam tulisan tidak berdiri sendiri, melainkan kait-mengait dalam kalimat lain yang membentuk paragraf, paragraf merupakan bagian kecil sebuah karangan yang membangun satuan pikiran sebagai pesan yang disampaikan oleh penulis dalam karangan.

Paragraf atau alinea adalah suatu bentuk bahasa yang biasanya merupakan hasil penggabungan beberapa kalimat. Dalam upaya menghimpun beberapa kalimat menjadi paragraph, yang perlu diperhatikan adalah kesatuan dan kepaduan. Kesatuan berarti seluruh kalimat dalam paragraf membicarakan satu gagasan(gagasan tunggal).Kepaduan berarti seluruh kalimat dalam paragraf itu kompak, saling berkaitan mendukung gagasan tunggal paragraf.

Dalam kenyataannya kadang-kadang kita menemukan alinea yang hanya terdiri atas satu kalimat, dan hal itu memang dimungkinkan. Namun, dalam pembahasan ini wujud alinea semacam itu dianggap sebagai pengecualian karena disamping bentuknya yang kurang ideal jika ditinjau dari segi komposisi, alinea semacam itu jarang dipakai dalam tulisan ilmiah. Paragraf diperlukan untuk mengungkapkan ide yang lebih luas dari sudut pandang komposisi, pembicaraan tentang paragraf sebenarnya ssudah memasuki kawasan wacana atau karangan sebab formal yang sederhana boeh saja hanya terdiri dari satu paragraf. Jadi, tanpa kemampuan menyusun paragraf, tidak mungkin bagi seseorang mewujudkan sebuah karangan.



BAB II
PARAGRAF

2.2  STRUKTUR PARAGRAF
Paragraf terdiri atas kalimat topik atau kalimat pokok dan kalimat penjelas atau kalimat pendukung. Kalimat topik merupakan kalimat terpenting yang berisi ide pokok alinea. Sedangkan kalimat penjelas atau kalimat pendukung berfungsi untuk menjelaskan atau mendukung ide utama.  Untuk mendapatkan paragraf yang baik perlu diperhatikan hal-hal berikut :

1.      Posisi Paragraf
Sebuah karangan dibangun oleh beberapa bab. Bab-bab suatu karangan yang mengandung kebulatan ide dibangun oleh beberapa anak bab. Anak bab dibangun oleh beberapa paragraf. Jadi, kedudukan paragraf dalam karangan adalah sebagai unsur pembangun anak bab, atau secara tidak langsung sebagai pembangun karangan itu sendiri. Dapat dikatakan bahwa paragraf merupakan satuan terkecil karangan, sebab di bawah paragraf tidak lagi satuan yang lebih kecil yang mampu mengungkapkan gagasan secura utuh dan lengkap.

2.      Batasan Paragraf
Pengertian paragraf ini ada beberapa pendapat, antara lain :
A.    Kamus Besar Bahasa Indonesia : paragraf adalah bagian bab dalam suatu karangan (biasanya mengandung satu ide pokok dan penulisannya dimulai dengan garis baru).
B.     The Jiang Gie dan A. Didyamartaya : paragraf ialah satuan pembagian lebih kecil di bawah sesuatu bab dalam buku. Paragraf biasanya diberi angka Arab.

3.      Kegunaan Paragraf
Paragraf bukan berkaitan dengan segi keindahan karangan itu, tetapi pembagian per paragraf ini memiliki beberapa kegunaan, sebagai berikut:
A.    Sebagai penampung fragmen ide pokok atau gagasan pokok keseluruhan paragrap.
B.     Alat untuk memudahkan pernbaca memahami jalan pikiran penulisnya.
C.     Penanda bahwa pikiran baru dimulai.
D.    Alat bagi pengarang untuk mengembangkan jalan pikiran secara sistematis.
E.     Dalam rangka keseluruhan karangan, paragraf dapat berguna bagi pengantar, transisi, dan penutup.

4.      Unsur-Unsur Paragraf
Ialah beberapa unsur yang pembangun paragraf, sehingga paragraf tersebut tersusun secara logis dan sistematis. Unsur-unsur paragraf itu ada empat macam, yaitu :

(1) Transisi,
(2) Kalimat topik,
(3) Kalimat pengem-bang, dan
(4) Kalimat penegas.
Keempat unsur ini tampil secara bersama-sama atau sebagian, oleh karena itu, suatu paragraf atau topik paragraf mengandung dua  unsur wajib (katimat topik dan kalimat pengembang), tiga unsur, dan mungkin empat unsur.

5.      Struktur Paragraf
Mendapatkan banyaknya unsur dan urutan unsur yang pembangun paragraf, struktur paragraf dapat dikelompokkan menjadi delapan kemungkinan, yaitu :
A.  Paragraf terdiri atas transisi kalimat, kalimat topik, kalimat pengembang, dan kalimat penegas.
B.  Paragraf terdiri atas transisi berupa kata, kalimat topik, kalimat pengembang, dan kalimat penegas.
C. Parazraf terdiri atas kalimat topik, kalimat pengembang, dan kalimat peneges.
D. Paragraf terdiri atas transisi berupa kata, kalimat topik, dan kalimat pengembang.
E. Paragraf terdiri atas transisi berupa kalimat, kalimat topik, kalimat pengembang.
F.      Paragraf terdiri atas kalimat topik dan katimat pengembang.
G.    Paragraf terdiri atas kalimat pengembang dan katimat topik. 


  
BAB III
SYARAT-SYARAT PEMBENTUKAN PARAGRAF

3.1  SYARAT-SYARAT PARAGRAF
1.      Kesatuan
Kesatuan paragraf ialah semua kalimat yang membangun paragraf secara bersama-sama menyatakan suatu hal atau suatu tema tertenru. Kesatuan di sini tidak boleh diartikan bahwa paragraf itu memuat satu hal saja.

2.      Kepaduan
Kepaduan (koherensi) adalah kekompakan hubungan antara suatu kalimat dan kalimat yang lain yang membentuk suatu paragraf kepaduan yang baik tetapi apabila hubungan timbal balik antar kalimat yang membangun paragraf itu baik, wajar, dan mudah dipahami. Kepaduan sebuah paragraf dibangun dengan memperhatikan beberapa hal, seperti pengulangan kata kunci, penggunaan kata ganti, penggunaan transisi, dan kesejajaran(paralelisme).

3.      Kelengkapan
Ialah suatu paragraf yang berisi kalimat-kalimat penjelas yang cukup untuk menunjang kalimat topik. Paragraf yang hanya ada satu kalimat topik dikatakan paragraf yang kurang lengkap. Apabila yang dikembangkan itu hanya diperlukan dengan pengulangan-pengulangan adalah paragraf yang tidak lengkap.

4.      Panjang Paragraf
Panjang paragraf dalam sebagai tulisan tidak sama, bergantung pada beberapa jauh/dalamnya suatu Bahasa dan tingkat pembaca yang menjadi sasaran.
Memperhitungkar, 4 hal :
A.    Penyusunan kalimat topik.
B.     Penonjolan kalimat topik dalam paragraf.
C.     Pengembangan detail-detail penjelas yang tepat, dan
D.    Penggunaan kata-kata transisi, frase, dan alat-alat lain di dalam paragraf. 

5.      Pola Sususnan Paragraf
Rangkaian pernyataan dalam paragraf harus disusun menurut pola yang taat asas, pernyataan yang satu disusun oleh pernyatanyang lain dengan wajar dan bersetalian secara logis. Dengan cara itu pembaca diajak oleh penulis untuk memahami paragraf sebagai satu kesatuan gagasan yang bulat. Pola susunannya bermacam-macam, dan yang sering diterapkan dalam tulisan ilmiah. antara lain :

(1) Pola runtunan waktu,
(2) Pola uraian sebab akibat,
(3) Pola perbandingan dan pertentangan,
(4) Pola analogi,
(5) Pola daftar, dan
(6) Pola lain.

Ada tiga teknik pengembangan paragraf :

A.    Secara alami
Pengembangan paragraf secara alami berdasarkan urutan ruang dan waktu. Urutan ruang merupakan urutan yang akan membawa pembaca dari satu titik ke titik berikutnya dalam suatu ruang. Urutan waktu adalah urutan yang menggambarkan urutan tedadinya peristiwa, perbuatan, atau tindakan.

B.     Klimaks dan Antiklimaks
Pengembangan paragraf teknik ini berdasarkan posisi tertentu dalam suatu rangkaian berupa posisi yang tertinggi atau paling menojol. Jika posisi yang tertinggi itu diletakkan pads bagian akhir disebut klimaks. Sebaliknya, jika penulis mengawali rangkaian dengan posisi paling menonjol kemudian makin lama makin tidak menonjol disebut antiklimaks.

C.     Umum Khusus dan Khusus Umum
Dalam bentuk Umum ke Khuss utama diletakkan di awal paragraf, disebut paragraf deduktif. Dalam bentuk khusus-umum, gagasan utama diletakkan di akhir paragraf, disebut paragraf induktif.


3.2  MACAM-MACAM PARAGRAF
1.      Eksposisi
Berisi uraian atau penjelasan tentang suatu topik dengan tujuan memberi informasi.

Contoh:
Para pedagang daging sapi di pasar-pasar tradisional mengeluhkan dampak pemberitaan mengenai impor daging ilegal. Sebab, hampir seminggu terakhir mereka kehilangan pembeli sampai 70 persen. Sebaliknya, permintaan terhadap daging ayam dan telur kini melejit sehingga harganya meningkat. 


2.      Argumentasi
Bertujuan membuktikan kebenaran suatu pendapat/ kesimpulan dengan data/ fakta konsep sebagai alasan/ bukti.

Contoh:
Sebagian anak Indonesia belum dapat menikmati kebahagiaan masa kecilnya. Pernyataan demikian pernah dikemukakan oleh seorang pakar psikologi pendidikan Sukarton (1992) bahwa anakanak kecil di bawah umur 15 tahun sudah banyak yang dilibatkan untuk mencari nafkah oleh orang tuanya. Hal ini dapat dilihat masih banyaknya anak kecil yang mengamen atau mengemis di perempatan jalan atau mengais kotak sampah di TPA, kemudian hasilnya diserahkan kepada orang tuanya untuk menopang kehidupan keluarga. Lebih-lebih sejak negeri kita terjadi krisis moneter, kecenderungan orang tua mempekerjakan anak sebagai penopang ekonomi keluarga semakin terlihat di mana-mana.

3.      Deskripsi
Berisi gambaran mengenai suatu hal atau keadaan sehingga pembaca seolah-olah melihat, merasa atau mendengar hal tersebut.

Contoh:
Gadis itu menatap Doni dengan seksama. Hati Doni semakin gencar memuji gadis yang mempesona di hadapanya. Ya, karena memang gadis didepannya itu sangat cantik. Rambutnya hitam lurus hingga melewati garis pinggang. Matanya bersinar lembut dan begitu dalam, memberikan pijar mengesankan yang misterius. Ditambah kulitnya yang bersih, dagu lancip yang menawan,serta bibir berbelah, dia sungguh tampak sempurna.

4.      Persuasi
Karangan ini bertujuan mempengaruhi emosi pembaca agar berbuat sesuatu.

Contoh:
Dalam diri setiap bangsa Indonesia harus tertanam nilai cinta terhadap sesama manusia sebagai cerminan rasa kemanusiaan dan keadilan. Nilai-nilai tersebut di antaranya adalah mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya, mengembangkan sikap tenggang rasa dan nilai-nilai kemanusiaan. Sebagai sesama anggota masyarakat, kita harus mengembangkan sikap tolong-menolong dan saling mencintai. Dengan demikian, kehidupan bermasyarakat dipenuhi oleh suasana kemanusian dan saling mencintai.

5.      Narasi
Karangan ini berisi rangkaian peristiwa yang susul-menyusul, sehingga membentuk alur cerita. Karangan jenis ini sebagian besar berdasarkan imajinasi.

Contoh:
Jam istirahat. Roy tengah menulis sesuatu di buku agenda sambil menikmati bekal dari rumah. Sesekali kepalanya menengadah ke langit-langit perpustakaan, mengernyitakan kening,tersenyum dan kembali menulis. Asyik sekali,seakan diruang perpustakaan hanya ada dia.


3.2.1        Macam-macam paragraf berdasarkan tujuannya
1.      Paragraf pembuka
Paragraf pembuka biasanya memiliki sifat ringkas menarik, dan bertugas menyiapkan pikiran pembaca kepada masalah yang akan diuraikan.

Contoh paragraf pembuka :
Pemuli baru saja usai. Sebagian orang, terutama caleg yang sudah pasti jadi, merasa bersyukur karena pemilu berjalan lancer seperti yang diharapkan. Namun, tidak demikian yang dirasakan oleh para caleg yang gagal memperoleh kursi di parlemen. Mereka mengalami stress berat hingga tidak bias tidur dan tidak mau makan.

2.      Paragraf penghubung
Paragraf penghubung berisi inti masalah yang hendak disampaikan kepada pembaca. Secara fisik, paragraf ini lebih panjang dari pada paragraf pembuka. Sifat paragraf-paragraf penghubung bergantung pola dari jenis karangannya. Dalam karangan-karangan yang bersifat deskriptif, naratif, eksposisis, paragraf-paragraf itu harus disusun berdasarkan suatu perkembangan yang logis. Bila uraian itu mengandung pertentangan pendapat, maka beberapa paragraf disiapkan sebagai dasar atau landasan untuk kemudian melangkah kepada paragraf-paragraf yang menekankan pendapat pengarang.

3.      Paragraf penutup
Paragraf penutup biasanya berisi simpulan (untuk argumentasi) atau penegasan kembali (untuk eksposisi) mengenai hal-hal yang dianggap penting.

Contoh paragraf penutup :
Demikian proposal yang kami buat. Semoga usaha kafe yang kami dirikan mendapat ridho dari Tuhan YME serta bermanfaat bagi sesame. Atas segala perhatiannya, kami ucapkan terima kasih.


3.2.2        Macam-macam paragraf berdasarkan letak kalimat utama

1.      Paragraf deduktif
Paragraf deduktif ditandai dengan terdapatnya kalimat utama di awal paragraf dan dimulai dengan pernyataan umum yang disusun dengan uraian atau penjelasan khusus.

Contoh paragraf deduktif :
Kemauannya sulit untuk diikuti. Dalam rapat sebelumnya, sudah diputuskan bahwa dana itu harus disimpan dulu. Para peserta sudah menyepakati hal itu. Akan tetapi, hari ini ia memaksa menggunakannya untuk membuka usaha baru. 


2.      Paragraf induktif
Paragraf induktif ditandai dengan terdapatnya kalimat utama di akhir paragraf dan diawali dengan uraian atau penjelasan bersifat khusus dan diakhiri dengan pernyataan umum.

Contoh paragraf induktif :
Semua orang menyadari bahwa bahasa merupakan sarana pengembangan budaya. Tanpa bahasa, sendi-sendi kehidupan akan lemah. Komunikasi tidak lancer. Informasi tersendat-sendat. Memang bahasa merupakan alat komunikasi yang penting, efektif dan efisien.

3.      Paragraf campuran
Paragraf campuran ditandai dengan terdapatnya kalimat utama di awal dan akhir paragraph. Kalimat utama yang terletak diakhir merupakan kalimat yang bersifat penegasan kembali.

Contoh paragraf campuran :
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak dapat dilepaskan dari komunikasi. Kegiatan apa pun yang dilakukan manusia pasti menggunakan sarana komunikasi, baik sarana komunikasi yang sederhana maupun yang modern. Kebudayaan dan peradaban manusia tidak akan bias maju seperti sekarang ini tanpa adanya sarana komunikasi.


3.2.3        Macam-macam paragraf berdasarkan isi

1.      Paragraf deskripsi
Paragraf deskripsi ditandai dengan kalimat utama yang tidak tercantum secara nyata dan tema paragraf tersirat dalam keseluruhan paragraf. Biasanya dipakai untuk melakukan sesuatu, hal, keadaan, situasi dalam cerita.

Contoh paragraf deskripsi :
Dari balik tirai hujan sore hari, pohon-pohon kelapa di seberang lembah itu seperti perawan mandi basah, segar penuh gairah dan daya hidup. Pelepah-pelepah yang kuyup adalah rambut basah yang tergerai dan jatuh di belahan punggung. Batang-batang yang ramping dan meliuk-liuk oleh hembusan angin seperti tubuh semampai yang melenggang tenang dan penuh pesona.

2.      Paragraf proses
Paragraf proses ditandai dengan tidak terdapatnya kalimat utama dan pikiran utamanya tersirat dalam kalimat-kalimat penjelas yang memaparkan urutan suatu kejadian atau proses, meliputi waktu, ruang, klimaks dan antiklimaks.

3.      Paragraf efektif
Paragraf efektif adalah paragraf yang memenuhi ciri paragraf yang baik. Paragrafnya terdiri atas satu pikiran utama dan lebuh dari satu pikiran penjelas. Tidak boleh ada kalimat sumbang, harus ada koherensi antar kalimat.


 3.3    UNSUR-UNSUR PARAGRAF
Dalam pembuatan suatu paragraf harus memiliki unsur unsur pembangun paragraf agar paragraf atau alinea dapat berfungsi dengan sebagaimana mestinya Topik atau tema atau gagasan utama atau gagasan pokok atau pokok pikiran, topik merupakan hal terpernting dalam pembuatan suatu alinea atau paragraf agar kepaduan kalimat dalam satu paragraf atau alinea dapat terjalin sehingga bahasan dalam paragraf tersebut tidak keluar dari pokok pikiran yang telah ditentukan sebelumnya.

Kalimat utama atau pikiran utama, merupakan dasar dari pengembangan  suatu paragraf karena kalimat utama merupakan kalimat yang mengandung pikiran utama. Keberadaan kalimat utama itu bisa di awal paragraf, diakhir paragraf atau pun diawal dan akhir paragraf. Berdasarkan penempatan inti gagasan atau ide pokoknya alinea dibagi menjadi beberapa jenis yaitu:

Deduktif                      : kalimat utama diletakan di awal alinea
Induktif                      : kalimat utama diletakan di akhir anilea
Variatif                       : kalimat utama diletakan di awal dan diulang pada akhir 
                                     alinea
Deskriptif/naratif      : kalimat utama tersebar di dalam seluruh alinea

Kalimat penjelas, merupakan kalimat yang berfungsi sebagai penjelas dari gagasan utama. Kalimat penjelas merupakan kalimat yang berisisi gagasan penjelas. Judul (kepala karangan), untuk membuat suatu kepala karangan yang baik, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, yaitu :
1.      Provokatif (menarik)
2.      Berbentuk frase
3.      Relevan (sesuai dengan isi)
4.      Logis
5.      Spesifik



BAB IV
PENUTUP

4.1  Kesimpulan Dan Saran
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa ilmu Bahasa Indonesia dapat memberi kita ilmu pengetahuan yang mendalam dan Bahasa Indonesia adalah Bahasa Resmi kebangsaan dengan Berbahasa Indonesia kita bias menambah Cakrawa dan pemikiran dan berbahasa yang lusa.   



Klasifikasi Bunyi

  Klasifikasi Bunyi A.     Vokal dan Konsonan Pada umumnya bunyi bahasa dibedakan atas vokal dan konsonan. Bunyi vokal dihasilkan den...