Sunday, December 16, 2012

Bentuk dan Makna

BAB I
Pendahuluan
1.1  Latar Belakang Masalah
     Pada zaman sekarang, sedikit sekali masyarkat atau remaja yang mengenal bahasa Indonesia secara benar. Kebanyakan dari mereka menggunakan bahasa gaul sebagai bahasa komunikasi. Sebenarnya itu adalah kesalahan besar masyarkat kita. Masyarakat tidak bangga dengan bahasa resminya. Mereka lebih bangga dengan bahasa yang telah mereka rusak sendiri.
     Seharusnya kita sebagai warga negara Indonesia yang baik lebih bangga dengan bahasa resmi kita, tidak dengan bahasa gaul yang telah kita ciptakan sendiri tanpa menggunakan kaidah EYD yang berlaku. Masalah ini telah menjadi masalah yang serius bagi kita. Dan sudah seharusnya kita sebagai warga negara yang baik, mau mempelajari dan menggunakan bahasa Indonesia dengan baik. 
1.2  Rumusan Masalah
   A.    Apakah bentuk dan makna dalam bahasa Indonesia?
   B.     Apakah macam-macam bentuk dan makna itu?
   C.     Apakah kegunaan dari macam bentuk dan makna itu?

1.3  Tujuan Masalah
     Makalah ini berisi penjelasan tentang bentuk dan makna yang ada dalam bahasa Indonesia, yang diharapkan bisa membantu para pembaca dalam memahami bahasa Indonesia lebih mendalam. 



BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Bentuk dan Makna
     Satuan bentuk terkecil dalam bahasa adalah fonem dan yang terbesar adalah karangan. Di antara satuan bentuk terkecil dan terbesar itu terdapat deretan bentuk morfem, kata, frasa, kalimat dan alinea.
     Ketujuh satuan bentuk bahasa itu diakui eksistensinya jika mempunyai makna atau dapat mempengaruhi makna. Dapat mempengaruhi makna maksudnya kehadirannya dapat mengubah makna atau menciptakan makna baru. Hubungan antara bentuk dan makna dapat diibaratkan sebagai dua sisi mata uang, yang saling melengakapi. Karena bentuk yang tidak bermakna atau tidak dapat mempengaruhi makna tidak terdapat dalam tata satuan bentuk bahasa.

2.2  Fonem
     Fonem adalah bunyi terkecil yang dapat membedakan arti atau makna (bunyi dari huruf), sedangkan huruf adalah lambang bunyi atau lambang fonem. Jadi, fonem sama dengan bunyi (untuk didengar), huruf adalah lambang ( untuk dilihat). Jumlah huruf hanya ada 26, tetapi fonem bahasa Indonesia lebih dari 26 karena beberapa huruf ternyata mempunyai lebih dari satu lafal bunyi.

Variasi pelafalan huruf e, o, dan k

Huruf Contoh pelafalan dalam kata Fonem e
jahe, karate, sate       ( e )
emas, lepas, pedas    ( Ә
)
enak, engsel, elok     ( ε )

Huruf Contoh pelafalan dalam kata Fonem o
sekolah, organisasi, sosial                       ( o )
beo, solo (=sendiri), trio (=penyanyi)     ( o )

Huruf Contoh pelafalan dalam kata Fonem k
bak (tempat air), botak, otak    ( k/* )
anak, enak, ternak                    ( ?/**  )

2.3  Morfem
     Morfem adalah satuan bentuk terkecil yang dapat membedakan makna dan atau mempunyai makna. Morfem dapat berupa imbuhan (misalnya –an, me-, me-kan), klitika/partikel (misalnya –lah, -kah), dan kata dasar (misalnya bawa, makan). 
     Untuk membuktikan morfem sebagai pembeda makna dapat dilakukan dengan menggabungkan morfem dengan kata yang mempunyai arti leksikal. Jika penggabungan menghasilkan makna baru, unsur yang digabungkan dengan kata dasar itu adalah morfem.

Contoh: 
Makan + -an  = makanan
Me- + makan = memakan

Menurut bentuk dan maknanya, morfem ada dua macam:

A.    Morfem Bebas
     Morfem yang dapat berdiri sendiri dari segi makna tanpa harus dihubungkan dengan morfem yang lain. Semua kata dasar tergolong sebagai morfem bebas.

B.     Morfem Terikat
     Morfem yang tidak dapat dapat berdiri sendiri dari satu makna. Maknanya baru jelas setelah dihubungkan dengan morfem yang lain. Semua imbuhan (awalan, sisipan, akhiran, kombinasi awalan dan akhiran), partikel -ku, -lah, -kah dan bentuk bentuk lain yang tidak dapat berdiri sendiri termasuk morfem terikat.

2.4  Kata
     Kata adalah satuan bentuk terkecil (dari kalimat) yang dapat berdiri sendiri dan mempunyai makna. Kata yang terbentuk dari gabungan huruf atau gabungan morfem; atau gabungan huruf dengan morfem, baru diakui sebagai kata bila bentuknya mempunyai makna.
2.4.1  
                   Dari segi bentuk, kata dibagi atas dua macam:
A.    Kata yang bermorfem tunggal (kata dasar).
Yaitu kata yang belum mendapat imbuhan.
B.     Kata yang bermorfem banyak
Yaitu kata yang sudah mendapat imbuhan.

2.4.2         Pembagian kelas atau jenis kata:
A.    Kata benda (nomina)                              F.  kata bilangan (numeralia)
B.     kata kerja (verba)                                  G. kata sambung (konjungsi) 
C.     kata sifat (adjektiva)                              H. kata sandang (artikulasi)
D.    kata ganti (pronomina)                            I. kata seru (interjeksi) 
E.     kata keterangan (adverbia)                      J. kata depan (preposisi)

                                    
          2.4.2.1  Kata kerja (Verba)    
     Adalah kata yang menyatakan perbuatan atau tindakan, proses, dan keadaan yang bukan merupakan sifat. Umumnya berfungsi sebagai predikat dalam kalimat.

Ciri-ciri kata kerja: 
A.    Dapat diberi aspek waktu, seperti akan,sedang, dan telah.
Contoh: (akan) mandi

B.     Dapat diingkari dengan kata tidak
Contoh: (tidak) makan

C.     Dapat diikuti oleh gabungan kata (frasa) dengan + kata benda /kata sifat.
Contoh: tulis + dengan pena (KB) menulis + dengan cepat (KS)

Selain bentuk di atas, ada bentuk verba yang lain, yaitu:
A.    Verba reduplikasi atau verba berulang dengan dengan atau tanpa pengimbuhan.
misalnya makan-makan, batuk-batuk.

B.     Verba majemuk, yaitu verba yang terbentuk melalui proses penggabungan kata, namun bukan berupa idiom.
misalnya terjun payung, tatap muka.

C.     Verba berpreposisi, yaitu verba intransitif yang selalu diikuti oleh preposisi tertentu.
misalnya tahu akan, cinta pada.

           2.4.2.2  Kata sifat (Adjektiva)
          Adalah kata yang menerangkan sifat, keadaan, watak, tabiat orang atau binatang  atau suatu benda. Umumnya berfungsi sebagai predikat, objek ,dan penjelas dalam kalimat.

     Berdasarkan perilaku semantisnya adjektiva dibedakan menjadi dua tipe pokok , yaitu :

1.      Adjektiva Bertaraf
Ajektiva yang mengungkapkan suatu kualitas

Adjektifa bertaraf dipilah menjadi 7 macam :
A.    Adjektiva Keadaan/sifat
Misalnya : aman,akacau,tenang dan gawat
B.     Adjektiva Warna
Misalnya : ungu,hijau,merah dan biru
C.     Adjektiva Ukuran
Misalnya : Berat,ringan,tinggi dan besar

D.    Adjektiva Jarak
Misalnya : Jauh,dekat,rapat dan renggang
E.     Adjektiva Perasaan/sikap
Misalnya : Malu,sedih,marah dan senang
F.      Adjektiva Waktu
Misalnya : cepat,lambat,singkat dan sering
G.    Adjektiva Cerapan/indera
Misalnya : Harum,manis,terang dan jelas

2.      Adjektiva Tak Bertaraf
     Adjektiva yang mengungkapkan keanggotaan dalam suatu golongan dan tidak dapat digabung dengan semua adverbia yang tadi dipakai sebagai pendamping ajektiva bertaraf.
Misalnya : Abadi, buntu, gaib, ganda

Kata Sifat dibedakan atas dua macam, yaitu:

1.      Kata sifat berbentuk tunggal
Dengan ciri-ciri: 
   A.    Dapat diberi keterangan pembanding seperti lebih, kurang, dan paling.
   misalnya lebih baik.
   B.     Dapat diberi keterangan penguat seperti sangat, sekali.
    misalnya sangat senang, sedikit sekali.
   C.     Dapat diingkari dengan kata ingkar tidak.
    misalnya tidak benar.

2.      Kata sifat berimbuhan.
Contoh: abadi, manusiawi, kekanak-kanakan.

2.4.2.3              Kata Keterangan (Adverbia)
     Kata yang memberi keterangan pada verba, adjektiva, nomina predikatif, atau kalimat.
Misalnya : Saya ingin segera melukis
                  Kata segera adalah adverbia yang menerangkan verba melukis.


2.4.2.4              Rumpun Kata Benda ( Nomina )
     Adalah kata yang mengacu kepada sesuatu benda (konkret maupun abstrak). Kata benda berfungsi sebagai subjek, objek, pelengkap, dan keterangan dalam kalimat.

Ciri kata benda:
1.      Dapat diingkari dengan kata bukan.
Contoh: gula (bukan gula).

2.      Dapat diikuti setelah gabungan kata yang + kata sifat atau yang sangat + kata sifat.
Contoh: buku + yang mahal (KS).

Ada dua jenis kata yang juga mengacu kepada benda, yaitu:
1.      Pronomina: kata yang dipakai untuk mengacu kepada nomina lain. 
Contoh: mana, kapan, Bu 

2.      Numeralia : kata yang dipakai untuk menghitung banyaknya orang, binatang, atau barang. 
Contoh: tiga, puluhan.
Jadi, rumpun kata benda ada:
1.      kata benda (nomina)
2.      kata ganti (pronomina)
3.      kata bilangan (numeralia). 

2.4.2.5              Rumpun kata tugas (partikel)
     Adalah kumpulan kata dan partikel. Lebih tepat dinamakan rumpun kata tugas, yang terdiri atas:
1.       Kata depan (preposisi)
     Adalah kata tugas yang selalu berada di depan kata benda, kata sifat atau kata kerja untuk membentuk gabungan kata depan (frasa preposional).
Contoh: di kantor, sejak kecil.

2.      Kata sambung (konjungsi)
     Adalah kata tugas yang berfungsi menghubungkan dua kata atau dua kalimat.
Contoh: - antara hidup dan mati (dalam kalimat)
            - Situasi memang sudah membaik. Akan tetapi, kita harus selalu siaga.

3.      Kata seru (interjeksi)
     Adalah kata tugas yang dipakai untuk mengungkapkan seruan hati seperti rasa kagum, sedih, heran, dan jijik. Kata seru dipakai di dalam kalimat seruan atau kalimat perintah (imperatif).
Contoh: Aduh, gigiku sakit sekali!
            Ayo, maju terus, pantang mundur!

4.      Kata sandang (artikel)
     Adalah kata tugas yang membatasi makna jumlah orang atau kata benda. Artikel ada tiga, yaitu:
   A.    yang bermakna tunggal: sang putri
   B.     yang bermakna jamak: para hakim  
   C.     yang bermakna netral: si hitam manis. 

5.      Partikel
     Bermakna unsur-unsur kecil dari suatu benda. Partikel yang dibicarakan di sini adalah partikel yang berperan membentuk kalimat tanya (interogatif) dan pernyataan, yaitu:

    1.      -kah: Apakah Bapak Ahmadi sudah datang?
Berfungsi sebagi kalimat tanya yang membutuhkan jawaban.

    2.      -lah: Apalah dayaku tanpa bantuanmu?
Berfungsi sebagai kalimat tanya yang tidak membutuhkan jawaban tetapi tetap diberi tanda tanya.
Dialah yang Maha Kuasa, kata lah dalam kalimat ini menunjukkan partikel dan harus ditulis dengan huruf kecil.
DiaLah yang makan, kata lah dalam kalimat ini menunjukkan kata hubung dan harus ditulis dengan huruf besar.

    3.      -tah: Apatah dayaku tanpa engkau? 
Kalimat pertanyaan yang tidak membutukan jawaban (kalimat retoris). Partikel ini adalah serapan dari bahasa Jawa.

    4.      -pun: Karena dosen berhalangan, kuliah pun dibatalkan. 
Setiap kalimat yang memerlukan jawaban harus diberi tanda tanya.


2.5                Frasa
     Kelompok kata yang tidak mengandung predikat dan belum membentuk klausa atau kalimat. Berfungsi sebagai subjek, predikat, objek dan keterangan di dalam kalimat.

Ciri Frasa:
1.      Kontruksinya tidak mempunyai predikat
2.      Proses pemaknaannya berbeda dengan idiom
3.      Susunan katanya berpola tetap.

     Frasa tidak boleh mengandung predikat dan tidak sama dengan idiom, karena cakupan makna makna yang dibentuk oleh frasa masih di sekitar makna leksikal kata pembentuknya karena hakikatnya frasa adalah kata yang diperluas dengan memberi keterangan.

Contoh: jumpa pers; berjumpa dengan pers.

     Berdasarkan penggolongan frasa dibagi menjadi 5 macam yaitu :
    1.      Frasa Verbal
Frasa Verbal adalah Kelompok kata yang menyatakan kata kerja  
Contoh : A
syik belajar, rajin menabung, berpikir keras

    2.      Frasa Adjektival
Frasa Adjektival adalah Krlompok kata yang menyatakan k
ata sifat
Contoh : C
antik sekali, tidak sombong, amat bersahaja

    3.      Frasa Adverbial
Frasa Adverbial adalah kelompok kata yang menyatakan
kata keterangan
Contoh : T
idak selalu, seperti…., bagaikan…

    4.      Frasa Nominal
Frasa Nominal adalah kelompok kata yang mnenyatakan
kata benda
Contoh : M
eja kayu, emas batangan, penyakit menular

    5.      Frasa Preposisional

Frasa Preposisional adalah kelompok kelompok kata yang terdiri dari preposisi sebagai inti diikuti oleh kata atau kelompok kata lain,terutama nomina. Fungsi frasa preposisi antara lain menunjukkan arah, tempat, dan waktu.
Contoh : 1. Sekarang kami berada di Makassar
               2. Kami akan makan ikan bakar besok di salah satu restoran

2.6                Klausa
     Klausa adalah kelompok kata yng mengandung(S) dan predikat(p), berarti meski kalimat tunggal ,pasti mempunyai klausa karena kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri dari satu subjek(S) dan satu(P).

Contoh :
Yang        berkaos biru       keponakan saya
   S                    P                         Ket
     Menurut pengamatan klausa hanya dapat mengisi subjek,predikat dan keterangan saja. Hal itu pula yang membedakan klausa dengan frasa, karena frasa dapat menjalankan fungsi subjek,predikat,objek,keterangan.

2.7                Makna dan Perubahannya
     Makna adalah hubungan antara bentuk bahasa  dengan  objek/sesuatu hal yang diacunya.
    1.      Makna Leksikal/Makna Denotasi
Makna yang sudah tetap terkandung dalam sebuah kata ( tertera dalam kamus)
Contoh : kuda  =  sejenis binatang
              
pensil =  alat untuk menulis

    2.      Makna Gramatikal
Makna yang timbul akibat melekatnya morfem + morfem. 
Contoh : Makan  + an    = sesuatu yang dimakan
               Langit  + langit = seperti langit

    3.      Makna konotatif
Makna tambahan, makna yang memberikan tafsiran khusus dan nilai rasa tertentu.
Contoh : hitam =  hina, berdosa
              
besi   =  keras hati, kaku dalam prinsip, gagah, dsb
Berkaitan dengan makna ada beberapa istilah yang perlu kita ketahui, diataranya :
Sinonim       : Persamaan makna
Contoh         : Fakir >< Miskin
                       Gagah >< Perkasa
Antonim      : Makna kata berlawanan
Contoh         : Atas >< Bawah
                       Jual >< Beli
                       Pintar >< Bodoh
Homonim    : Tulisan dan lafalnya sama,tetapi artinya berbeda.
Contoh         : Sangsi >< Ragu-ragu
                       Sanksi >< hukuman
Homograf    : Tulisan sama, lafal dan arti beda.
Contoh         : Beruang >< Nama Binatang
                       Beruang >< Mempunyai Uang
Homofon     : Lafal sama, tulisan dan arti beda.
Contoh        : B
ang  >< Bank
                      M
asa >< Massa
     Dalam proses perkembangan bahasa, makna suatu kata dapat mengalami perubahan. Perubahan itu dapat disebabkan oleh perbedaan tempat pemakaian, perbedaan waktu pemakaian, dan kehendak untuk memberi makna baru. Contoh perubahan makna yang penting adalah sebagai berikut :
1.       Meluas        : cakupan makna sekarang lebih luas dari makna yang  lama.
       Contoh :
       Dahulu      : Putra/putri dipakai untuk anak-anak raja
       Sekarang  : Putra/putri dipakai untuk menyebut anak laki-laki dan perempuan.
2.      Menyempit    : cakupan makna sekarang lebih sempit dari makna yang lama.
      Contoh :   Dahulu      : Sarjana dipakai untuk semua cendikiawan
                       Sekarang   : Sarjana dipakai untuk gelar akademis
3.      Ameliorasi   : makna baru dirasakan lebih halus/tinggi niainya dari makna
                      
lama.
      Contoh :  Dahulu     : Bini
                      Sekarang  : Istri dan nyonya
4.      Peyorasi    :   makna baru dirasakan lebih kasar/rendah nilainya dari makna
                      
lama.
      Contoh :      Oknum, gerombolan yang dianggap baik pada zaman dahulu
                      sedangkan sekarang menjadi tidak baik
5.      Sinestesia  : makna yang muncul karena pertukaran tanggapan dua  indera
                    
yang berbeda.

Contoh :   
Kata-katanya manis
                 Pidatonya hambar

6.      Asosiasi   : persamaan sifat antara makna baru dan lama.
Contoh : Agar lancar, beri saja dia amplop.



BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
        Kita dapat menyimpulkan bahwa sebuah bentuk dan makna dalam sebuah bahasa  memiliki berbagai bentuk satuan , baik dari satu terkecil hingga satuan terbesar, hal itu lah yang membedakan setiap kata. Dan dari sinilah kita dalam mendalami bahasa itu secara lebih baik. Dari suatu bentuk bahasa itu baru diakui eksistensiya jika mempunyai makna yang dapat mempengaruhi makna dan menciptakan makna baru. Setiap makna harus mampu didukung oleh bentuk tertentu sehingga dapat saling melengkapi.

3.2  Saran

            Dari pembahasan ini semoga kita dapat mengambil pembelajaran bahwa bentuk dan makna juga di pengaruhi banyak factor. Jadi mulai sekarang kita harus memperhatikan bahasa yang baik dan benar. Dan seharusnya kita bangga dengan bahasa resmi kita.



DAFTAR PUSTAKA

1.      Finoza.Lamudin.1993”Komposisi Bahasa Indonesia.”Jakarta;Diksi Insan Mulia,2009

4.      http://www.google.co.id/search?q=BENTUK+DAN+MAKNA

No comments:

Klasifikasi Bunyi

  Klasifikasi Bunyi A.     Vokal dan Konsonan Pada umumnya bunyi bahasa dibedakan atas vokal dan konsonan. Bunyi vokal dihasilkan den...