Sunday, December 16, 2012

Jenis-jenis Kalimat


JENIS-JENIS KALIMAT
Jenis kalimat dapat digolongkan ke dalam beberapa kelompok:
A.  Berdasarkan Pengucapan
Kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Kalimat Langsung
     Kalimat langsung adalah kalimat yang secara cermat menirukan ucapan orang. Kalimat langsung juga dapat diartikan kaliamt yang memberitakan bagaimana ucapan dari orang lain (orang ketiga). Kalimat ini biasanya ditandai dengan tanda petik dua (“….”) dan dapat berupa kalimat tanya atau kalimat perintah.
Contoh : -  Ibu berkata: “Rohan, jangan meletakkan sepatu di sembarang tempat!”
               -  “Saya gembira sekali”,kata ayah,”karena kamu lulus ujian”.
2. Kalimat Tak Langsung
     Kalimat tak langsung adalah kalimat yang menceritakan kembali ucapan atau perkataan  orang lain. Kalimat tak langsung tidak ditandai lagi dengan tanda petik dua dan sudah dirubah menjadi kalimat berita.
Contoh : -  Ibu berkata bahwa dia senang sekali karena aku lulus ujian.
               -  Kakak berkata bahwa buku itu harus segera dikembalikan.
B. Berdasarkan Jumlah Frasa (Struktur Gramatikal)
Kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1.  Kalimat Tunggal
     Kalimat tunggal adalah kalimat yang memiliki satu pola (klausa) yang terdiri dari satu subjek dan satu predikat. Kalimat tunggal merupakan kalimat dasar sederhana. Kalimat-kalimat yang panjang dapat dikembalikan ke dalam kalimat-kalimat dasar yang sederhana dan dapat juga ditelusuri p0la-pola pembentukannya.

 Pola-pola kalimat dasar yang dimaksud adalah:

*  KB + KK (Kata Benda + Kata Kerja)
Contoh:   Victoria bernyanyi
                   S          P

* KB + KS (Kata Benda +  Kata Sifat)
Contoh:   Ika     sangat rajin
                  S            P
* KB +  KBil (Kata Benda + Kata Bilangan)
Contoh:  Masalahnya   seribu satu.
                     S                    P
Kalimat tunggal  dapat dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu:
1.1.  Kalimat Nominal adalah kalimat yang predikatnya berupa kata benda.
        Contoh :  Saya siswa kelas VI.
1.2.  Kalimat Ajektival adalah kalimat yang P-nya berupa kata sifat.

         Contoh :
        (1) Adiknya cantik.
        (2) Ibunya guru itu sangat ramah.
        (3) Rumahnya megah sekali.
        (4) Kakahnya sombong.

              Kata-kata : cantik, sangat ramah, megah sekali, dan sombong adalah kata sifat.  
       Kalimat-kalimat tersebut juga sudah memenuhi syarat sebagai kalimat baku karena
       minimal sudah memiliki SP.
 
1.3.  Kalimat Verbal adalah kalimat yang predikatnya berupa kata kerja.
        Contoh :  Adik bernyanyi.
1.4.  Kalimat Numeral adalah kalimat yang P-nya berupa kata bilangan.

        Misalnya :
       (1) Mobilnya dua.
       (2) Yang hadir enam belas orang.
       (3) Kerbaunya tujuh ekor.
       (4) Temannya tiga puluh anak per kelas.

              Kata-kata : dua, enam belas orang, tujuh ekor, dan tiga puluh anak per kelas adalah
        kata bilangan. Karena itulah kalimat-kalimat tersebut dinamakan kalimat numeralia.


        Contoh
     Setiap kalimat tunggal di atas dapat diperluas dengan menambahkan kata-kata pada unsur-unsurnya. Dengan penambahan unsur-unsur itu, unsur utama dari kalimat masih dapat dikenali. Suatu kalimat tunggal dapat diperluas menjadi dua puluh atau lebih. 

Perluasan kalimat tesebut terdiri atas:
1. Keterangan tempat, seperti di sini, dalam ruangan tertutup, lewat Bali, sekeliling kota.
2. Keterangan waktu, seperti: setiap hari, pada pukul 21.00, tahun depan, kemarin sore, 
    minggu kedua bulan ini.
3. Keterangan alat (dengan + kata benda), seperti: dengan linggis, dengan undang-undang itu,
    dengan sendok, dengan wesel pos, dengan cek.
4. Keterangan modalitas, seperti: harus, barangkali, seyogyanya. sesungguhnya, sepatutnya.
5. Keternagan cara (dengan + kata sifat/kata kerja), seperti: dengan hati-hati, seenaknya saja,
    selekas mungkin.
6. Keterangan aspek, seperti akan, sedang, sudah, dan telah.
7. Keterangan tujuan, seperti: agar bahagia, untuk anaknya, supaya aman, bagi mereka.
8. Keterangan sebab, seperti: karena rajin, sebab berkuasa, lantaran panik.
9. Keterangan aposisi adalah keterangan yang sifatnya menggantikan, seperti: penerima
    Sepatu Emas, David Beckham.
10. Frasa yang, seperti: mahasiswa yang IP-nya 3 ke atas, pemimpin yang memperhatikan
      rakyat.
Contoh perluasan kalimat tunggal adalah:
1. Victoria akan bernyanyi di Las Vegas.
2. Masalahnya seribu satu yang belum terpecahkan.
3. Ika sangat rajin menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepadanya.
2.  Kalimat Majemuk
     Kalimat majemuk adalah  kalimat yang mempunyai dua pola kalimat atau lebih. Setiap kalimat majemuk mempunyai kata penghubungyang berbeda, sehingga jenis kalimat tersebut dapat diketahui dengan cara melihat kata penghubung yang digunakannya.


Kalimat majemuk dapat dibedakan atas  3 jenis, yaitu:
2.1.  Kalimat Majemuk Setara (KMS)
     Kalimat majemuk setara yaitu penggabungan dua kalimat atau lebih kalimat tunggal yang kedudukannya sejajar atau sederajat.
     Berdasarkan kata penghubungnya (konjungsi) Kalimat majemuk setara dapat dikelompokkan ke dalam beberapa bagian, yaitu:
* KMS Penggabungan. Dua atau lebih kalimat tunggal yang dihubungkan oleh kata dan atau
  serta.
Contoh : -  Kami mencari bahan dan mereka meramunya.
               -  Ratih dan Ratna bermain bulu tangkis di halaman rumah.
* KMS Pertentangan. Dua kalimat tunggal yang dihubungkan oleh kata tetapi, sedangkan,
   namun, melainkan. Kedua kalimat tersebut menunjukkan hubungan pertentangan.
Contoh: -  Indonesia adalah negara berkembang, sedangkan jepang termasuk negara yang
                  sudah maju.
             -  Bukan saya memecahkan gelas itu, melainkan kakak.

* KMS Pemilihan. Dua atau lebih kalimat tunggal yang dihubungkan oleh kata atau.
Contoh : -  Makalah ini harus dikumpukan besok atau minggu depan.
               -  Aku atau dia yang akan kamu pilih.
* KMS Penguatan. Dua atau lebih kalimat tunggal dihubungkan dengan kata bahkan.
Contoh: -  Dia tidak hanya cantik, bahkan dia juga sangat baik hati.
             -  Pencuri itu tidak hanya dipukuli oleh masa, bahkan dia disiksa dengan sadis.
* KMS yang dibentuk dari dua atau lebih kalimat tunggal yang dihubungkan oleh kata lalu
  dan kemudian, untuk menandakan suatu kejadian yang berurutan.
Contoh: -  Mula-mula disebutkan nama-nama juara melukis tingkat SD, kemudian disebutkan 
                 nama-nama juara melukis tingkat SMP.
2.2  Kalimat Majemuk Bertingkat (KMB)
     Kalimat Majemuk Bertingkat adalah  penggabungan dua kalimat atau lebih kalimat tunggal yang kedudukannya berbeda. Di dalam kalimat majemuk bertingkat terdapat unsur induk kalimat dan anak kalimat. Anak kalimat timbul akibat perluasan pola yang terdapat pada induk kalimat.
     Ada beberapa penanda hubungan / konjungsi yang dipergunakan oleh kalimat majemuk bertingkat, yaitu:
1. Waktu                                  :  Ketika, sejak
2.  Sebab                                  :  Karena, Olehkarenaitu, sebab, oleh sebab itu
3.  Akibat                                 :  Hingga, sehingga, maka
4.  Syarat                                 :  Jika, asalkan, apabila
5.  Perlawanan                         :  Meskipun, walaupun
6.  Pengandaian                       :  Andaikata, seandainya
7.  Tujuan                                :  Agar, supaya, untukbiar
8.  Perbandingan                      :  Seperti, laksana, ibarat, seolaholah
9.  Pembatasan                         :  Kecuali, selain
10.  Alat: dengan+ katabenda  :  Dengan tongkat
11.  Kesertaan                          :  Dengan+ orang

Contoh:
-  Walaupun komputer itu dilengkapi dengan alat-alat modern, para hacker masih dapat 
    mengacaukan data-data komputer itu.
Induk kalimat  : Para hacker masih dapat mengacaukan data-data komputer itu.
Anak kalimat  :  Walaupun komputer itu dilengkapi dengan alat-alat modern.
2.3  Kalimat Majemuk Campuran
     Kalimat majemuk campuran terdiri atas kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat atau kebalikannya.
Contoh:
-   Karena hari sudah malam, kami berhenti dan langsung pulang.
KMS :  Kami berhenti dan langsung pulang.
KMC :  Kami berhenti karena hari sudah malam.
             Kami langsung pulang karena hari sudah malam.
-  Kami pulang, tetapi mereka masih bekerja karena tugasnya belum selesai.
KMS :  Kami pulang, tetapi mereka masih bekerja.
KMB : Mereka masih bekerja karena tugasnya belum selesai.
C.  Berdasarkan Isi atau Fungsinya
Kalimat dapat dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu:
1. Kalimat Perintah
Kalimat perintah adalah kalimat yang bertujuan memberikan perintah kepada orang lain untuk melakukan sesuatu. Kalimat perintah biasanya diakhiri dengan tanda seru (!) dalam penulisannya. Sedangkan dalam bentuk lisan, kalimat perintah ditandai dengan intonasi tinggi.
Macam-macam kalimat perintah :
* Kalimat perintah biasa, ditandai dengan partikel lah.
Contoh : Gantilah bajumu !
* Kalimat larangan, ditandai dengan penggunaan kata jangan.
Contoh Jangan membuang sampah sembarangan !
* Kalimat ajakan, ditandai dengan kata mohon, tolong, silahkan.
Contoh : Tolong temani nenekmu di rumah !
2.  Kalimat Berita
     Kalimat berita adalah kalimat yang isinya memberitahukan sesuatu. Dalam penulisannya, biasanya diakhiri dengan tanda titik (.) dan dalam pelafalannya dilakukan dengan intonasi menurun. Kalimat ini mendorong orang untuk memberikan tanggapan.
Macam-macam kalimat berita :
* Kalimat berita kepastian
Contoh : Nenek akan datang dari Bandung besok pagi.
* Kalimat berita pengingkaran
Contoh : Saya tidak akan datang pada acara ulang tahunmu.
* Kalimat berita kesangsian
Contoh : Bapak mungkin akan tiba besok pagi.
* Kalmat berita bentuk lainnya
Contoh : Kami tidak taahu mengapa dia datang terlambat.

3.  Kalimat Tanya
     Kalimat tanya adalah kalimat yang bertujuan untuk memperoleh suatu informasi atau reaksi (jawaban) yang diharapkan. Kalimat ini diakhiri dengan tanda Tanya (?) dalam penulisannya dan dalam pelafalannya menggunakan intonasi menurun. Kata tanya yang dipergunakan adalah bagaimana, dimana, berapa, kapan.
Contoh : -  Mengapa gedung ini dibangun tidak sesuai dengan disainnya ?
              -  Kapan Becks kembali ke Inggris ?

4.  Kalimat Seruan
     Kalimat seruan adalah kalimat yang digunakan untuk mengungkapakan perasaa ‘yang kuat’ atau yang mendadak. Kalimat seruan biasanya ditandai dengan intonsi yang tinggi dalam pelafalannya dan menggunakan tanda seru (!) atau tanda titik (.) dalam penulisannya.
Contoh : -  Aduh, pekerjaan rumah saya tidak terbawa.
               -  Bukan main, eloknya.

D. Berdasarkan Kelengkapan Unsurnya
Kalimat dapat dibedakan ke dalam 2 jenis, yaitu:
1. Kalimat Lengkap
     Kalimat lengkap adalah kalimat yang sekurang-kurangnya terdiri dari  satu buah subyek dan satu buah predikat. Kalimat Majas termasuk ke dalam kalimat lengkap.
Contoh :-   Mahasiswa   berdiskusi   di dalam kelas.
                        S                 P                  K
             -   Ibu       mengenakan     kaos hijau dan celana hitam.
                  S                P                              O
2. Kalimat Tidak Lengkap
     Kalimat tidak lengkap adalah kalimat yang tidak sempurna karena hanya memiliki subyek saja, atau predikat saja, atau objek saja atau keterangan saja. Kalimat tidak lengkap biasanya berupa semboyan, salam, perintah, pertanyaan, ajakan, jawaban, seruan, larangan, sapaan dan kekaguman.

Contoh : - Selamat sore
              - Silakan Masuk!
              - Kapan menikah?
              - Hei, Kawan…


E.  Berdasarkan Susunan  Subjek Predikatnya
Kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:

1.  Kalimat Versi

     Kalimat versi adalah kalimat yang predikatnya mendahului subjeknya. Kata atau frasa tertentu yang pertama muncul akan menjadi kunci yang akan mempengaruhi makna untuk menimbulkankesan tertentu, dibandingkan jika kata atau frasa ditempatkan pada urutan kedua. Kalimat ini biasanya dipakai untuk penekanan atau ketegasan makna.
Contoh : -  Ambilkan     koran di atas kursi itu!
                        P                         S
                -  Sepakat    kami     untuk berkumpul di taman kota.
                       S              P                           K

2.  Kalimat Inversi
     Kalimat inversi adalah kalimat yang susunan dari unsur-unsur kalimatnya sesuai dengan pola kalimat dasar bahasa Indonesia (S-P-O-K).
Contoh : -  Penelitian ini   dilakukan    mereka     sejak 2 bulan yang lalu.
                        S                        P              O                     K
                 -  Aku dan dia     bertemu     di cafe ini.
                             S                   P                K


F.  Berdasarkan Bentuk Gaya Penyajiannya (Retorikanya)
Kalimat dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitu:
1.  Kalimat Yang Melepas
     Kalimat yang melepas terbentuk jika kalimat tersebut disusun dengan diawali oleh unsur utama (induk kalimat) dan diikuti oleh unsur tambahan (anak kalimat). Unsur anak kalimat ini seakan-akan dilepaskan saja oleh penulisnya. Jika unsur anak kalimat tidak diucapkan, kalimat itu sudah bermakna lengkap.
Contoh; -  Saya akan dibelikan vespa oleh Ayah jika saya lulus ujian sarjana.
             -  Semua warga negara harus menaati segala perundang-undangan yang berlaku agar
                 kehidupan di negeri ini berjalan dengan tertib dan aman.
2. Kalimat yang Klimaks
     Kalimat klimaks terbentuk jika kalimat tersebut disusun dengan diawali oleh anak kalimat dan diikuti oleh induk kalimat. Kalimat belum dapat dipahami jika hanya membaca anak kalimatnya. Sebelum kalimat itu selesai, terasa masih ada sesuatu yang ditunggu, yaitu induk kalimat. Oleh karen itu, penyajian kalimat ini terasa berklimaks dan terasa membentuk ketegangan.
Contoh : -   Karena sulit kendaraan, ia datang terlambat ke kantornya.
               -  Setelah 1.138 hari disekap dalam sebuah ruangan akhirnya tiga sandera warga
                   negara Prancis itu dibebaskan juga.3.

3. Kalimat Yang  Berimbang
     Kalimat yang berimbang disusun dalam bentuk kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk campuran, Struktur kalimat ini memperlihatkan kesejajaran yang sejalan dan dituangkan ke dalam bangun kalimat yang simetri.
Contoh : -   Bursa saham tampaknya semakin bergairah, investor asing dan domestik
                   berlomba melakukan transaksi, dan IHSG naik tajam.
               -  Jika stabilitas nasional mantap, masyarakat dapat bekerja dengan tenang dan dapat
                   beribadat dengan leluasa.




G. Berdasarkan Subjeknya
Kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1.  Kalimat Aktif
     Kalimat aktif  adalah kalimat yang subjeknya melakukan suatu pekerjaan/tindakan. Kalimat ini biasanya memiliki predikat berupa kata kerja yang berawalan me- dan ber-. Predikat juga dapat berupa kata kerja aus (kata kerja yang  tidak dapat dilekati oleh awalan me–saja), misalnya  pergi, tidur, mandi, dll  (kecuali makan dan minum).
Contoh : -  Mereka akan berangkat besok pagi.
               -  Kakak membantu ibu di dapur.

Kalimat aktif  dibedakan menjadi 2, yaitu:
1.1  Kalimat Aktif  Transitif
     Kalimat aktif transitif adalah kalimat yang dapat diikuti oleh objek penderita (O1). Predikat pada kalimat ini biasanya berawalam me- dan selalu dapatt dirubah menjadi kalimat pasif.
Contoh:    Eni    mencuci    piring.
                  S           P             O1
1.2  Kalimat Aktif Intransitif
     Kalimat aktif intransitif adalah kalimat yang tidak  dapat diikuti oleh objek penderita (O1). Predikat pada kalimat ini biasanya berawaln ber-. Kalimat yang berawalan me- tidak diikuti dengan O1. Kalimat ini tidak dapat dirubah menjadi kalimat pasif.
Contoh : -  Mereka   berangkat   minggu depan.
                      S               P                   K
              -  Amel     menangis  tersedu-sedu   di kamar.
                    S                          P                           K
1.3  Kalimat Semi Transitif
     Kalimat ini tidak dapat dirubah menjadi kalimat pasif karena disertai oleh pelengkap bukan objek.



Contoh : -  Dian    kehilangan    pensil.
                    S             P                 Pel.

               -  Soni     selalu  mengenderai      sepeda  motor    ke kampus.
                     S                     P                              Pel                     K

2.  Kalimat Pasif
     Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya dikenai pekerjaan/tindakan. Kalimat ini biasanya memiliki predikat berupa kata kerja berawalan di- dan ter- dan diikuti oleh kata depan oleh.

Kalimat pasif dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
2.1  Kalimat Pasif  Biasa
    Kalimat pasif ini biasanya diperoleh dari kalimat aktif transitif. Predikat pada kalimat ini berawalan di-,ter-,ke-an.
Contoh : -  Piring   dicuci   Eni.
                     S           P        O2

2.2  Kalimat Pasif Zero
     Kalimat pasif zero adalah kalimat yang objek pelakunya(O2) melekat berdekatan dengan O2 tanpa disisipi dengan kata lain. Predikat pada kalimat ini berakhiran -kan dan akan terjadi penghilangan awalan di-. Predikatnya juga dapat berupa kata dasar berkelas kerja kecuali kata kerja aus. Kalimat pasif zero ini berhubungan dengan kalimat baku.
Contoh : -  Ku    pukul   adik.
                   O2      P         S
              -  Akan saya    sampaikan    pesanmu.
.                       O2               P                    S

Cara mengubah kalimat aktif menjadi kalimat pasif :
1.  Subjek pada kalimat aktif dijadikan objek pada kalimat pasif.
2.  Awalan me- diganti dengan di-.
3.  Tambahkan kata oleh di belakang predikat.
Contoh :   Bapak  memancing ikan. (aktif)
                  Ikan  dipancing oleh bapak. (pasif)
4.  Jika subjek kalimat aktif berupa kata ganti maka awalan me- pada predikat dihapus, kemudian subjek dan predikat dirapatkan.
Contoh :   Aku harus mengerjakan PR. (aktif)
                  PR harus kukerjakan. (pasif)


















DAFTAR PUSTAKA
































PARAGRAF
     Sebuah paragraf (dari bahasa Yunani paragraphos, "menulis di samping" atau "tertulis di samping") adalah suatu jenis tulisan yang memiliki tujuan atau ide. Awal paragraf ditandai dengan masuknya ke baris baru. Terkadang baris pertama dimasukkan; kadang-kadang dimasukkan tanpa memulai baris baru. Dalam beberapa hal awal paragraf telah ditandai oleh pilcrow .
     Sebuah paragraf biasanya terdiri dari pikiran, gagasan, atau ide pokok yang dibantu dengan kalimat pendukung. Paragraf non-fiksi biasanya dimulai dengan umum dan bergerak lebih spesifik sehingga dapat memunculkan argumen atau sudut pandang. Setiap paragraf berawal dari apa yang datang sebelumnya dan berhenti untuk dilanjutkan. Paragraf umumnya terdiri dari tiga hingga tujuh kalimat semuanya tergabung dalam pernyataan berparagraf tunggal. Dalam fiksi prosa, contohnya; tapi hal ini umum bila paragraf prosa terjadi di tengah atau di akhir. Sebuah paragraf dapat sependek satu kata atau berhalaman-halaman, dan dapat terdiri dari satu atau banyak kalimat. Ketika dialog dikutip dalam fiksi, paragraf baru digunakan setiap kali orang yang dikutip berganti.

1.      Pengertian Paragraf (Alenia)
Paragraf (Alenia) merupakan kumpulan suatu kesatuan pikiran yang lebih tinggi dan lebih luas dari pada kalimat. Alenia merupakan kumpulan kalimat, tetapi kalimat yang bukan sekedar berkumpul, melainkan berhubungan antara yang satu dengan yang lain dalam suatu rangkaian yang membentuk suatu kalimat, dan juga bisa disebut dengan penuangan ide penulis melalui kalimat atau kumpulan alimat yang satu dengan yang lain yang berkaitan dan hanya memiliki suatu topic atau tema. Paragraf juga disebut sebagai karangan singkat.
Dalam paragraph terkandung satu unit pikiran yang didukung oleh semua kalimat dalam kalimat tersebut, mulai dari kalimat pengenal, kalimat utama atau kalimat topik, dan kalimat penjelas sampai kalimat penutup. Himpunan kalimat ini saling berkaitan dalam satu rangkaian untuk membentuk suatu gagasan
Panjang pendeknya suatu paragraph akan ditentukan oleh banyak sedikitnya gagasan pokok yang diungkapkan. Bila segi-seginya banyak, memang layak kalau alenianya sedikit lebih panjang, tetapi seandainya sedikit tentu cukup dengan beberapa kalimat saja.
2.      Kerangka Paragraf
A.    Dimulai dengan kalimat topik yang menyatakan gagasan utama paragraf.
B.     Memberikan detail pendukung untuk mendukung gagasan utama.
C.     Ditutup dengan kalimat penutup yang menyatakan kembali gagasan utama.











3.      Macam-Macam Paragraf
Paragraf dibagi menurut jenis dan letak kalimat utamanya
3.1  Berdasarkan jenisnya
A.    Narasi adalah paragraf yang menceritakan suatu kejadian atau peristiwa. Ciri-cirinya: ada kejadian, ada palaku, dan ada waktu kejadian.
Contoh:
     Anak itu berjalan cepat menuju pintu rumahnya karena merasa khawatir seseorang akan memergoki kedatangannya. Sedikit susah payah dia membuka pintu itu. Ia begitu terkejut ketika daun pintu terbuka seorang lelaki berwajah buruk tiba-tiba berdiri di hadapannya. Tanpa berpikir panjang ia langsung mengayunkan tinjunya ke arah perut lelaki misterius itu. Ia semakin terkejut karena ternyata lelaki itu tetap bergeming. Raut muka lelaki itu semakin menyeramkan, bagaikan seekor singa yang siap menerkam. Anak itu pun memukulinya berulang kali hingga ia terjatuh tak sadarkan diri.
B.     Deskripsi 
     Deskripsi adalah paragraf yang menggambarkan suatu objek sehingga pembaca seakan bisa melihat, mendengar, atau merasa objek yang digambarkan itu. Objek yang dideskripsikan dapat berupa orang, benda, atau tempat.Ciri-cirinya: ada objek yang digambarkan.
Contoh:
     Perempuan itu tinggi semampai. Jilbab warna ungu yang menutupi kepalanya membuat kulit wajanya yang kuning nampak semakin cantik. Matanya bulat bersinar disertai bulu mata yang tebal. Hidungnya mancung sekali mirip dengan para wanita palestina.
C.    Eksposisi 
     Eksposisi adalah paragraf yang menginformasikan suatu teori, teknik, kiat, atau petunjuk sehingga orang yang membacanya akan bertambah wawasannya. Ciri-cirinya: ada informasi.
      Contoh:
     Bahtsul masail sendiri merupakan forum diskusi keagamaan yang sudah mendarah daging di pesantren. Di dalamnya, dibahas persoalan-persoalan masyarakat yang membutuhkan tinjauan keagamaan secara ilmiah, rinci, dan terukur. Perlu diketahui pula bahwa sebagian besar topik yang muncul didasarkan atas laporan, aduan, atau keluhan masyarakat tentang persoalan agama, sosial, budaya, hingga ekonomi. Bisa dikatakan bahwa bahtsul masail sesungguhnya merupakan cara  khas pesantren untuk menyuarakan aspirasi masyarakat melalui perspektif agama.





D.    Argumentasi 
     Argumentasi adalah paragraf yang mengemukakan suatu pendapat beserta alasannya. Ciri-cirinya: ada pendapat dan ada alasannya.
      Contoh:
     Keberhasilan domain itu memang tidak mudah diukur. Sebab, domain tersebut menyangkut hal yang sangat rumit, bahkan terkait dengan "meta penampilan" siswa yang kadang-kadang tidak kelihatan. Membentuk karakter manusia memang membutuhkan pengorbanan, sebagaimana yang dilakukan negara-negara maju seperti Jepang, Singapura, dan Malaysia. Mereka bisa maju karena memiliki banyak orang pintar dan berkarakter.
E.     Persuasi 
     Persuasi adalah paragraf yang mengajak, membujuk, atau mempengaruhi pembaca agar melakukan sesuatu. Ciri-cirinya: ada bujukan atau ajakan untuk berbuat sesuatu.
       Contoh:
     Sebaiknya pemerintah melakukan penghematan. Selama ini, pemerintah boros dengan cara tiap tahun membeli ribuan mobil dinas baru serta membangun kantor-kantor baru dan guest house. Pemerintah juga selalu menambah jumlah PNS tanpa melakukan perampingan, membeli alat tulis kantor (ATK) secara berlebihan, dan sebagainya. Padahal, dana yang dimiliki tidak cukup untuk itu.
4.      Berdasarkan letak kalimat utamanya

4.1  Paragraf Deduktif 
     Paragraf Deduktif adalah paragraf yang dimulai dengan mengemukakan persoalan pokok atau kalimat topik kemudian diikuti dengan kalimat-kalimat penjelas.
       Contoh:
     Kemauannya sulit untuk diikuti. Dalam rapat sebelumnya sudah diputuskan bahwa dana itu harus disimpan dulu. Para peserta sudah menyepakati hal itu. Akan tetapi, hari ini ia memaksa menggunakannya membuka usaha baru.
4.2  Paragraf Induktif
     Paragraf Induktif adalah paragraf yang dimulai dengan mengemukakan penjelasan-penjelasan kemudian diakhiri dengan kalimat topik.


Paragraf induktif dapat dibagi ke dalam tiga jenis, yaitu :
A. Generalisasi
      Generalisasi adalah pola pengembangan paragraf yang menggunakan beberapa fakta khusus untuk mendapatkan kesimpulan yang bersifat umum. Contoh:
     Setelah karangan anak-anak kelas tiga diperiksa, ternyata Ali, Toto, Alex, dan Burhan, mendapat nilai delapan. Anak-anak yang lain mendapat nilai tujuh. Hanya Maman yang enam dan tidak seorang pun mendapat nilai kurang. Oleh karena itu, boleh dikatakan anak-anak kelas tiga cukup pandai mengarang.
Yang menjadi penjelasannya di atas adalah:
1.     Pemerolehan nilai Ali, Toto, Alex, Burhan, Maman, dan anak-anak kelas tiga yang lain merupakan peristiwa khusus.
2.     Peristiwa khusus itu kita hubung-hubungkan dengan penalaran yang logis.
3.     Kesimpulan atau pendapat yang kita peroleh adalah bahwa anak kelas tiga cukup pandai mengarang.
4.     Kesimpulan bahwa anak kelas tiga cukup pandai mengarang, mencakup Ali, Toto, Alex, Burhan, Maman, dan anak-anak lainnya. Dalam kesimpulan terdapat kata cukup karena Maman hanya mendapat nilai enam. Jika Maman juga mendapat nilai tujuh atau delapan, kesimpulannya adalah semua anak kelas tiga pandai mengarang.

B.     Analogi
     Analogi  adalah pola penyusunan paragraf yang berisi perbandingan dua hal yang memiliki sifat sama. Pola ini berdasarkan anggapan bahwa jika sudah ada persamaan dalam berbagai segi maka akan ada persamaan pula dalam bidang yang lain.
Contoh:
     Alam semesta berjalan dengan sangat teratur, seperti halnya mesin. Matahari, bumi, bulan, dan binatang yang berjuta-juta jumlahnya, beredar dengan teratur, seperti teraturnya roda mesin yang rumit berputar. Semua bergerak mengikuti irama tertentu. Mesin rumit itu ada penciptanya, yaitu manusia. Tidakkah alam yang Mahabesar dan beredar rapi sepanjang masa ini tidak ada penciptanya? Pencipta alam tentu adalah zat yang sangat maha. Manusia yang menciptakan mesin, sangat sayang akan ciptaannya. Pasti demikian pula dengan Tuhan, yang pasti akan sayang kepada ciptaan-ciptaan-Nya itu.
     Dalam paragraf di atas, penulis membandingkan mesin dengan alam semesta. Mesin saja ada penciptanya, yakni manusia sehingga penulis berkesimpulan bahwa alam pun pasti ada pula penciptanya. Jika manusia sangat sayang pada ciptaannya itu, tentu demikian pula dengan Tuhan sebagai pencipta alam. Dia pasti sangat sayang kepada ciptaan-ciptaan-Nya itu.

C.    Hubungan Kausal
      Hubungan kausal adalah pola penyusunan paragraf dengan menggunakan fakta-fakta yang memiliki pola hubungan sebab-akibat. Misalnya, jika hujan-hujanan, kita akan sakit kepala atau Rini pergi ke dokter karena ia sakit kepala. Ada tiga pola hubungan kausalitas, yaitu sebab-akibat, akibat-sebab, dan sebab-akibat 1 akibat 2.
§  Sebab-Akibat
    Penalaran ini berawal dari peristiwa yang merupakan sebab, kemudian sampai pada kesimpulan sebagai akibatnya. Polanya adalah A mengakibatkan B
Contoh:
     Era Reformasi tahun pertama dan tahun kedua ternyata membuahkan hasil yang membesarkan hati. Pertanian, perdagangan, dan industri, dapat direhabilitasi dan dikendalikan. Produksi nasional pun meningkat. Ekspor kayu dan naiknya harga minyak bumi di pasaran dunia menghasilkan devisa bermiliar dolar AS bagi kas negara. Dengan demikian, kedudukan rupiah menjadi kian mantap. Ekonomi Indonesia semakin mantap sekarang ini. Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila mulai tahun ketiga Era Reformasi ini, Indonesia sudah sanggup menerima pinjaman luar negeri dengan syarat yang kurang lunak untuk membiayai pembangunan.
     Hal penting yang perlu kita perhatikan dalam membuat kesimpulan pola sebab-akibat adalah kecermatan dalam menganalisis peristiwa atau faktor penyebab.
§  Akibat-Sebab
     Dalam pola ini kita memulai dengan peristiwa yang menjadi akibat. Peristiwa itu kemudian kita analisis untuk mencari penyebabnya.
 Contoh:
     Kemarin Badu tidak masuk kantor. Hari ini pun tidak. Pagi tadi istrinya pergi ke apotek membeli obat. Karena itu, pasti Badu itu sedang sakit.
§  Sebab-Akibat-1 Akibat-2
     Suatu penyebab dapat menimbulkan serangkaian akibat. Akibat pertama berubah menjadi sebab yang menimbulkan akibat kedua. Demikian seterusnya hingga timbul rangkaian beberapa akibat.
 Contoh:
     Mulai tanggal 17 Januari 2002, harga berbagai jenis minyak bumi dalam negeri naik. Minyak tanah, premium, solar, dan lain-lain dinaikkan harganya. Hal ini karena Pemerintah ingin mengurangi subsidi dengan harapan supaya ekonomi Indonesia kembali berlangsung normal. Karena harga bahan bakar naik, sudah barang tentu biaya angkutan pun akan naik pula. Jika biaya angkutan naik, harga barang-barang pasti akan ikut naik karena biaya tambahan untuk transportasi harus diperhitungkan. Naiknya harga barang-barang akan dirasakan berat oleh rakyat. Oleh karena itu, kenaikan harga barang harus diimbangi dengan usaha menaikkan pendapatan masyarakat

4.3  Paragraf Campuran 
     Paragraf campuran adalah paragraf yang dimulai dengan mengemukakan persoalan pokok atau kalimat topik kemudian diikuti kalimat-kalimat penjelas dan diakhiri dengan kalimat topik.Kalimat topik yang ada pada akhir paragraf merupakan penegasan dari awal paragraf.
Contoh:
     Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat dilepaskan dari komunikasi. Kegiatan apa pun yang dilakukan manusia pasti menggunakan sarana komunikasi, baik sarana komunikasi yang sederhana maupun yang modern. Kebudayaan dan peradaban manusia tidak akan bisa maju seperti sekarang ini tanpa adanya sarana komunikasi.
4.4  Paragraf Deskriptif/Naratif/Menyebar 
     Paragraf Deskriptif/Naratif/Menyebar  adalah paragraf yang tidak memiliki kalimat utama. Pikiran utamanya menyebar pada seluruh paragraf atau tersirat pada kalimat-kalimat penjelas.
     Contoh:
     Di pinggir jalan banyak orang berjualan kue dan minuman. Harganya murah-murah, Sayang banyak lalat karena tidak jauh dari tempat itu ada tumpukan sampah busuk. Dari sampah, lalat terbang dan hinggap di kue dan minuman. Orang yang makan tidak merasa terganggu oleh lalat itu. Enak saja makan dan minum sambil beristirahat dan berkelakar.

   
KALIMAT EFEKTIF
1.      PENGERTIAN KALIMAT EFEKTIF

A.         Kalimat efektif ialah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti gagasan yang ada pada pikiran pembicara atau penulis. Kalimat dikatakan efektif apabila berhasil menyampaikan pesan, gagasan, perasaan, maupun pemberitahuan sesuai dengan maksud sipembicara atau penulis.

B.          Kalimat efektif adalah kalimat yang terdiri atas kata-kata yang mempunyai unsur SPOK atau kalimat yang mempunyai ide atau gagasan pembicara/penulis.

2.      CIRI-CIRI KALIMAT EFEKTIF

A.    Memiliki unsur penting atau pokok, minimal unsur SP.
B.     Taat terhadap tata aturan ejaan yang berlaku.
C.    Menggunakan diksiyang tepat.
D.    Menggunakankesepadanan antara struktur bahasa dan jalan pikiran yang logisdansistematis.
E.     Menggunakan kesejajaran bentuk bahasa yang dipakai.
F.     Melakukan penekanan ide pokok.
G.    Mengacu pada kehematan penggunaan kata.
H.    Menggunakan variasi struktur kalimat.

3.      PENGGUAAN KALIMAT EFEKTIF
A.    Digunakan pada tulisan ilmiah seperti makalah, skripsi, tesis, disertasi, laporan penelitian, dan sebagainya

B.     Kalimat efektif berbeda dengan kalimat yang dipakai oleh para sastrawan atau wartawan.

4.      SYARAT-SYARAT KALIMAT EFEKTIF

A.    KELOGISAN
i.                    Kalimat pasif dan aktif harus jelas
ii.                  Subjek dan keterangan harus jelas
iii.                Pengantar kalimat dan predikat harus jelas
iv.                Induk kalimat dan anak kalimat harus jelas
v.                  Subjek tidak ganda
vi.                Predikat tidak didahului kata yang
B.     Kepararelan

     Predikat kalimat majemuk setara rapatan harus pararel. Artinya, jika kata kerja, harus kata kerja semuanya; jika kata benda harus kata benda semuanya.

Contoh:
1.      Harga minyak disesuaikan atau kenaikanitu secara wajar.
i.                    Harga minyak disesuaikan atau dinaikan secara wajar.


C.    Ketegasan

i.                    Unsur-unsur yang ditonjolkan diletakkan diawal kalimat.

    Contoh:
    - Presiden menegaskan agar kita selalu hidup disiplin.

ii.                  Membuat urutan yang logis.
              Misalnya 1, 2, dan 3 ; kecil, sedang, dan besar; anak-anak, remaja dan orang tua,
             dsb.

     Contoh:
-          Penggemarnya tidak hanya anak-anak, tetapi juga remaja,orang tua bahkan kakek-kakek.

D.    Kehematan

         Kehematan adalah penggunaan kata-  kata secara hemat, tetapi tidak mengurangi makna atau mengubah informasi.

i.        Menghilangkan pengulangan subjek yang sama pada anak kalimat.
ii.      Menghindarkan pemakaian super ordinat pada hiponimi kata.
iii.    Menghindarkan kesinoniman kata dalam kalimat.


E.     Ketepatan

    Ketepatan ialah pemakaian diksi atau pilihan kata harus tepat.

i.        Pemakaian kata harus tepat
ii.      Kata berpasangan harus sesuai
iii.    Menghindari peniadaan preposisi.



F.     Kecermatan

     Cermatialah kalimat yang dihasilkan tidak menimbulkan tafsir ganda dan harus tepat diksinya. Prinsip kecermatan berarti cermat dan tepat menggunakan diksi. Agar tercapai kecermatan dan ketepatan diksi, harus memperhatikan pernyataan-pernyataan berikut ini.

i.        Hindari penanggalan awalan
ii.      Hindari peluluhan bunyi/ c /
iii.    Hindari bunyi/ s /, / p /, / t /, dan/ k / yang tidak luluh
iv.    Hindari pemakaian kata ambigu


G.    Kepaduan

 Kepaduan ialah informasi yang disampaikan itu tidak terpecah-pecah.
i.        Kallimat tidak bertele-tele dan harus sistematis.
ii.      Kalimat yang padu menggunakan pola aspek-agen-verbal atau aspek-verbal-pasien.
iii.    Diantara predikat kata kerja dan objek penderita tidak disisipkan kata daripada/tentang.

H.    Kesejajaran

         Kesejajaran adalah penggunaan bentuk-bentuk yang sama pada kata-   kata yang
     paralel. Agar kalimat terlihat rapi dan bermakna sama, Kesejajaran dalam kalimat
     diperlukan.

Contoh:      Maskapai tidak bertanggung jawab terhadap kehilangan dokumen,
             kerusakan barang, busuknya makanan, dan jika hewan yang diletakkan
            didalam bagasi tiba-tiba mati.

ü  Maskapai tidak bertanggung jawab terhadap kehilangan dokumen, kerusakan barang, kebusukan makanan, dan kematian hewan.

     Pada kalimat tersebut kata busuknya dan mati tidak paralel dengan kata kehilangan dan kerusakkan, maka dua kata tersebut disejajarkan menjadi kebusukkan dan kematiaan



I.       Keharmonisan
              Keharmonisan kalimat artinya setiap kalimat yang kita buat harus harmonis antara pola berpikir dan struktur bahasa
.
i.                    Subjek
     Subjek(S) ialah bagian kalimat yang menunjukkan pelaku, tokoh, sosok, benda, sesuatu hal.

ii.                  Predikat
     Predikat(P) adalah bagian kalimat yang memberitahu melakukan apa atau dalam keadaan bagaimana subjek. Predikat dapat juga berupa sifat, situasi, status, ciri, atau jati diri subjek.

iii.                Objek dan Pelengkap
Objek dan Pelengkap adalah bagian kalimat yang melengkapi predikat.

iv.                Keterangan
     Keterangan(Ket) ialah bagian kaliamat yang menerangkan berbagai hal mengenai bagian yang lainnya.

No comments:

Klasifikasi Bunyi

  Klasifikasi Bunyi A.     Vokal dan Konsonan Pada umumnya bunyi bahasa dibedakan atas vokal dan konsonan. Bunyi vokal dihasilkan den...