Sunday, December 16, 2012

Ragam Menyimak


Ragam Menyimak
            Seperti yang diketahui bahwa tujuan menyimak adalah untuk memperoleh informasi, menangkap isi, serta memahami makna komunikasi yang hendak disampaikan sang pembicara melalui ujaran. Inilah yang merupakan tujuan umum. Di samping tujuan umum itu terdapat pula berbagai tujuan khusus, yang menyebabkan adanya aneka ragam menyimak, yaitu:
A.      Menyimak Ekstensif, yang terdiri atas; menyimak sosial, menyimak sekunder,
      
menyimak estetik, dan menyimak pasif.
B.      Menyimak Intensif, yang terdiri atas; menyimak kritis, menyimak konsentratif,
      
menyimak kreatif, menyimak eksplorasif, menyimak interogatif, dan menyimak
      
selektif (Tarigan, 1987:35).
A.   Menyimak Ekstensif
Menyimak Ekstensif (extensive learning) adalah sejenis kegiatan menyimak mengenai hal-hal yang lebih umum dan lebih bebas terhadap suatu ujaran, tidak perlu dibawah bimbingan langsung dari seorang guru (Tarigan, 1987:35-36).
Penggunaan yang paling dasar adalah untuk menangkap atau mengingat kembali bahan yang telah dikenal atau diketahui dalam suatu lingkungan baru dengan cara baru. Keuntungan mengingatkan bahan lama kepada para siswa, bahwa mereka melihat hal itu secara wajar dalam lingkungan yang asli dan alamiah, bukan hanya sekedar dalam hubungan kelas, tempat pertama kali disajikan secara formal.
Menyimak ekstensif adalah proses menyimak yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, seperti: menyimak radio, televisi, percakapan orang di pasar, pengumuman, dan sebagainya. Menyimak seperti ini sering pula diartikan sebagai kegiatan menyimak yang berhubungan dengan hal-hal yang umum dan bebas terhadap suatu bahasa. Dalam prosesnya di sekolah tidak perlu langsung di bawah bimbingan guru. Pelaksanaannya tidak terlalu dituntut untuk memahami isi bahan simakan. Bahan simakan perlu dipahami secara sepintas, umum, garis besarnya saja atau butir-butir yang penting saja. Jenis menyimak ekstensif dapat dibagi empat:
Yang termasuk kelompok menyimak ekstensif sebagai berikut :
1. Menyimak Sosial
Menyimak Sosial (social listening) atau menyimak konversasional (conversational listening) ataupun menyimak sopan (courtreous listening) biasanya berlangsung dalam situasi-situasi sosial tempat orang-orang mengobrol atau bercengkrama mengenai hal-hal yang menarik perhatian semua orang yang hadir dan saling mendengarkan satu sama lain untuk membuat responsi-responsi yang wajar, mengikuti hal-hal yang menarik, dan memperlihatkan perhatian yang wajar terhadap apa-apa yang dikemukakan (Dawson dalam Tarigan,1987:37).
Dapat dikemukakan bahwa menyimak sosial paling sedikit mencakup dua hal,yaitu :
(i)
       Menyimak secara sopan santun dan penuh perhatian terhadap percakapan atau
     
obrolan dalam situasi-situasi sosial dengan suatu maksud,
(ii)  Menyimak serta memahami peranan-peranan pembicara dalam proses
       
komunikasi tersebut. Orang-orang yang dapat menaati kedua hal tersebut
      
dikatakan sebagai anggota-anggota masyrakat yang baik
2. Menyimak Sekunder
Tarigan (1987:38) menyatakan bahwa “menyimak sekunder (secondary listening) adalah sejenis kegiatan menyimak secara kebetulan (casual listening) dan secara ekstensif (extensive listening).” Menyimak ini lebih bersifat umum tanpa ada bimbingan. Apa yang didengar oleh penyimak bukan menjadi tujuan utama.
Contoh :
a.            Sambil menikmati musik, sementara kita ikut berpartisipasi dalam kegiatan menulis atau melukis.
b.           Pada acara-acara radio yang terdengar sayup-sayup, sementara kita menulis surat kepada teman.


3. Menyimak Estetik
Menyimak estetik (aesthetic listening) atau menyimak apresiatif (appreciational listening) adalah fase terakhir dari kegiatan menyimak kebetulan dan termasuk ke dalam menyimak ekstensif (Tarigan, 1987:38). Menyimak estetik mencakup menyimak musik, puisi, menikmati cerita, teka-teki yang dapat mengapresiasikan terhadap suatu hal tertentu. Menyimak estetik bertujuan untuk siswa agar dapat menyimak musik, puisi, dan drama. Sehingga dapat menikmati dan mengapresiasikan cerita-ceritanya dalam lakon-lakon yang dibacakan atau diceritakan oleh guru atau siswa.
4. Menyimak pasif
Menyimak pasif (passive listening) adalah penyerapan suatu ajaran tanpa upaya sadar yang biasanya menandai upaya-upaya kita pada saat belajar dengan kurang teliti, tergesa-gesa, menghapal luar kepala, berlatih santai, serta menguasai sesuatu bahasa. Untuk melakukan hal ini, perlu mempergunakan teknik-teknik tertentu yang bermanfaat, antara lain:
1)      Berilah otak dan telinga kesempatan menyimak banyak-banyak.
     Kita kadang-kadang tercengang menyaksikan orang-orang pribumi yang tidak bersekolah, tetapi mereka lancar sekali mempergunakan beberapa bahasa asing. Ini dimungkinkan karena hidup langsung didaerah bahasa-bahasa tersebut dalam waktu yang lama dan memberi kesempatan yang cukup bagi telinga dan otak mereka menyimak bahasa-bahasa tersebut. Kita dapat meniru kondisi-kondisi ideal orang-orang pribumi ini dengan memanfaatkan program-program radio,televisi,rekaman-rekaman serta mendengarkan kuliah-kuliah yang merupakan bahan mentah yang memuaskan yang dapat dipergunakan oleh otak untuk mengasimilasikan,memilih, serta menyimpan data-data penting mengenai bahasa.
2)      Tenang dan santai.
     Kegelisahan-kegelisahan, sekalipun  dalam belajar bahasa, seakan-akan memutuskan upaya-upaya otak kita untuk melakukan  tugasnya, oleh karena itu, dalam hal menyimak pun diperlukan ketenangan dan kesantaian.
3)      Jangan memasang rintangan bagi bunyi.
     Orang-orang yang bermukim didekat rel kereta api yang bising cenderung untuk melindungi diri mereka dengan “tabir bunyi”, penghalang secara mental, sehingga mereka tidak mendengar lagi kereta api lewat. Beberapa orang cenderung memasang penghalang atau rintangan bunyi bagi bahasa-bahasa asing dan akibatnya mereka tidak lagi mengasimilasikan bahasa itu sedemikian rupa sehingga hal itu seolah-olah banyak menolong mereka pada satu tingkat kesadaran. Akan tetapi, dalam beberapa contoh, orang-orang ini dapat mempergunakan bahasa asing dengan lancar sekali kalau mereka mabuk atau sakit jiwa. Dengan perkataan lain, pada saat orang itu mabuk atau sakit jiwa, seolah-olah rintangan yang ada selama ini telah dapat diobrak atau diterobos.
4)      Berikanlah waktu yang cukup bagi telinga dan otak.
     Pada akhir minggu kebanyakan orang bertanggapan mereka haruslah mulai berbicara suatu bahasa asing. Tentu saja tanpa asing mereka dapat memakai beberapa ekspresi,tetapi untuk memanfaatkan “passive learning” dengan sebaik-baiknya seseorang haruslah memberi kesempatan bagi otak untuk bekerja beberapa bulan.
5)      Beri kesempatan bagi otak dan telinga bekerja, sementara mengerjakan sesuatu yang lain (Nida dalam Tarigan, 1987:39-40)
     Suatu cara yang baik kita ialah memasang rekaman dalam suatu bahasa, sementara kita bercukur, makan ,membaca koran sore, ataupun pada saat bermain dengan anak-anak. Kita akan dapat memberi perhatian yang serius sepanjang waktu. Oleh sebab itu, berilah kesempatan menyimak bagi telinga dan otak secara santai. Banyak orang menganggap sepele hal itu, tetapi sebenarnya sangat penting dalam belajar bahasa, terlebih-lebih bahasa asing. Jangan dilupakan bahwa pada saat tidur pun otak kita tetap aktif.
  
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
     Menyimak merupakan suatu proses sebagai sebuah proses , peristiwa menyimak diawali dengan kegiatan mendengarkan bunyi bahasa secara langsung atau tidak langsung.
     Bunyi bahasa yang ditangkap oleh telinga diidentifikasi jenis dan pengelompokkannya menjadi suku kata , frase , klausa , kalima dan wacana . Jeda dan intonasi juga ikut diperhatikan oleh penyimak.
     Bunyi bahasa yang diterima kemudian ditafsirkan maknanya dan dinilai kebenarannya agar dapat diputuskan , diterima. Dengan kata lain menyimak merupakan suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa. ,mengidentifikasi , menafsirkan, menilai , dan meraksi atas makna yang terkandung di dalam wacana lisan.
      Tujuan utama menyimak antara lain untuk mendapatkan fakta , menganalisis fakta , mengevaluasi fakta , mendapatkan inspirasi , mendapatkan hiburan , dan memperbaiki kemampuan berbicara

 DAFTAR PUSTAKA
1.      Tarigan,Prof. Dr. Henry Guntur 1986.”Menyimak sebagai suatu keterampilan berbahasa”. Bandung: Penerbit Angkasa.





No comments:

Klasifikasi Bunyi

  Klasifikasi Bunyi A.     Vokal dan Konsonan Pada umumnya bunyi bahasa dibedakan atas vokal dan konsonan. Bunyi vokal dihasilkan den...