KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat yang telah
dilimpahkan Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan makalah kami dengan judul “PENDIDIKAN
UNTUK SEKOLAH PUBLIK DAN PENDIDIKAN SEKOLAH PUBLIK UNTUK SISWA BERMASALAH”
Penulis
menyadari bahwa dalam hal penyajian dan penulisan masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu
penulis menerima kritikan dan saran yang sifatnya membangun demi perbaikan
untuk masa yang akan datang.
Akhirnya dengan
penuh harapan dan mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Tanjungpinang
, Oktober 2012
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
B.
RUANGLINGKUP
C.
TUJUAN
BAB II PEMBAHASAN
1. Pendidikan Sekolah Publik
2.Pendidikan Sekolah Publik Untuk
Siswa Yang Bermasalah
BAB III PENUTUP
A.KESIMPULAN
B.SARAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat
memprihatinkan. Ini dibuktikan antara lain dengan data UNESCO (2000) tentang
peringkat Indeks Pengembangan Manusia (Human Development Index), yaitu
komposisi dari peringkat pencapaian pendidikan, kesehatan, dan penghasilan per
kepala yang menunjukkan, bahwa indeks pengembangan manusia Indonesia makin
menurun. Di antara 174 negara di dunia, Indonesia menempati urutan ke-102
(1996), ke-99 (1997), ke-105 (1998), dan ke-109 (1999).
Menurut survei Political and Economic Risk
Consultant (PERC), kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12
dari 12 negara di Asia. Posisi Indonesia berada di bawah Vietnam. Data yang
dilaporkan The World Economic Forum Swedia (2000), Indonesia memiliki daya
saing yang rendah, yaitu hanya menduduki urutan ke-37 dari 57 negara yang
disurvei di dunia. Dan masih menurut survai dari lembaga yang sama Indonesia hanya
berpredikat sebagai follower bukan sebagai pemimpin teknologi dari 53 negara di
dunia.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
B. RUANG LINGKUP PEMBAHASAN
Didalam makalah ini kami akan membahas mengenai
Pendidikan sekolah publik dan Pendidikan sekolah Publik untuk siswa yang bermasalah .
C. TUJUAN DARI PEMBUATAN MAKALAH INI
ADAALAH UNTUK MENGETAHUI :
1. Pengertian
dari pendidikan sekolah publik,dan
Pendidikan sekolah publik untuk siswa yang bermasalah
2. .Masalah
apa yang dihadapi dan cara mengatasi masalah tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
1.
`PENDIDIKAN
SEKOLAH PUBLIK
A. Pengertian
Sekolah Publik
Adalah
lembaga
pendidikan dengan biaya negara (dalam
pengertian sehari-hari
di sebut
sekolah negeri yang menyelenggarakan
program belajar
dan pembelajaran yang berbeda dengan dengan program regular/konvensional,
namun mengikuti sejumlah aturan baku yang telah ditentukan.
Contoh sekolah publik pilihan adalah sekolah terbuka / korespondeni (jarak
jauh). Kondisi sekarang adalah SMP Terbuka, SMU Terbuka, Universitas Terbuka
B. Masalah yang dihadapi
pendidikan sekolah publik
·
Rendahnya kualitas guru
Keadaan guru
di Indonesia juga amat memprihatinkan. Kebanyakan guru belum memiliki
profesionalisme yang memadai untuk menjalankan tugasnya sebagaimana disebut
dalam pasal 39 UU No 20/2003 yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan
pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan, melakukan
pelatihan, melakukan penelitian dan melakukan pengabdian masyarakat.
Bukan itu
saja, sebagian guru di Indonesia bahkan dinyatakan tidak layak mengajar.
Persentase guru menurut kelayakan mengajar dalam tahun 2002-2003 di berbagai
satuan pendidikan sbb: untuk SD yang layak mengajar hanya 21,07% (negeri) dan
28,94% (swasta), untuk SMP 54,12% (negeri) dan 60,99% (swasta), untuk SMA
65,29% (negeri) dan 64,73% (swasta), serta untuk SMK yang layak mengajar 55,49%
(negeri) dan 58,26% (swasta).
Kelayakan
mengajar itu jelas berhubungan dengan tingkat pendidikan guru itu sendiri. Data
Balitbang Depdiknas (1998) menunjukkan dari sekitar 1,2 juta guru SD/MI hanya
13,8% yang berpendidikan diploma D2-Kependidikan ke atas. Selain itu, dari
sekitar 680.000 guru SLTP/MTs baru 38,8% yang berpendidikan diploma
D3-Kependidikan ke atas. Di tingkat sekolah menengah, dari 337.503 guru, baru
57,8% yang memiliki pendidikan S1 ke atas. Di tingkat pendidikan tinggi, dari
181.544 dosen, baru 18,86% yang berpendidikan
S2 ke atas (3,48% berpendidikan S3).
Walaupun
guru dan pengajar bukan satu-satunya faktor penentu keberhasilan pendidikan
tetapi, pengajaran merupakan titik sentral pendidikan dan kualifikasi, sebagai
cermin kualitas, tenaga pengajar memberikan andil sangat besar pada kualitas
pendidikan yang menjadi tanggung jawabnya. Kualitas guru dan pengajar yang
rendah juga dipengaruhi oleh masih rendahnya tingkat kesejahteraan guru.
·
Rendahnya Kesejahteraan Guru
Rendahnya kesejahteraan guru
mempunyai peran dalam membuat rendahnya kualitas pendidikan Indonesia.
Berdasarkan survei FGII (Federasi Guru Independen Indonesia) pada pertengahan
tahun 2005, idealnya seorang guru menerima gaji bulanan serbesar Rp 3 juta
rupiah. Sekarang, pendapatan rata-rata guru PNS per bulan sebesar Rp 1,5 juta.
guru bantu Rp, 460 ribu, dan guru honorer di sekolah swasta rata-rata Rp 10
ribu per jam. Dengan pendapatan seperti itu, terang saja, banyak guru terpaksa
melakukan pekerjaan sampingan. Ada yang mengajar lagi di sekolah lain, memberi
les pada sore hari, menjadi tukang ojek, pedagang mie rebus, pedagang buku/LKS,
pedagang pulsa ponsel, dan sebagainya (Republika, 13 Juli, 2005).
Dengan
adanya UU Guru dan Dosen, barangkali kesejahteraan guru dan dosen (PNS) agak
lumayan. Pasal 10 UU itu sudah memberikan jaminan kelayakan hidup. Di dalam
pasal itu disebutkan guru dan dosen akan mendapat penghasilan yang pantas dan
memadai, antara lain meliputi gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji,
tunjangan profesi, dan/atau tunjangan khusus serta penghasilan lain yang
berkaitan dengan tugasnya. Mereka yang diangkat pemkot/pemkab bagi daerah
khusus juga berhak atas rumah dinas.
Tapi,
kesenjangan kesejahteraan guru swasta dan negeri menjadi masalah lain yang
muncul. Di lingkungan pendidikan swasta, masalah kesejahteraan masih sulit
mencapai taraf ideal. Diberitakan Pikiran Rakyat 9 Januari 2006, sebanyak 70
persen dari 403 PTS di Jawa Barat dan Banten tidak sanggup untuk menyesuaikan
kesejahteraan dosen sesuai dengan amanat UU Guru dan Dosen (Pikiran Rakyat 9
Januari 2006).
·
Rendahnya Prestasi Siswa
Dengan
keadaan yang demikian itu (rendahnya sarana fisik, kualitas guru, dan
kesejahteraan guru) pencapaian prestasi siswa pun menjadi tidak memuaskan.
Sebagai misal pencapaian prestasi fisika dan matematika siswa Indonesia di
dunia internasional sangat rendah. Menurut Trends in Mathematic and Science
Study (TIMSS) 2003 (2004), siswa Indonesia hanya berada di ranking ke-35 dari
44 negara dalam hal prestasi matematika dan di ranking ke-37 dari 44 negara
dalam hal prestasi sains. Dalam hal ini prestasi siswa kita jauh di bawah siswa
Malaysia dan Singapura sebagai negara tetangga yang terdekat.
Dalam hal
prestasi, 15 September 2004 lalu United Nations for Development Programme
(UNDP) juga telah mengumumkan hasil studi tentang kualitas manusia secara
serentak di seluruh dunia melalui laporannya yang berjudul Human Development
Report 2004. Di dalam laporan tahunan ini Indonesia hanya menduduki posisi
ke-111 dari 177 negara. Apabila dibanding dengan negara-negara tetangga saja,
posisi Indonesia berada jauh di bawahnya.
Dalam skala
internasional, menurut Laporan Bank Dunia (Greaney,1992), studi IEA
(Internasional Association for the Evaluation of Educational Achievement) di
Asia Timur menunjukan bahwa keterampilan membaca siswa kelas IV SD berada pada
peringkat terendah. Rata-rata skor tes membaca untuk siswa SD: 75,5 (Hongkong),
74,0 (Singapura), 65,1 (Thailand), 52,6 (Filipina), dan 51,7 (Indonesia).
Anak-anak
Indonesia ternyata hanya mampu menguasai 30% dari materi bacaan dan ternyata
mereka sulit sekali menjawab soal-soal berbentuk uraian yang memerlukan
penalaran. Hal ini mungkin karena mereka sangat terbiasa menghafal dan
mengerjakan soal pilihan ganda.
Selain itu,
hasil studi The Third International Mathematic and Science
Study-Repeat-TIMSS-R, 1999 (IEA, 1999) memperlihatkan bahwa, diantara 38 negara
peserta, prestasi siswa SLTP kelas 2 Indonesia berada pada urutan ke-32 untuk
IPA, ke-34 untuk Matematika. Dalam dunia pendidikan tinggi menurut majalah Asia
Week dari 77 universitas yang disurvai di asia pasifik ternyata 4 universitas
terbaik di Indonesia hanya mampu menempati peringkat ke-61, ke-68, ke-73 dan
ke-75.
C. Langkah-langkah
menghadapi masalah pendidikan sekolah publik
Untuk mengatasi masalah-masalah di
atas, secara garis besar ada dua solusi yang dapat diberikan yaitu:
Pertama, solusi sistemik, yakni
solusi dengan mengubah sistem-sistem sosial yang berkaitan dengan sistem pendidikan. Seperti diketahui sistem
pendidikan sangat berkaitan dengan sistem ekonomi yang diterapkan. Sistem
pendidikan di Indonesia sekarang ini, diterapkan dalam konteks sistem ekonomi
kapitalisme (mazhab neoliberalisme), yang berprinsip antara lain meminimalkan
peran dan tanggung jawab negara dalam urusan publik, termasuk pendanaan
pendidikan.
Kedua, solusi teknis, yakni solusi
yang menyangkut hal-hal teknis yang berkait langsung dengan pendidikan. Solusi
ini misalnya untuk menyelesaikan masalah kualitas guru dan prestasi siswa.
Maka, solusi untuk masalah-masalah
teknis dikembalikan kepada upaya-upaya praktis untuk meningkatkan kualitas
sistem pendidikan. Rendahnya kualitas guru, misalnya, di samping diberi solusi
peningkatan kesejahteraan, juga diberi solusi dengan membiayai guru melanjutkan
ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dan memberikan berbagai pelatihan
untuk meningkatkan kualitas guru. Rendahnya prestasi siswa, misalnya, diberi
solusi dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas materi pelajaran,
meningkatkan alat-alat peraga dan sarana-sarana pendidikan, dan sebagainya.
2.
Pendidikan Sekolah Publik untuk siswa yang bermasalah
A.
Pengertian
Pendidikan Sekolah Publik untuk siswa yang bermasalah
Pengertian “siswa bermasalah” di sini
meliputi mereka yang:
1.
Tinggal kelas karena lambat belajar,
2.
Nakal atau mengganggu lingkungan (termasuk lembaga
permasyarakatan anak),
3.
Korban penyalahgunaan narkoba,
4.
Korban trauma dalam keluarga karena perceraian orang
tua, ekonomi, etnis/budaya (termasuk bagi anak suku terasing dan anak jalanan
dan gelandangan),
5.
Putus sekolah karena berbagai sebab,
6.
Belum pernah mengikuti program sebelumnya.
B.
Masalah yang dihadapi pendidikan sekolah publik untuk siswa yang bermasalah
1. Masalah (kasus) ringan,
seperti: membolos, malas, kesulitan belajar pada bidang tertentu, berkelahi
dengan teman sekolah, bertengkar, minum minuman keras tahap awal, berpacaran,
mencuri kelas ringan. Kasus ringan dibimbing oleh wali kelas dan guru dengan
berkonsultasi kepada kepala sekolah (konselor/guru pembimbing) dan mengadakan kunjungan rumah.
2. Masalah (kasus) sedang,
seperti: gangguan emosional, berpacaran, dengan perbuatan menyimpang, berkelahi
antar sekolah, kesulitan belajar, karena gangguan di keluarga, minum minuman
keras tahap pertengahan, mencuri kelas sedang, melakukan gangguan sosial dan
asusila. Kasus sedang dibimbing oleh guru BK (konselor), dengan berkonsultasi
dengan kepala sekolah, ahli/profesional, polisi, guru dan sebagainya. Dapat
pula mengadakan konferensi
kasus.
Masalah (kasus) berat, seperti:
gangguan emosional berat, kecanduan alkohol dan narkotika, pelaku kriminalitas,
siswa hamil, percobaan bunuh diri, perkelahian dengan senjata tajam atau
senjata api. Kasus berat dilakukan referal (alihtangan kasus) kepada ahli
psikologi dan psikiater, dokter, polisi, ahli hukum yang sebelumnya terlebih
dahulu dilakukan kegiatan konferensi
kasus.
C.
Langkah-langkah menghadapi masalah pendidikan disekolah publik untuk siswa yang
bermasalah
1.
Upaya untuk menangani siswa yang
bermasalah, khususnya yang terkait dengan pelanggaran disiplin sekolah dapat
dilakukan melalui dua pendekatan yaitu:
(1) pendekatan disiplin dan
(2) pendekatan bimbingan dan konseling.
(1) pendekatan disiplin dan
(2) pendekatan bimbingan dan konseling.
Penanganan
siswa bernasalah melalui pendekatan disiplin merujuk pada aturan dan ketentuan (tata tertib) yang berlaku di
sekolah beserta sanksinya. Sebagai salah satu komponen organisasi sekolah,
aturan (tata tertib) siswa beserta sanksinya memang perlu ditegakkan untuk
mencegah sekaligus mengatasi terjadinya berbagai penyimpangan perilaku siswa.
Kendati demikian, harus diingat sekolah bukan “lembaga hukum” yang harus
mengobral sanksi kepada siswa yang mengalami gangguan penyimpangan perilaku.
Sebagai lembaga pendidikan, justru kepentingan utamanya adalah bagaimana
berusaha menyembuhkan segala penyimpangan perilaku yang terjadi pada para
siswanya.
Oleh karena
itu, disinilah pendekatan yang kedua perlu digunakan yaitu pendekatan n dan
Konseling. Berbeda dengan pendekatan disiplin yang memungkinkan pemberian
sanksi untuk menghasilkan efek jera, penanganan siswa bermasalah melalui
Bimbingan dan Konseling justru lebih mengutamakan pada upaya penyembuhan dengan
menggunakan berbagai layanan dan teknik yang ada. Penanganan siswa bermasalah
melalui Bimbingan dan Konseling sama sekali tidak menggunakan bentuk sanksi apa
pun, tetapi lebih mengandalkan pada terjadinya kualitas hubungan interpersonal
yang saling percaya di antara konselor dan siswa yang bermasalah, sehingga
setahap demi setahap siswa tersebut dapat memahami dan menerima diri dan
lingkungannya, serta dapat mengarahkan diri guna tercapainya penyesuaian diri
yang lebih baik.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Salah satunya
mengenai Pendidikan sekolah publik dan Pendidikan sekolah Publik untuk siswa yang bermasalah .
Masalah yang biasanya dihadapi pendidikan
sekolah publik adalah :
·
Rendahnya kualitas guru
·
Rendahnya kesejahteraan guru
·
Rendahnya prestasi siswa
Adapun
solusi yang dapat diberikan dari permasalahan di atas antara lain dengan
mengubah sistem-sistem sosial yang berkaitan dengan sistem pendidikan, dan
meningkatkan kualitas guru serta prestasi siswa.
B.
SARAN
Perkembangan
dunia di era globalisasi ini memang banyak menuntut perubahan kesistem
pendidikan nasional yang lebih baik serta mampu bersaing secara sehat dalam
segala bidang. Salah satu cara yang harus di lakukan bangsa Indonesia agar
tidak semakin ketinggalan dengan negara-negara lain adalah dengan meningkatkan
kualitas pendidikannya terlebih dahulu.
Dengan
meningkatnya kualitas pendidikan berarti sumber daya manusia yang terlahir akan
semakin baik mutunya dan akan mampu membawa
bangsa ini bersaing secara sehat dalam segala bidang di dunia internasional.
DAFTAR PUSTAKA
No comments:
Post a Comment